Dia bukannya tidak sayang sama suaminya lagi, tapi sudah muak karena merasa dipermainkan selama ini. Apalagi, dia divonis menderita penyakit mematikan hingga enggan hidup lagi. Dia bukan hanya cemburu tapi sakit hatinya lebih perih karena tuduhan keji pada ayahnya sendiri. Akhirnya, dia hanya bisa berkata pada suaminya itu "Jangan melarangku untuk bercerai darimu!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon El Geisya Tin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3
“Aku gak akan maksa kamu buat cerita, aku hanya mau kamu bahagia, Shima!”
Shima yang mendengar ucapan Regan itu tersenyum, dia senang ada orang yang menginginkan dirinya bahagia.
Selama empat tahun menjalani pernikahan, Deril dan Shima hidup dengan bahagia. Deril penuh cinta kasih kepada Shima, kesetiaan dan hubungan mereka adalah sebuah anugerah bagi kedua belah pihak.
Shima tidak begitu merasa berat untuk mengurus ayahnya, disela-sela kebangkrutan keluarganya. Namun, semua berubah sejak suami Karina meninggal dan wanita itu hadir di antara mereka.
Deril menjadi berubah, dia lebih sering mengurusi Karina yang masih hamil muda dan seperti membenci Shima. Pria itu juga enggan ikut serta dalam merawat ayah mertuanya.
Regan tertegun cukup lama dan memberikan waktu bagi Shima untuk menarik napas dalam-dalam.
Akhirnya Shima kembali berkata, “Regan, kamu tahu, apalagi yang paling menyedihkan dariku?”
Shima menyusut hidungnya dengan punggung tangannya. Air matanya seolah tidak pernah habis meski hampir setiap malam dia menangis.
Regan diam menyimak ucapan Shima dengan hati-hati seolah dia seorang polisi. Profesinya seolah-olah berubah kali ini.
Namun, dia masih memakai jas putih khas seorang dokter dan ada stetoskop, yang tergantung di lehernya. Rambutnya ikal disisir dengan rapi, melengkapi penampilannya yang menunjukkan bahwa, dirinya seorang profesional sejati.
“Suamiku gak mencintaiku lagi, dia lebih memilih menyelamatkan perempuan lain dari pada aku, waktu aku terjatuh sampai kehilangan bayiku!”
Regan mencoba menghibur dan berprasangka baik, dengan berkata, “Mungkin itu hanya kebetulan saja! Shima, kamu luar biasa bisa bertahan selama ini bersamanya!”
Regan sempat heran, bagaimana Shima bisa menikah dengan seorang pewaris keluarga terkaya di Surala yang kekayaannya mencapai ratusan triliun. Deril sangat terkenal. Apa pun bisa dimiliki dengan kekayaannya itu.
Namun, bukan berati seseorang bisa berbuat seenaknya hanya karena dia kaya.
Tiba-tiba Shima menjadi bersemangat untuk bercerita tentang pengalamannya.
“Waktu pesta keluarga Deril, aku dan Karina mengobrol hal yang gak penting, dia tiba-tiba mendorongku sampai aku jatuh! Waktu aku terbaring di lantai, perempuan itu mengeluh perutnya sakit dan bilang kalau dia mau melahirkan!”
Shima diam sejenak untuk mengusap air matanya yang terus jatuh. Dia ingat betul saat kejadian itu, Deril sedang berjalan tak jauh dari dirinya.
“Dan Deril menyelamatkannya lebih dulu, dari pada aku! Padahal aku juga berdarah dan akhirnya aku keguguran! Secara mental aku belum siap kehilangan anakku secepat itu!”
“Shima ... aku juga sedih mendengar hal itu ....”
“Memang aku masih bisa hamil lagi, tapi dia anak pertamaku dan aku telah merindukan kehadirannya selama dua tahun ....”
Shima terjatuh dengan baju pesta yang ribet, hingga langsung oleng meski Karina Hany menyenggolnya sedikit saja. Dia kesulitan bergerak untuk menahan kakinya agar tidak terpelanting.
Hatinya patah disebabkan oleh suaminya sendiri.
Shima berhasil sembuh setelah keguguran, di saat yang sama dia langsung mengajukan niatnya untuk bercerai. Shima merasa gagal dan tidak ada gunanya lagi berumah tangga dengan Deril. Lagi pula dia tidak berhasil melahirkan bayinya dalam bentuk yang sempurna.
Dia merasa mampu hidup sendiri tanpa Deril lagi, sejak pria itu sibuk dengan Karina, Shima selalu menjaga ayahnya seorang diri tanpa Deril di sisinya.
Namun, di luar dugaan setelah Shima mengirim surat cerainya. Deril begitu marah dan tidak terima diceraikan oleh istrinya. Shima langsung pergi meninggalkan rumah begitu saja. Sudah setahun ini mereka tidak tinggal bersama lagi.
Deril tidak pernah menandatangani surat cerai yang diberikan oleh Shima dan mengadakan perang dingin sebagai ungkapan kekecewaannya.
Shima kembali ke apartemen lama yang pernah dihadiahkan ayahnya kepadanya, waktu merayakan ulang tahun yang ke 17 tahun. Dia seperti perempuan yang hidup sebatang kara. Walaupun, punya seorang ayah, tapi tidak bisa melakukan apa-apa di rumah sakit.
“Kamu tahu mereka berselingkuh dan kamu gak marah sama dia?” Regan bertanya dengan heran.
