Kaiya Agata_ Sosok gadis pendiam dan misterius
Rahasia yang ia simpan dalam-dalam dan menghilangnya selama tiga tahun ini membuat persahabatannya renggang.
Belum lagi ia harus menghadapi Ginran, pria yang dulu mencintainya namun sekarang berubah dingin karena salah paham. Ginran selalu menuntut penjelasan yang tidak bisa dikatakan oleh Kaiya.
Apa sebenarnya alasan dibalik menghilangnya Kaiya selama tiga tahun ini dan akankah kesalapahaman di antara mereka berakhir?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5
Perkataan Darrel kali ini sukses mendapatkan perhatian Ginran. Kalau dipikir-pikir semua ucapan pria itu masuk akal, kenapa dirinya tidak berpikir sampai ke situ? Tapi Ginran kembali menepis pikirannya dan berusaha untuk tetap tidak mau peduli.
Jiro ikut berpikir, biar bagaimanapun Kaiya pernah menjadi seseorang yang paling dekat dengan mereka. Mereka tidak mungkin tidak penasaran dengan kehidupan gadis itu selama tiga tahun ini. Terlepas dari semua yang gadis itu lakukan pada mereka, Jiro pasti akan memaafkan Kaiya kalau dia mengaku salah dan meminta maaf.
Di kelas Kaiya,
"Kaiya, lo kenal kak Ginran nggak?" tanya Lory.
Kaiya cukup kaget mendengar pertanyaan itu namun berusaha terlihat biasa saja.
"Nggak mungkin kenal kan pasti."
tambah Lory lagi membuat sudut bibir Kaiya terangkat. Betul, lebih baik kalau nggak ada yang tahu dia dan Ginran saling kenal. Bukan hanya Ginran, yang lain juga. Teman-teman pria itu.
"Lo harus dengar kisahnya kak Ginran."
Kaiya menatap Lory lagi. Ia penasaran bagaimana cerita orang-orang tentang cowok itu.
"Salah satu teman sekolah gue pernah cerita tentang kak Ginran sama sahabat-sahabatnya."
Lory mulai bercerita. Sesekali Kaiya tersenyum tipis. Ternyata bukan hanya tentang Ginran.
"Dulu jaman mereka SMA, genknya kak Ginran ada lima orang. Mereka berlima bukan berempat seperti sekarang. Yang satunya lagi cewek, katanya punya hubungan istimewa sama kak Ginran. Cewek itu juga katanya dari keluarga terhormat dan sangat cocok berpasangan dengan kak Ginran."
Kaiya mengulum senyumnya mendengar cerita Lory yang berapi-api.
"Temen gue bilang kak Ginran sayang banget sama cewek itu dan memperlakukannya lebih dari seorang sahabat, tapi tuh cewek malah selingkuh dengan pria lain. Mereka kedapatan mau berbuat mesum di dalam tenda, waktu itu lagi camping di sekolah, gila banget kan?"
Ada rasa tidak senang di dalam hati Kaiya begitu mendengar cerita Lory, tapi mau bagaimana lagi. Ia sendiri sudah membenarkan semuanya pada Ginran kemarin. Kaiya tersenyum masam tapi berusaha disembunyikan dari Lory, tidak ingin gadis itu berpikir dia aneh.
"Gue juga dengar kak Ginran belum pernah lupain tuh cewek sampe sekarang. Padahal sudah dikhianatin sampe kayak begitu. Sayang banget sih, cowok setampan kak Ginran masih nggak bisa lupain cewek yang sudah bikin dia kecewa, bener nggak?"
Pandangan Lory menyamping melirik Kaiya yang disambut dengan senyum kecil gadis itu, meski sebenarnya dalam hatinya ia menyimpan perasaan terluka.
Kaiya merasa tidak berdaya. Dia ingin menjelaskan semuanya namun saat berdiri di depan Ginran dan yang lain, mulutnya tidak bisa terbuka. Dia seperti tidak ada nyali.
Kaiya mendesah panjang. Lupakan, bukankah dia harus terlihat kuat? Ia tidak mau sakit lagi dan merepotkan tantenya.
Siangnya, Lory mengajaknya ke kantin.
"Kenapa ke kantin sini sih? Kan di jurusan kita ada kantin juga."
Tanya Kaiya dengan wajah heran menatap Lory. Pasalnya sekarang mereka malah makan di kantin jurusan bisnis yang jaraknya cukup jauh dari jurusan musik. Gadis didepannya itu tersenyum lebar.
"Gue pengen cuci mata liat senior-senior keren, sekali-sekali nggak apa-apa kan." ucap Lory semangat. Kaiya berdecak pelan menatap gadis itu, pandangannya beralih ke tempat lain.
Tanpa sengaja matanya bertubrukan dengan mata seseorang, seorang pria yang sangat ia kenal, siapa lagi kalau bukan pria yang diceritakan Lory dengan menggebu-gebu tadi.
Ginran ...
Pria itu duduk cukup jauh dari meja mereka dan tepat menghadapnya jadi mereka bisa saling menatap.
Tatapan Kaiya berpindah ke seseorang di sebelah pria itu, ia mengernyitkan dahi ketika melihat ada Darrel juga. Ternyata mereka berempat memang selalu bersama, batinnya. Ada rasa sedih yang tertahan di hatinya. Gadis itu cepat-cepat membuang pandangannya ke arah lain saat mereka semua kompak menatapnya.
"Lo lihat? Itu Kaiya yang sekarang." kata Jiro pada Darren. Raut wajahnya kesal. Kaiya memang sudah berbeda jauh dari yang dulu.
