DIBUANG ANAKNYA, DIKEJAR-KEJAR AYAHNYA?
Bella tak menyangka akan dikhianati kekasihnya yaitu Gabriel Costa tapi justru Louis Costa, ayah dari Gabriel yang seorang mafia malah menyukai Bella.
Apakah Bella bisa keluar dari gairah Louis yang jauh lebih tua darinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ria Mariana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9
Di tempat lain, Gabriel sedang bersantai di apartemennya ketika tiba-tiba ponselnya berbunyi. Sebuah notifikasi pesan masuk. Ia mengangkat alis, berpikir itu mungkin pesan biasa dari teman atau urusan kampus. Namun, begitu dia membuka pesan tersebut, matanya langsung melebar. Foto yang diterima jelas menunjukkan Bella dan Louis sedang berciuman.
"Louis...?" gumam Gabriel, sambil mengingat kembali percakapan singkatnya dengan Bella tadi di kampus. Bella memang sempat menyebut nama 'Louis,' tapi saat itu Gabriel mengabaikannya. Sekarang, dengan bukti di tangannya, pikirannya langsung berputar.
Apakah benar Bella berbicara tentang Louis, ayahku sendiri?
Tanpa berpikir panjang, Gabriel dengan cepat mencari nomor Bella di kontaknya dan langsung menelpon. Jantungnya berdebar, menunggu jawaban dari ujung telepon.
Namun, tidak ada jawaban.
"Angkat teleponnya, Bella," Gabriel mendesak dirinya sendiri, semakin gelisah. Dia menelpon lagi, namun sekali lagi panggilannya berakhir tanpa jawaban.
"Kenapa dia tidak mengangkat?" gumam Gabriel.
Gabriel berdiri, mondar-mandir di ruang tamu apartemennya. Pikirannya penuh kecurigaan.
Apa yang sebenarnya terjadi? Dan sejak kapan mereka saling mengenal? Kenapa Bella tidak mengatakan apa-apa padaku?
Dengan napas yang semakin cepat, Gabriel mencoba menelepon sekali lagi berharap Bella akhirnya mengangkat. Namun, teleponnya tetap tak dijawab.
Tiba-tiba Gabriel menerima panggilan lain di ponselnya. Nama Louis terpampang jelas di layar. Itu ayahnya.
Dengan ragu, Gabriel akhirnya mengangkat telepon.
"Ya, Pa?" ucap Gabriel.
"Gabriel, aku ingin kita bertemu," kata Louis.
"Di mana?" tanyanya.
"Di rumahku, ada sesuatu yang harus kita bicarakan," kata Louis.
"Baiklah. Aku akan segera ke sana."
Tak butuh waktu lama, Gabriel sampai di rumah besar Louis. Pikirannya masih dipenuhi oleh serangkaian pertanyaan. Begitu ia masuk ke ruang tamu yang megah, Louis sudah duduk di sofa dan terlihat santai seperti biasanya.
"Duduklah, Gabriel," kata Louis sambil menunjuk kursi di seberang.
Gabriel mengabaikan tawaran itu, berdiri tegak dengan tatapan tajam ke arah ayahnya.
"Aku nggak akan duduk sebelum kamu menjawab pertanyaanku."
"Baiklah, silakan tanya."
"Apa kamu kenal Bella?" tanya Gabriel tanpa basa-basi.
"Ya, aku mengenal Bella Louisa," jawab Louis.
Gabriel terkejut mendengar Louis menyebut nama lengkap Bella.
"Bagaimana Papa bisa mengenalnya?" tanya Gabriel.
Louis tetap tenang, bahkan tampak menikmati situasi ini. "Bella... dia adalah calon ibu tirimu."
Gabriel terbelalak, nyaris tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. "Apa?!"
"Ya. Aku akan menikahinya. Itulah kenapa kamu melihat foto itu. Aku dan Bella akan segera menikah, jadi lebih baik kamu mulai menerimanya," jelas Louis.
Gabriel mundur selangkah, tubuhnya terasa kaku.
"Ini gila! Papa bercanda, kan? Bella? Ibu tiriku? Bagaimana bisa? Apa yang sebenarnya terjadi?"
Louis mengangkat bahu dengan santai. "Tidak ada yang aneh, Gabriel. Bella adalah wanita yang kuat, mandiri, dan dia menarik perhatianku. Kami punya hubungan yang cukup dalam, dan sekarang kami akan melanjutkannya ke tahap berikutnya."
"Tidak mungkin! Papa nggak bisa melakukan ini!"
"Kenapa tidak? Ini hidupku, dan aku yang memutuskan," ucap Louis.
"Tapi dia mantan pacarku! Apa kamu tidak merasa ada yang salah di sini? Kamu tidak bisa menikahi wanita yang pernah bersamaku!" jawab Gabriel.
Louis tersenyum dingin, lalu menatap Gabriel dalam-dalam.
"Kamu sudah melepaskan Bella. Dia bukan milikmu lagi. Dan sekarang, dia adalah pilihanku."
"Ini gila! Ini semua salah, Papa benar-benar kehilangan akal."
