Flowlin Queen Arkanza, merupakan gadis kampung yang hidup sebatang kara.
Kejamnya dunia tak menggoyahkan semangat gadis tersebut untuk bertahan hidup.
Demi sesuap nasi ia bahkan rela bekerja keras, banting tulang. Ia tak pernah mengeluh akan hidupnya.
Hingga suatu hari ia bertemu dengan seorang wanita paruh baya, yang mana pertemuan tersebut akan merubah hidupnya.
Hal apa yang akan merubah hidupnya? apakah ia bisa merubah hidupnya? bagaimana kisah selanjutnya? ikuti cerita selanjutnya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siska Marcelina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BIMA
Saat ini Rangga sudah siuman, namun saat ia melihat sekitar tidak ada siapapun di sana. Bima yang biasanya sangat setia mendampinginya saat ini tidak ada di sana.
Sedangkan Bima saat ini masih di dekat toilet dan tengah menelpon seseorang dengan handphone jadulnya.
"Iya, saya kehilangan jejaknya."
(.........)
"Baiklah!"
Lalu ia kembali melangkah, ia hendak pergi ke ruangan Rangga kembali. Namun saat ia hendak pergi tak sengaja tatapannya melihat seseorang yang sangat tidak ia sukai, Bima berusaha untuk tenang namun amarah dalam hatinya melonjak tinggi mengingat perlakuan orang itu terhadap dirinya dahulu. Tatapannya berubah dingin seketika.
Berusaha dengan sekuat-kuatnya ia untuk menahan amarah agar tidak terbawa emosi, ia segera melanjutkan jalannya namun entah memang takdir yang berkata lain ia justru di panggil oleh orang yang hendak ia hindari itu.
"Bima!" seru seseorang yang mana suaranya seperti seorang wanita paruh baya.
Ia masih berusaha untuk melanjutkan langkah kakinya dan berpura-pura tidak mendengarkan seruan atas namanya itu.
Tapi saat ia hendak melangkah kembali kembali suara perempuan itu menggema memanggil namanya dan dengan tergopoh-gopoh berlari mengejarnya, bahkan sampai tersandung pun ia tidak peduli demi untuk bisa bertemu dengan Bima.
Bima yang mulai goyah perlahan membalikkan badannya dan melihat perempuan yang sudah mulai menua itu menitikkan air matanya, sebisa mungkin Bima tidak tertipu lagi dengan air mata perempuan itu.
"Nak, hiks hiks.." melihat tatapan mata sang putra perempuan itu merasa tertusuk di hatinya. Walaupun begitu ia bahagia bisa melihat putra nya kembali.
Bu Irma pun segera menggapai tangan putra nya agar bisa ia pegang, " Nak," dengan tangan gemetar ibu tersebut mengusap lembut pipi putranya. Air matanya tidak berhenti mengalir.
"Nak, tolong dengarkan terlebih dahulu penjelasan ibu!" ucapnya dengan wajah sendu.
Namun karena ego yang masih tinggi Bima tetap saja tidak mau mendengarkan penjelasan Ibunya itu. Walau saat sang ibu membelai pipinya, Bima merasa terenyuh dalam dadanya. Tapi ia kembali paka ego nya tinggi.
"Lepas!" bentak nya sambil menarik tangannya yang di pegang sang ibu dengan kasar. "Jangan berpura-pura tidak berdosa, air mata yang anda keluarkan tidak akan mengubah semua kenyataan," teriak Bima marah pada ibunya dengan tubuh bergetar.
"Nak, kau boleh membenci ibu, tapi ibu tidak akan membencimu nak. Walaupun kau saat ini masih marah dan emosi dengan ibu, tolong sekali ini saja dengarkan apa yang akan ibu katakan. Setelah itu kau boleh mengambil keputusan sendiri, ibu tidak memaksamu nak," tuturnya agar bisa melembutkan hati Bima.
Bima tidak ingin mendengar apapun namun sebagian hatinya berkata jika ia ingin mendengarkannya karena ia masih berharap jika sang ibunda benar-benar tidak bersalah.
Ia kuatkan hatinya untuk mendengarkan penjelasan dari sang ibu. Bima hanya diam, ia menunggu bu Irma menjelaskan semuanya. Bu Irma yang mengerti akan maksudnya Bima pun segera berbicara.
"Nak, kala itu kau masih kecil. Umurmu masih 5 tahun. Ibu pun saat itu tengah hamil muda. Namun karena ayahmu yang selalu suka mabuk-mabukan dan berjudi kita terlilit hutang hingga dengan teganya ayahmu menjual ibu pada tuan Markus, bahkan ayahmu juga telah membunuh adikmu yang masih dalam kandungan ibu. Setelah ibu keguguran dan di paksa melayani tuan Markus, dunia ibu runtuh, dunia ibu hancur nak."