Di sebelahnya, Darrel terus mengamati gadis itu dari jauh. Ia tertegun ketika melihat Kaiya lagi untuk pertama kali. Ada rasa rindu untuk memeluk gadis itu, sayangnya ia harus kecewa karena gadis itu seperti sengaja menghindari bertatapan dengan mereka.
"Ada yang lain dengan Kaiya." gumamnya pelan sambil terus menatap lurus ke gadis yang berada cukup jauh dari mereka. Ketiga sahabatnya sama-sama menatapnya bingung.
"Dia kurusan."
Naomi mengiyakan, juga Jiro. Sedang Ginran, pria itu memang sudah sadar dari awal kalau Kaiya jauh lebih kurus. Dari dulu ia selalu memperhatikan kesehatan gadis itu, kalau menurutnya ada yang salah ia akan membeli segala macam makanan bergizi dan memaksa gadis itu makan, tapi sekarang ia seolah tidak mau peduli lagi, toh gadis itu juga tidak pernah peduli padanya.
"Dulu kan Kaiya banyak makannya."
Tambah Darrel lagi pelan. Dia sebenarnya tidak pernah marah pada Kaiya, tapi kalau gadis itu memang salah dia juga harus menegurnya sebagai sahabat. Tapi benarkah Kaiya dan sih brengsek itu melakukannya? Rasanya tidak mungkin. Ia masih tidak bisa mempercayainya.
BRAK !!!
Semua mata kompak memandang ke satu arah termasuk kelompok Ginran.
Ginran menutup matanya dalam-dalam menahan segala kekesalannya lalu tanpa aba-aba laki-laki itu sudah berjalan ke arah gadis yang terjatuh dengan piring yang dibawanya.
Lagi-lagi dia ceroboh,
Batin Ginran kesal, ia berulang kali berkata dalam hati untuk tidak peduli lagi tapi tubuhnya secara refleks malah mendatangi gadis itu.
Jiro, Darrel dan Naomi hanya diam menonton. Mereka tahu seberapa sayangnya Ginran pada Kaiya meski ia bilang tidak mau peduli lagi. Mereka tidak tahu hubungan kedua sahabat mereka itu akan bagaimana nantinya.
Semua orang di kantin memperhatikan Ginran yang sekarang ini tengah mengangkat tubuh Kaiya yang masih tertelungkup di lantai dan mendudukannya di sebuah kursi. Mata Ginran mendelik tajam ke para cewek di dekat situ yang menertawai Kaiya, mereka terdiam seketika dan menunduk takut.
"Kaiya, lo nggak kenapa-napa kan?" seru Lory cemas. Tangannya sibuk membersihkan sisa-sisa nasi yang berserakan di rambut dan baju Kaiya. Gadis itu menggeleng ke Lory sesaat lalu melirik Ginran.
"M ... makasih." ujarnya kaku.
"Hm. Lain kali jangan ceroboh lagi." balas Ginran terdengar agak ketus.
Pria itu lalu berbalik pergi tanpa sepatah kata pun setelah memastikan gadis itu baik-baik saja.
"Lo bikin gue kaget banget tahu nggak." omel Lory.
Ia baru tahu ternyata sih Kaiya ini tipe gadis yang ceroboh. Lihat saja tadi, masa nggak ada angin nggak ada hujan eh tiba-tiba malah jatuh. Gadis itu tersandung kakinya sendiri. Dasar konyol.
Lory menggeleng-geleng masih tidak percaya. Kaiya malah menyengir.
"Kita balik ke kelas aja, selera makan gue udah hilang." putus Lory lagi lalu menarik Kaiya keluar dari situ.
Dari tempatnya, Ginran dan tiga sahabatnya terus mengamati Kaiya mulai dari si cewek yang mereka tidak tahu namanya itu mengomel-ngomel tidak jelas sampai tangan Kaiya ditarik keluar olehnya.
"Siapa cewek itu?" tanya Darrel. Ada rasa iri dalam hatinya karena merasa cewek itu mengambil posisi mereka dari sisi Kaiya. Dari antara mereka, Darrellah yang paling nggak senang melihat Kaiya dekat dengan orang lain selain mereka.
Jiro menertawai sifat Darrel yang menurutnya sangat kekanakan itu. Masih saja kayak dulu kalau melihat Kaiya dekat dengan orang lain.
Sebenarnya Naomi pun hampir sama dengan Darrel. Ia tidak begitu senang melihat Kaiya sedekat itu dengan orang lain, tapi ia sangat pintar menyembunyikan perasaannya, dirinya selalu berusaha untuk terlihat perfect di depan banyak orang. Karena itu juga banyak yang melihatnya sebagai wanita berkelas yang beruntung dikelilingi pria-pria tampan.
Bagaimana dengan Ginran?
Pria itu tak terbaca. Tapi sekali ia bertindak, semua orang bisa berubah mati kutu.
Dulu Ginran adalah tipe cowok pendiam yang bisa lembut pada siapa saja, tapi semenjak peristiwa Kaiya yang di pergok berduaan di tenda bersama pria lain dan menghilangnya gadis itu secara tiba-tiba tanpa alasan dari hidupnya, dia jadi awut-awutan dan frustasi. Pria itu perlahan berubah menjadi sosok dingin dan tidak tersentuh, bahkan ia terkesan kasar pada semua perempuan yang berusaha mendekatinya.
Jiro, Naomi dan Darrel prihatin melihat perubahan Ginran. Tapi sekarang secercah harapan itu muncul, seseorang yang bisa menyembuhkan luka Ginran muncul dengan sendirinya didepan mereka. Meski gadis itu telah banyak berubah, mereka yakin waktu akan menyembuhkan luka kedua pasangan yang paling serasi itu menurut mereka.
pasti terlepas deh /Facepalm/