Namaku Kinanti Prayoga
Umur : 10 Tahun
Yatim-piatu.
Aku hidup dari hasil ladang warisan Ayahku, walau tidak besar, tap cukup untukku bertahan hidup.
Aku bertani sayur dan bumbu dapur, Kacang panjang dan terong itulah yang bisa ku tanam, serei, kemangi dan daun selasih itulah tanaman tambahan di kebun ku yang kecil.
Tapi walau kecil, aku bisa menghidupi diriku sendiri, 30 hingga 40 ribu bisa ku hasilkan, dan itu sudah sangat baik.
Di kebun ku juga ada pisang, singkong dan ubi jalar, itu bisa kupakai sebagai tambahan panganku selain beras.
Ayam yang kumiliki juga cukup banyak, jika aku ingin makan, tinggal ambil seekor, cukup aku makan seharian bahkan hingga esok juga.
Aku tak bisa mengeluh, tak ada yang lain warisan dari orangtuaku selain Cincin berwana Hitam.
Ibuku berkata sebelum dia meninggal, bahwa cincin itu warisan turun temurun, jadi aku pakai saja, kebetulan pas di jariku, saat aku mencobanya.
ikuti terus ceritaku
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jhon Dhoe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab.06. Nasib Sang Paman
Kinanti keluar dari rumah Bu Maria, dia di sambut dengan tatapan penuh amarah oleh warga Desa yang dihancurkan nya, beserta keluarga pamannya.
"Kenapa kamu kembali lagi,? Ucap pamannya.
"Oh apakah hanya kamu yang berhak tinggal di desa ini, Ayah dan ibu ku asli warga Desa ini, lagian aku tidak berbuat kesalahan dan kejahatan di Desa ini, jika kalian terus memaksa saya, maka kita bicarakan di kantor polisi", jawab Kinanti.
"Kamu hanya orang pembawa sial, hingga rumah dan kebun kami terbakar dan hancur, jawab Pamannya.
Apakah kejadiannya aku berada disini, jika ia berarti ski pembawa sial, dan juga kenapa hanya kalian yang kebun dan rumah hancur, yang lain kenapa tidak? Jawab Kinanti.
"Usir daha dia,
Usir...
Usir
Teriak para warga yang menimpa kerugian besar.
"Baiklah aku pergi, terimakasih sambutannya, ucap Kinanti dan pergi bersama tukang ojek langganannya.
Kinanti melihat rumah-rumah yang hancur dan terbakar kini sementara di perbaiki, dia kemudian menggunakan elemen Tanah dan mengontrol agar bebatuan keluarga dari dalam tanah, setelah 1 Minggu.
Tiga hari kemudian, Bu Maria beserta anak tertuanya, mendatangi pekarangan rumah Kinanti, mereka juga memanggil beberapa orang agar membantu membersihkan pekarangan tersebut.
Tukang juga datang dan mulai mengukur dan memasang benang, dengan adanya uang pemberian Kinanti serta tabungan yang ada, putra tertua Bu Maria berencana membangun rumah permanen.
"Maria, lancang kalian main seenaknya mengukur lahan ini? Teriak Pamannya Kinanti
"Oh anda rupanya Franky, kami tidak lancang membersihkan pekarangan ini, karena 3 hari lalu, Kinanti sudah menyewakan pekarangan ini kepada keluarga kami, selama dia tidak berada disini, dalam surat juga tertulis, kami boleh membangun rumah, dan saat dia kembali, maka dua akan mengganti rugi biaya pembangunan rumah, dan memberikan tambahan ongkos pindah, jawab Bu Maria dengan lantang.
"Tapi saya adalah pamannya, kamu tau Subono sudah membayar sewanya kepada saya, ucap Franky.
"Apakah tanah ini milik anda, atau keluarga pihak anda, jawab suami Bu Maria.
"Tapi mereka semua sudah meninggal, jadi saya sebagai kerabat dekatnya Kinanti yang berhak memutuskan tanah ini, bukan anak ingusan itu, jawab Franky.
"Kecuali Kinanti sudah tiada, kamu boleh berhak, jika tidak ada ahli waris lainnya, tapi Kinanti masih hidup, dia juga sudah membawa surat perjanjian sewa-menyewa, dan sudah di tandatangani bahkan dengan sidik jarinya, beserta materai 10 ribu, jika anda keberatan, silahkan hubungi Kinanti, kami sudah bayar ke Kinanti sebagai pemilik sah dan pemegang sertifikat tanah ini, jawab suaminya Bu Mariah.
"Franky, kalau kamu mau gugat, silahkan ke pengadilan, atau kamu tanya ke notaris, kamu bersaudara dengan Kinanti lewat Ibunya, sedangkan tanah ini warisan dari kakeknya Kinanti pihak Ayahnya, dimana-mana kamu tidak berhak.
Jikapun tanah ini warisan dari Kakek nya Kinanti sebelah ibu, kamu juga tetap tidak berhak, karena kamu hanya sepupu ibunya.