Louis berdiri, menghampiri Gabriel dan menepuk pundaknya dengan lembut.
"Kamu hanya perlu menerima kenyataan ini. Cepat atau lambat, kamu akan menyadari bahwa ini bukan tentangmu. Ini tentang aku dan Bella."
Gabriel berdiri terpaku, berusaha keras memproses apa yang baru saja dikatakan Louis. Pikirannya berputar, amarah dan rasa bingung bercampur menjadi satu. Dia tidak bisa membiarkan ini terjadi.
"Papa tidak bisa menikah dengannya. Aku tidak akan mengizinkan," ucap Gabriel.
Louis menatap putranya dengan ekspresi datar, lalu menyilangkan tangannya di dada.
"Izin? kamu lupa sesuatu. Aku tidak butuh izin darimu. Ini hidupku, dan aku yang memutuskan," ucap Louis.
"Bella hanya memanfaatkanmu. Kamu tidak melihatnya, Pa. Dia hanya main-main denganmu!"
"Itu bukan urusanmu lagi. Bella adalah wanita dewasa, dan dia tahu apa yang dia inginkan. Begitu juga aku."
Sebelum Gabriel bisa membalas, pintu ruang tamu terbuka, dan Bella masuk dengan tenang. Dia mengenakan pakaian yang lebih kasual namun tetap anggun, rambutnya terurai bebas. Saat dia melihat Louis, bibirnya melengkung menjadi senyum yang menyakitkan hati Gabriel.
Tanpa berkata apa-apa, Bella berjalan mendekat ke arah Louis dan dengan gerakan yang lembut, dia duduk di pangkuannya. Tatapan mata Gabriel semakin penuh dengan kemarahan, tapi dia tetap tidak bisa berkata apa-apa saat melihat Bella memeluk Louis dengan santai.
"Kamu sudah memberitahu pada Gabriel kabar bahagia kita?"
Bella bertanya manis kepada Louis, sambil mengecup pipi pria itu dengan lembut. Louis hanya mengangguk pelan, menikmati perhatian Bella.
"Kmau hanya mempermainkannya, Bella. Aku tahu apa yang kamu lakukan," sahut Gabriel.
"Apa maksudmu?" tanya Bella.
"Kamu menggunakan ayahku untuk balas dendam. Ini semua rencana permainanmu, kan? Setelah kita putus, kamu tidak bisa menerima itu, dan sekarang kamu ingin menghancurkan kami berdua," jawab Gabriel.
Louis menatap Gabriel dengan alis terangkat, tapi tidak bereaksi berlebihan.
"Kamu terlalu drama," kata Louis.
"Jadi kamu pikir aku melakukan ini untuk balas dendam? Kamu terlalu percaya diri. Aku bukan gadis lemah yang harus mencari cara untuk membuatmu menderita," jawab Bella.
"Jangan bohong! Aku tahu kamu. Aku tahu bagaimana caramu berpikir dan ini hanya caramu untuk melukaiku karena kamu tidak bisa menerima bahwa aku tidak ingin bersamamu lagi," ucap Gabriel.
"Apa itu benar-benar penting sekarang? Karena sekarang, aku bersama ayahmu dan dia memperlakukanku lebih baik daripada kamu," jawab Bella.
Louis tersenyum kecil dan mencium Bella di pipinya, sementara Gabriel hanya bisa berdiri di sana, merasa semakin tersingkir dari kehidupan mereka.
"Kamu hanya memanfaatkan dia." Gabriel menggelengkan kepala.
"Terima saja, Nak! Kamu kan yang juga ingin aku menikah lagi? Sekarang aku ingin menikahi Bella Louisa," jawab Louis.
"Kalian berdua benar-benar gila!" teriak Gabriel.
Bella terdiam, dia melihat ayah dan anak itu sepertinya tidak ada hubungan baik. Sebenarnya dia tidak tega melihat reaksi Gabriel tapi jika mengingat apa yang pria itu lakukan pada dirinya membuat Bella enggan untuk memaafkannya. Ya, benar! Louis adalah satu-satunya cara supaya Gabriel menyesal.
"Dan kamu membuat Bella terluka, karena itu aku memutuskan untuk memberikanmu hukuman," kata Louis.
"Hukuman?" Gabriel menatap Louis dengan tidak percaya.
"Mulai sekarang, uang sakumu akan dipotong 50 persen. Sampai kamu belajar mengendalikan emosimu dan memperlakukan Bella dengan hormat."
"Kamu serius, Pa?"
"Lebih dari sekedar serius," jawab Louis.
"Mungkin masuk akal jika Bella ingin balas dendam, tapi Papa.... Papa adalah ayah kandungku, setega itu Papa sama aku?" tanya Gabriel.
Louis hanya diam dengan tatapan dinginnya.
"Papa selalu sibuk dengan duniamu dan sekarang Papa menghancurkan duniaku dengan cara berhubungan dengan Bella!" teriak Gabriel.
"Alister!" ucap Louis.
Asisten pribadinya masuk ke ruangan itu.
"Ya, Tuan?"
"Kurung anak kurang ajar ini di penjara bawah tanah!" pinta Louis.