"hiks,,huaa,," tangis bu Irma semakin menyayat hati.
Melihat sang ibu sedih, tiba-tiba hatinya merasa teriris ribuan pisau. Perlahan ia menatap dengan sendu pada ibunya, ia terluka tapi ibunya lebih terluka.
" Bu," ucapnya dengan suara rendah namun masih terdengar, ia berusaha menahan gejolak di dada untuk tidak melepaskan air matanya. Namun semakin ia melihat sang ibu menangis pilu semakin ia tidak bisa menahan air matanya untuk menetes.
Bima akhirnya memeluk sang ibu, walau bagaimanapun itu tetap ibu kandungnya, ia merindukan kasih sayang sang ibu sedari kecil di tinggal pergi.
Bima membawa ibunya duduk di kursi tunggu di dekat sana, lalu dengan suara lembut ia berkata, "Bu, ibu duduk dulu disini. Aku hendak mengurus sesuatu, hanya sebentar."
"Baiklah nak," jawab Bu Irma yang masih sesenggukan.
Bima pergi, ia menuju ruangan Rangga.
Sesampainya di sana ia melihat Rangga masih tertidur, saat hendak pergi tiba-tiba pintu terbuka dan tampaklah sosok pria patuh baya bersama seorang wanita cantik namun dengan pakaian yang sangat kekurangan bahan hingga dimana-mana banyak ada penampakannya.
Bima hendak mencegat langkah mereka, namun ia tidak di hiraukan oleh orang itu. Mereka menerobos masuk kedalam. Hingga Tanggal pun terganggu dengan kehebohan itu, ia terbangun dan tatapannya berubah menjadi dingin dan tajam, ia tidak suka melihat Antonio datang dan menghampirinya, ia sangat membenci orang itu hingga ingin memb*n*hnya saat itu juga.
"Bima, suruh mereka keluar! Aku ingin istirahat." perintahnya pada Bima.
Belum sempat Bima melakukan apa-apa, Antonio segera mendekat ke arah Rangga.
"Kenapa, ha? kau tidak rindu dengan paman sama adikmu itu? kami sudah jauh-jauh ke sini, apa begitu sambutan yang pantas kami dapatkan."
"Cih, tidak usah berpura-pura, lebih baik kau pergi dari sini sebelum kesabaran ku hilang."
"Tidak perlu repot-repot begitu boy, kau tahu! ( Antonio mencondongkan badannya mendekati Rangga, lalu ia berbisik) 'Sebentar lagi Wulan yang akan menyusul Arga Darwanto dan Aji Darwanto.' ucapnya dengan penuh ancaman.
Rangga yang mendengarkan hal itu langsung naik pitam, "Brengsek!" teriaknya.
Bugh
Dengan sekuat tenaga Rangga mengambil posisi dan meninju perut Antonio saat itu juga, hanya Wulan yang ia miliki saat ini, Ayah serta Kakeknya telah tiada. Sekarang justru sang ibu yang akan di jadikan target selanjutnya. Wajah Rangga berubah-ubah ia sangat marah dan penuh dengan emosi, "Bima! seret mereka sekarang juga!" Bima dengan cekatan mendekat dan menarik paksa Antonio untuk keluar dari sana.
Nafas Rangga naik turun, ia tidak terima jika ibunya disakiti.
Bima telah mengusir Antonio bersama Putrinya, "Ayah, aku kan tadi belum sempat pamit sama kak Rangga." ucapnya dengan begitu manja sambil menggelayut di tangan Antonio.
"Sudah-sudah, lebih baik kita pergi terlebih dahulu. Nanti akan ada waktunya untuk kau berduaan dengannya." bujuknya pada sang putri.
Sambil menghentakkan kakinya Kesy berucap, " Ihhh,, sebel deh ah. Ayah sih, nggak beri aku waktu dulu sama Rangga."
"Iya, iya sayang. Nanti akan Ayah cari waktu untuk kalian. Jadi cukup, jangan merajuk lagi."
"Yaaaa, Ayah memang yang terbaik." ucapnya girang sambil memeluk sang ayah yang sedang berjalan bersamanya.
.
.
.
"Bima, sekarang kau tempatkan orang-orang terpercaya dan terpilih untuk menjaga Mommy, Aku tidak ingin Mommy kenapa-kenapa."
"Baik tuan."
Bima segera pergi, ---
Bersambung
...----------------...
Jangan lupa seperti biasa jadikan favorit ya!!
Sekalian juga,
Like
Komentar sebanyak-banyaknya
Gift
Vote
Terima kasih banyak semuanya, sayang kalian semua,, 🥰😘😘🫶🫶
Lalu aku pengen tahu alasan kakek nya Flow tidak merestui hubungan antara ayah dan ibu nya