“Aku sudah protes berulang kali dan menanyakan tentang hubungan mereka, tapi, Deril seperti tuli, dia diam saja, artinya dugaanku benar, kan? Mereka punya hubungan lain, selain adik dan kakak ipar?”
“Dia gak layak jadi suami kamu, Shima! Hanya karena memiliki segalanya, bukan berarti seseorang bisa melakukan apa pun pada istrinya, seandainya aku bisa membelamu, maka aku akan membalaskan dendammu padanya!” kata Regan dalam hatinya.
“Regan! Jangan pikir akan berbuat sesuatu atas namaku, ya? Dia sudah punya pilihan sekarang dan perempuan itu sudah punya anak, kasihan anaknya kalau gak punya bapak! Lagian, aku sudah mau mati ..., jadi gak ada gunanya balas dendam lagi.”
Regan tersenyum miris, Shima bisa menebak isi hatinya.
Shima bertekad akan mengisi hari-harinya dengan kebaikan sebelum kematiannya datang.
“Regan, kita gak boleh sia-siakan hidup hanya untuk balas dendam pada orang! Itu gak sepadan dengan risikonya! Biar Allah saja yang mengambil bagian karma,” kata Shima sambil berdiri dari duduknya.
Melihat sikap Shima yang keras kepala, Regan hanya bisa menuliskan beberapa resep obat yang bisa membantu mengatasi rasa sakitnya.
“Kamu harus tetap menjaga dirimu dengan baik, Shima!” katanya.
Kalau memang Shima berpikir bahwa, bercerai dari Deril adalah solusi yang terbaik, maka siapa pun tidak bisa melarangnya.
“Terima kasih, Regan!”
Regan tidak bisa berkata-kata lagi, hingga Sima pergi dari ruangannya dengan perasaan yang hampa.
Sampai di luar rumah sakit, Shima menatap langit yang terlihat mendung. Begitu cepatnya cuaca berubah, satu jam yang lalu udara masih cukup panas. Tapi sekarang hawa dingin bermunculan di sekitarnya. Angin bertiup di sisinya seolah menyapa, dengan berkata, “Selamat datang pada dunia kematian yang sebenarnya.”
Shima merapatkan jaket dan berdiri di sisi jalan untuk mencari taxi. Dia harus segera pulang sebelum hujan. Dia berpakaian seperti itu di hari yang panas, mengabaikan tatapan heran semua orang.
Biarkan saja, toh mereka tidak tahu apa yang disembunyikan Shima di balik pakaiannya. Tubuhnya yang mulai kurus dan kulitnya yang pucat. Selain itu dia lebih gampang terserang flu. Daya tahan tubuhnya terus menurun dari waktu ke waktu.
Dia mengeluarkan telepon dan mencari nomor Deril. Setahun yang lalu, nomor pria itu telah diblokir. Namun, sekarang dia terpaksa membuka blokirnya agar bisa mengirim pesan padanya.
Nama Deril pada kontaknya belum diganti. Dia hampir lupa kapan mereka saling bertelepon untuk terakhir kali.
Deril seorang pria berharga triliunan, tapi dia tidak bisa membantu Shima sama sekali. Nyawa adalah urusan Tuhan, tapi mereka hanyalah manusia biasa yang jauh dari kesempurnaan.
“Deril, kapan kamu ada waktu untuk menandatangani surat cerai?”
Begitu pesan terkirim, detik itu juga Deril langsung membacanya. Tak lama kemudian dia mengetik.
“Apa hanya untuk ini kamu mengirim pesan?”
Saat membaca pesan itu, Shima sempat berpikir kalau Deril masih seperti yang dulu. Pria itu langsung membalas pesannya di mana pun dan kapan pun dia berada. Deril memiliki nomor pribadi yang tidak bisa dihubungi oleh sembarang orang.
“Kalau kamu sibuk, aku akan mengirimkan suratnya besok ke kantor.”
Shima tidak mungkin mengantarkan surat cerai dan bertemu suami di rumah keluarga Deril. Dia sudah diusir dan pasti di rumah itu. Sekian itu ada keluarga Karina juga di sana. Jadi, dia tidak akan menambah masalah dengan mereka.
Setelah pesan Shima tidak mendapatkan jawaban lagi, meski sudah terbaca oleh si penerima.
Di tempat lain, Deril meremas ponselnya kuat-kuat seraya, menahan geram pada Shima. Dia sudah mendiamkan wanita itu selama satu tahun penuh dengan harapan bisa membuatnya tunduk.
Namun, ternyata perempuan itu tetap bersikeras untuk bercerai. Dia selalu membutuhkan uang untuk biaya perawatan ayahnya, tapi gengsi untuk menjadi istrinya hanya karena ada Karina di sisinya. Di bagian mana yang salah?
“Beraninya dia—“
Suara Deril terdengar parau dan terputus, karena ada suara lain di belakangnya.
“Deril, anak kita sudah selesai diperiksa!”
Suara Karina terdengar lembut dan gelisah pada saat menggendong anaknya dari bangsal periksa. Dia melihat wajah Deril yang berubah masam setelah melihat layar ponselnya.
Deril menoleh ke arah ponsel dan anak dalam gendongan Karina, secara bergantian. Bayi itu terlihat lemas. Ada suara tangis lirih dari mulutnya. Matanya sayu menatap bingung pada dokter dan ibunya.
Mereka memberi nama bayi itu Freya. Nama yang pernah menjadi pilihan Shima untuk anaknya.
Silahkan diberi komentar, apa kalian suka ceritanya?
aku cuma bisa 1 bab sehari😭