Di tengah hujan yang deras, Jane Rydell, melihat seorang pria terkapar, di pinggir jalan penuh dengan luka.
Dengan tanpa ragu, Jane menolong pria itu, karena rasa pedulinya terhadap seseorang yang teraniaya, begitu tinggi.
Hendrik Fernandez, ternyata seorang pria yang dingin dan kaku, yang tidak tahu caranya untuk bersikap ramah.
Membuat Jane, gadis berusia dua puluh tiga tahun itu, dengan sabar menunjukkan perhatiannya, untuk mengajarkan pada pria dingin itu, bagaimana caranya mencintai dan di cintai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KGDan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28.
Hendrik menyukai rasa lembut bibir Jane, membuat ia membuka mu-lutnya untuk mencium tiap belah bibir Jane.
Cara Hendrik mengecup bibirnya, membuat Jane tanpa sadar, membuka mu-lutnya membalas ciuman Hendrik.
Sementara tangannya, yang memegang milik Hendrik di bawah sana, perlahan memasukkan jemarinya ke balik celana piyama Hendrik.
Jane begitu penasaran, ingin merasakan langsung benda itu dalam tangannya, dan menyentuh tekstur milik suaminya itu.
"Jane... Jane..." de-sah Hendrik tercekat, merasakan jemari Jane, menyentuh benda miliknya, yang semakin berdenyut membesar.
Dengan sekali angkat, Hendrik membopong tubuh Jane keluar dari dalam kamar mandi.
Masih saling mengulum, Hendrik membawa Jane menuju tempat tidurnya.
Dengan lembut ia meletakkan tubuh mungil Jane ke atas tempat tidur, sembari terus mencium bibir Jane.
Lidah Hendrik bertemu dengan lidah Jane, dan mereka semakin memperdalam ciuman mereka.
Suara ciuman mereka, membuat mereka semakin terhanyut, dengan apa yang mereka rasakan.
Tangan Hendrik perlahan masuk ke balik baju tidur Jane, membuat Jane mendesah tanpa sadar, saat jemari Hendrik mengelus perutnya.
"Sayang..." tanpa sadar Hendrik memanggil Jane dengan mesra, ia begitu menyukai sensasi yang ia rasakan saat ini.
Menyentuh tubuh Jane, membuat Hendrik begitu sangat bahagia, sampai membuat ia ingin menangis.
Ia di kenal pria yang begitu dingin pada setiap wanita, dan bahkan ada yang mengatakan kalau ia gay.
Hendrik membiarkan rumor itu di sematkan padanya, untuk menjaganya, agar tidak sembarang wanita, masuk ke dalam hidupnya.
Ia menjaga dirinya dengan baik, untuk menemukan wanita yang tepat, karena ia melihat, banyak temannya memiliki pasangan yang tidak setia.
Jadi sebagai pria yang hidup, tanpa perhatian orang tua lagi, karena cinta murni itu sangat sulit di dapatkan, ia hanya akan menyentuh wanita yang tepat untuk di cintainya.
Dan saat ini Hendrik merasakan suatu perasaan, yang selama ini ia dambakan, menyentuh seorang wanita yang tepat untuknya.
Mencium bibir Jane semakin dalam, menyesap lidah Jane, dengan perasaan yang melayang, dan jemarinya yang menyentuh kulit tubuh Jane yang lembut, terasa begitu sangat indah sekali.
Dan, tangan Jane yang membelai dadanya, membuat dirinya semakin melayang.
Ciuman Jane yang membalas ciumannya, sangat nikmat sekali, membuat otaknya lupa siapa dia, dan di mana dia.
Yang ada, ia ingin merasakan diri Jane lebih lagi, dan ingin merasakan Jane di dalam sana.
"Ah..." Jane tanpa sadar mendesah, saat bibir Hendrik turun mengecup lehernya.
Suara mendesah Jane, terasa begitu merdu di dengar telinga Hendrik, membuat ia ingin mendengar suara itu terus terdengar saat ia menyentuh Jane.
Bibir Hendrik semakin turun ke bawah, mengecup setiap inci kulit lembut Jane, yang terasa menyenangkan di sentuh bibir dan lidah Hendrik.
Hendrik tidak tahu, entah bagaimana, ia telah melepaskan baju tidur Jane, dari tubuh indah istrinya itu.