Jangan karena kamu merasa paling kaya di Desa ini, lantas kamu seenaknya meng-klaim, Kinanti tidak bisa kamu bodohi
Sekarang kamu dalam masak besar, dia sudah mendaftarkan laporan tindakan Penipuan dan dan pengancaman kamu serta pengusiran warga terhadap nya, jadi bersiaplah, karma kedua akan datang, saya dan keluarga akan bersaksi, tanah 10 hektar yang kamu jual dan uangnya kamu tidak serahkan, karena saya yang menemani Kinanti saat proses pembayaran RS sebelum jenazah ayahnya di bawa pulang.
Bahkan anda tidak hadir saat pemakaman dan tahlilan, kami 7 orang yang membantu acara tersebut dan kami pribadi yang menyediakan konsumsinya.
Selama setahun, Kinanti juga tidak sekolah, bahkan hingga hari ini uang sekolahnya yang menunggak belum di bayar, alasannya dia tidak punya uang.
Kepala sekolah datang ke ketempat mu,tapi kamu bilang Kinanti bukan tanggungjawab kamu, jadi uang penjualan tanah ayahnya kamu kemanakan.
Bukti putramu menggeledah rumahnya juga ada,video kamu memaki-maki juga ada, jadi silahkan anda hadapi tuntutan nya.
Saudara Sepupuku anaknya si Karwo, sudah di tunjuk sebagai pengacara nya, Pramono asli Desa kita, dia juga tau kasus penjualan tanah itu, bahkan dia sudah nasehati kamu, tapi dengan sombongnya kamu menganggap dia anak kecil, nah sekarang dia akan membantu Kinanti, jawab Suami Bu Mariah sambil mengancam Franky.
"Ini pasti akal-akalan kalian, berarti kalian yang memprovokasi Kinanti, agar melawan saya, dengus Franky.
"Kami membela uang berhak, sudah sepantasnya kami juga membantunya, dia yatim-piatu, harusnya kamu sebagai Paman, bisa melindunginya, sudah kamu tipu, kamu masih mau mengambil tanah dan ladangnya, alasannya lucu, nanti kamu yang akan mengatur keuangannya Kinanti, Dia saja baru umur 11 tahun paham, apalagi kami, lanjut suami Bu Mariah menjawab sambil meremehkan.
Aku peringatkan, selama tidak ada ijin dari saya, maka kalian tidak berhak melakukan apapun tanah ini, bentak Franky.
"Apa kamu lupa saya siapa, Almarhum saja bapakmu yang katanya jawara, hampir mati ku hajar, apalagi kamu, keluarga besar ku pasti mendukung Kinanti, Pak Kades pun akan terseret dalam kasus pengusiran, juga transaksi jual beli tanah itu, terakhir, Kinanti tidak pernah tanda tangan AJB, dan tidak ada saksi dari pihak Kinanti selain kamu, bahkan ayahnya kami bilang setuju, tidak ada surat kuasanya, jadi bersiaplah, mungkin hari ini atau besok pihak kepolisian akan datang, hampir lupa, anak kebanggaan mu juga akan terseret, bahkan istrimu yang PNS ikut terseret dalam kasus pengusiran, keserakahan mu berakhir di tangan Kinanti.
Bahkan pekarangan rumahmu yang terbakar adalah milik neneknya Kinanti, Dokumen nya ada, bahwa tanah tersebut tidak ada ikatan keluarga dengan mu, dan seenaknya kamu duduki, tapi ingat saat kejadian itu, aku adalah perangkat desa yang menentang mu, berikut beberapa bidang tanah yang kamu duduki sepihak, semua sertifikat ada di tangan Kinanti.
Kemarin kami sudah melihat nya, keluarga besar ku dan beberapa orang lainnya siap jadi saksi, dapat di pastikan keluargamu akan akan melarat, karena sebagian besar hartamu adalah hasil pencurian.
Franky terdiam, tidak mampu menjawab omongan suami Bu Maria, karena semua omongannya adalah kebenaran.
"Dimana Kinanti tinggal saat ini? Tanya Franky
"Tempat tinggalnya kami tidak tahu, kami bertemu saat dia konsultasi dengan Keponakan saya di kantor nya, kami pun tidak bertanya, kalaupun kami tahu, untuk apa kami memberitahukan kepada mu.
"Bowo, jangan tunggu kesabaran ku hilang, mau beritahu dimana Kinanti tinggal atau tidak? ancam Franky.
"Sudah saya katakan tidak tahu, kalau kamu mau menantang ku bertarung, kamu pikir, aku takut, sengit suami Bu Maria sambil melangkah maju.
Franky mundur, dia tahu betul siapa Bowo, mantan kepala preman pasar, tapi hatinya baik, polisi saja di masa lalu segan kepadanya.
"Awas kamu Bowo, selesai masalah ini, akan ku hancur kan keluarga kamu, ucap Franky putus asa.
"Hahahaha, mau kemana kamu, ejek Bowo.
Tiga hari lagi waktu berlalu, kini warga di hebohkan dengan penangkapan Franky dan kawan-kawan, serta Pak Kades, begitu juga di kantor istrinya Franky, dia di gelandang, bahkan anaknya yang lagi kuliah, di gelandang.