"No way! Ngga akan pernah. Gue ngga sudi punya keturunan dari wanita rendahan seperti Dia. Kalau Dia sampai hamil nanti, Gue sendiri yang akan nyingkirin bayi sialan itu dengan tangan gue sendiri. Lagipula perempuan itu pernah hamil dengan cara licik! Untungnya nyokap gue dan Alexa berhasil bikin Wanita sialan itu keguguran!"
Kalimat kejam keluar dengan lincah dari bibir Axel, membawa pedang yang menusuk hati Azizah.
Klontang!!!
Suara benda jatuh itu mengejutkan Axel dan kawan-kawannya yang tengah serius berbincang.
Azizah melangkah mundur, bersembunyi dibalik pembatas dinding dengan tubuh bergetar.
Jadi selama ini, pernikahan yang dia agung-agungkan itu hanyalah kepalsuan??
Hari itu, Azizah membuat keputusan besar dalam hidupnya, meninggalkan Suaminya, meninggalkan neraka berbalut pernikahan bersama dengan bayi yang baru tumbuh di dalam rahimnya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maufy Izha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bakalan Kangen
"Malik, Berapa lama kita harus stay Singapore?"
Tanya Abimana di tengah kegiatannya membubuhkan tanda tangan pada tumpukan file yang ada di atas meja kerjanya.
"Kemungkinan paling cepat 1 bulan pak" Jawab Malik yang seketika menelan ludah kasar saat Abimana tiba-tiba menatapnya tajam.
"Percepat. Kalau bisa 1 Minggu saja"
"Tidak bisa pak, karena penggarapan proyek software itu tidaklah se-simple penggarapan proyek kita yang lain pak. Karena ini akan digunakan untuk instansi pemerintahan, Skalanya sudah internasional. Jadi kita sebagai perusahaan yang memenangkan tender ini harus bertanggungjawab secara penuh pak, tidak bisa meremehkannya"
Malik berbicara dengan serius. Dia tahu Abimana sedang mengejar cintanya, tapi perusahaan ini juga butuh keseriusannya, ribuan karyawan dan pekerja menggantungkan penghidupannya dari perusahaan ini.
Abimana seketika menghela nafas berat, pria itu memijat pelipisnya. Kepalanya mendadak pusing.
1 bulan?? Lama sekali.. batinnya.
"Tapi Akan saya usahakan untuk mempercepatnya Pak"
"Terima kasih"
Abimana tersenyum tipis, batinnya masih tidak yakin.. karena yang dikatakan Malik benar, Dia harus bersungguh-sungguh untuk mengerjakan proyek ini dengan baik. Karena nama perusahaan yang jadi taruhannya.
"Jadi kapan kita berangkat?"
Tanya Abimana kemudian.
"Sore ini Pak, passpor, Visa dll sudah saya urus sejak bulan yang lalu"
"Oke, persiapkan semua dengan matang, jangan sampai ada yang terlewat"
"Baik Pak"
Malik mengangguk hormat.
"Setelah makan siang Aku akan keluar sebentar, Aku sudah melihat jadwal, tidak ada meeting yang terlalu penting, tolong Kau saja yang tangani"
Pinta Abimana, apalagi jika bukan untuk menemui Azizah.
"Baik pak, perlu saya siapkan supir untuk mengantar Bapak?"
"Tidak perlu. Aku akan pergi sendiri seperti biasa"
"Baik, Saya mengerti"
"Ya Malik, Kau tahu Aku tidak akan bertemu dengannya cukup lama, jadi Aku butuh stok agar tidak terlalu kangen nantinya"
'Cuma sebulan pak, Ya ampun' Namun dibalik gerutunya dalam hati Malik hanya tersenyum semanis mungkin. Ia tidak bisa melakukan apapun pada orang yang sedang di mabuk cinta seperti remaja gila.
****
"Apa itu berarti Saya harus menghianati Tuan Axel?"
Seorang Pria berjas hitam berucap dengan takut-takut.
"Tidak ada yang Kamu hianati Manov, perceraian itu kan Axel yang menginginkannya pertama kali"
"Tapi Tuan Adhitama, Saya sudah meng-iya-kan permintaan Tuan Axel untuk membatalkan proses perceraian itu"
Manov tidak ingin mengurangi rasa hormatnya pada Tuan Adhitama sebagaimana Ayahnya dulu sangat di hargai oleh pria lanjut usia di hadapannya.
Tapi, Axel adalah Tuannya juga. Manov sungguh di buat bingung dengan dua pilihan itu, Menuruti Axel membatalkan proses perceraiannya dengan Azizah, atau menuruti Tuan Adhitama yang justru ingin proses itu di permudah sekaligus di percepat.
Melihat wajah gelisah Manov Sagara, Adhitama kemudian tersenyum dan menggenggam jemari Manov.
"Dengarkan Aku Manov, Axel cucuku, sudah sangat menyakiti dan melukai wanita malang itu. Selama 4 tahun menikah, Anak itu menjadi suami yang sangat dzalim kepada Istrinya. Aku tahu semuanya karena Aku selalu mengawasi mereka"
Adhitama menarik nafas sejenak, kemudian melanjutkan.
"Awalnya Aku masih berharap Axel akan berubah seiring berjalannya waktu dan dengan kebersamaan mereka maka akan timbul cinta, tapi Aku salah. Axel membuang gadis itu, mengasingkannya jauh dari rumah keluarga Djaja..