Dan tangan Hendrik dengan bebas, dapat menyentuh tiap inci tubuh Jane, yang membuat ia semakin lupa diri.
"Ah..." suara mendesah Jane kembali terdengar, saat bibirnya mengecup dada lembut Jane.
Hendrik menyukai betapa lembutnya dada Jane, dalam remasan tangannya, yang belum tersentuh pria manapun.
Tangan Jane yang membelai tengkuknya, dan meremas dengan lembut rambutnya, membuat Hendrik semakin melayang.
Membuat ia sudah tidak tahan lagi, ingin merasakan miliknya yang sudah ereksi sedari tadi, secepatnya merasakan Jane di dalam sana.
Dengan cepat Hendrik melepaskan celana tidur Jane, dan begitu juga celana piyamanya.
Sekarang mereka telah polos, tanpa memakai sehelai pakaian pun, yang membuat mereka tanpa sadar, mengagumi satu sama lain.
Jane menatap tubuh polos Hendrik, yang begitu kekar, dengan milik suaminya yang sudah siap, ingin merasakan dirinya di bawah sana.
Begitu juga dengan Hendrik, ia semakin tidak tahan melihat keindahan, tubuh polos Jane yang begitu menggoda.
"A.. aku akan melakukannya.. aku akan pelan dan hati-hati" bisik Hendrik tepat di depan wajah Jane, yang terlihat begitu merona.
"He-eh" angguk Jane dengan suara, yang nyaris seperti mendesah, karena dirinya sudah melayang, ingin merasakan suaminya, melakukan secepatnya tugasnya, menyempurnakan hubungan mereka sebagai suami istri.
Dengan pelan, Hendrik melebarkan kaki Jane, dan mulai menekan milik Jane yang masih tertutup.
"Ah..!" jerit Jane, saat ereksi Hendrik menekan miliknya.
Terasa begitu sakit!
"Maaf sayang..." bisik Hendrik di telinga Jane, ia kemudian mencium kembali bibir Jane, untuk mencoba membuat Jane kembali merasa terbuai.
Jane menyambut ciuman Hendrik, dan mengalungkan lengannya pada leher Hendrik, memperdalam ciuman mereka.
Sementara pinggul Hendrik kembali menekan di bawah sana, mencoba membuka milik istrinya yang masih tertutup.
Dengan lembut ia menekan secara perlahan, agar Jane tidak merasa begitu merasakan sakit.
Ia tidak mendengar Jane menjerit lagi, Hendrik pun mencoba untuk mendorong lebih dalam lagi.
Tapi, tindakannya itu sontak membuat Jane kembali menjerit. Hendrik semakin mengulum bibir Jane, untuk meredam suara jeritan Jane.
"Sayang..." tubuh Hendrik bergetar, merasakan miliknya sudah sepenuhnya akan memasuki milik istrinya.
Hendrik mulai merasakan, betapa panasnya milik Jane, membuat tubuhnya semakin gemetar, saat miliknya berhasil menerobos milik Jane.
Suara des-ahan tertahan Jane, membuat Hendrik semakin melayang, dan membuat ia semakin menerobos lebih dalam lagi milik Jane.
Keringat dingin mengucur di kening Hendrik, saat ia akhirnya dapat menggerakkan pinggulnya, dengan perlahan dan lembut di bawah sana.
Dan selang beberapa saat, ketika mereka sama-sama merasakan puncaknya, mereka berpelukan dengan eratnya.
"Jane.... sayang... aku mencintaimu" bisik Hendrik saat ia akhirnya meledak di dalam Jane.
Ia membenamkan wajahnya ke balik leher Jane, dengan tubuhnya masih di atas tubuh Jane, memeluk Jane dengan erat.
Jane membalas pelukan Hendrik, dan menghirup aroma keringat Hendrik yang maskulin.
Jane memejamkan matanya dengan bahagia, ia tersenyum senang memeluk suaminya itu, yang masih bersatu dengan tubuhnya di bawah sana.
Beberapa saat mereka meredakan rasa yang masih tertinggal, setelah itu Hendrik perlahan melepaskan dirinya, lalu berbaring di samping Jane.
Hendrik kemudian membawa Jane ke dalam dekapannya, dan memeluk Jane untuk kembali melanjutkan tidur mereka.
Bersambung.....