Yang lebih membuatku kecewa, Dia bahkan membelikan kekasih gelapnya apartemen dan sering menginap disana, sementara istrinya? Bahkan bisa 3 bulan sekali Axel menemui Azizah. Itu juga karena ancamanku"
"Tuan..." Manov ikut sedih melihat Tuan Adhitama berkaca-kaca.
"Jika bukan karena Ayah Azizah, Perusahaan Djaja tidak akan berdiri sampai sekarang. Karena loyalitasnya, Ia merelakan nyawanya untuk keselamatanku dan perusahaanku. Tapi Aku yang menjadi penyebab Azizah kehilangan Ayahnya malah tidak becus menjaganya"
"Saya minta maaf Tuan"
"Tidak Manov, Cukup bantu Aku. Bayangkan jika putrimu yang mendapatkan perlakuan seperti yang Azizah dapatkan dari Axel, bagaimana perasaanmu sebagai seorang Ayah?"
Manov menunduk. Dia seketika membayangkan putrinya yang masih berusia 10 tahun.
Yah, Tuan Adhitama benar. Perasaan ayah manapun pasti hancur jika putrinya di dzalimi suaminya sendiri. Meski Tuan Adhitama bukan keluarga kandung Azizah tapi Manov bisa melihat bahwa Pria lanjut usia itu sangat menyayangi Azizah seperti cucu kandungnya sendiri.
"Baik Tuan, Saya akan membantu Azizah mendapatkan akta cerainya, segera."
Mendengar jawaban Manov, Adhitama serta merta memeluknya.
"Terimakasih nak... Terima kasih"
Pria itu nampak terharu sekaligus bahagia. Setidaknya, Adhitama merasa bisa sedikit memperbaiki kesalahannya dengan membebaskan Azizah dari penderitaannya karena cucu durjananya, Axel William Djaja.
****
Sementara itu...
Tok tok tok
"Assalamualaikum..."
"Waalaikumsalam...."
Bibi Ani yang tengah memasak makan siang di dapur, menjawab salam seraya menghampiri seseorang diluar pintu rumahnya.
Ceklek...
"Masya Allah, pak Abimana? Eh ada Non Tasya juga?"
Bibi Ani terkejut saat melihat Abimana datang, dengan setelan jasnya yang rapi bersama Tasya.
"Halo Bibi Ani, Tante Azizahnya ada?"
Tasya bertanya dengan riang, wajahnya bersemu merah, mungkin karena terkena panas.
"Aduh... Maaf non Tasya, Tante Azizahnya belum pulang, tadi pagi mendadak di suruh masuk shift 1"
Tasya yang mendengar jawaban Bibi Ani seketika murung, begitu juga dengan Abimana.
Padahal sore ini Ia harus sudah berada di Bandara untuk penerbangan ke Singapura. Sepertinya Abi harus menelan pil pahit karena tidak bisa bertemu Azizah hari ini, dan harus memendam rindu sampai 1 bulan ke depan.
"Apa ada sesuatu yang penting Pak?"
Bibi Ani bertanya dengan tidak enak hati. Ia tahu betul siapa Abimana Dharmawangsa. Hanya keponakannya yang kelewat polos dan cuek sampai tidak mengenalinya.
Dan menjadi sebuah kebahagiaan tersendiri bagi Bibi Ani, jika benar Abimana jatuh hati kepada keponakannya itu.
Lepas dari suami dzalim, di taksir pangeran tampan yang baik hati.
"Emmm, sebenarnya saya ingin pamit, Saya akan pergi ke Singapura kemungkinan selama sebulan. Jadi, saya bermaksud meminta Azizah menemani Tasya sampai saya pulang nanti"
"Maksudnya tinggal di rumah Bapak begitu?"
"Kurang lebih seperti itu"
"Oh... ya sudah nanti Saya sampaikan Pak kalau Azizah sudah pulang"
"Mmm, baiklah. Terima kasih Bi Ani,
Oh ya Saya mohon Bi Ani tetap merahasiakan tentang identitas Saya"
"Kalau boleh tahu kenapa Pak?"
"Saya yang akan mengatakannya sendiri nanti, diwaktu yang tepat"
"Oh... Baiklah, Saya mengerti..."
Abimana pun pamit pulang, Pria itu tersenyum lebar saat melihat keponakannya masih cemberut karena gagal bertemu Azizah.
"Sayang, jangan sedih gitu dong. Nanti kan Tante Azizah akan tinggal sama Tasya"
"Beneran Om?"
"He'eum... Nanti Bibi Ani yang akan bujukin Tante Azizahnya biar mau tinggal di rumah kita"
"Iya Bi Ani??"
"Insya Allah, Saya usahakan Pak"
"Kalau Bi Ani kesepian, Bi Ani bisa ikut tinggal disana. Ada banyak kamar"
"Hehehe, terima kasih pak, Saya id sini saja. Kalo kangen Azizah saya akan kesana"
"Hmmm, terima kasih. Semoga Azizah bersedia"
"Insya Allah"
Ucap Bibi Ani. Abimana dan Tasya pun meninggalkan rumah Bibi Ani dengan kecewa. Terutama Abimana.
'Aku pasti kangen sekali sama kamu nanti, Azizah...' Batinnya
Bersambung
Duuuh Pak Abimana belum apa-apa udah bucin sekalih pemirsah... Gercep banget wkwkwk 🤣
Terima kasih atas kunjungannya teman-teman, semoga terhibur dan cerita gaje ini dapat dipahami ya ☺️❤️❤️❤️ luvv banyak-banyak ❤️🌹🤩🤩