NovelToon NovelToon
My Crazy Girl

My Crazy Girl

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / CEO / Beda Usia / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:1.4M
Nilai: 4.7
Nama Author: widyaas

Tipe pria idaman Ara adalah om-om kaya dan tampan. Di luar dugaannya, dia tiba-tiba diajak tunangan oleh pria idamannya tersebut. Pria asing yang pernah dia tolong, ternyata malah melamarnya.

"Bertunangan dengan saya. Maka kamu akan mendapatkan semuanya. Semuanya. Apapun yang kamu mau, Arabella..."

"Pak, saya itu mau nyari kerja, bukan nyari jodoh."

"Yes or yes?"

"Pilihan macam apa itu? Yes or yes? Kayak lagu aja!"

"Jadi?"

Apakah yang akan dilakukan Ara selanjutnya? Menerima tawaran menggiurkan itu atau menolaknya?

***

⚠️NOTE: Cerita ini 100% FIKSI. Tolong bijaklah sebagai pembaca. Jangan sangkut pautkan cerita ini dengan kehidupan NYATA.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon widyaas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 10

Wajib like sebelum membaca 😘

****

Pagi harinya, Ara dikejutkan oleh kedatangan kedua kakaknya. Kedua pria tampan itu duduk santai di sofa sambil minum kopi.

"Kakak?" kata Ara dengan riang. Dia bergegas menuruni tangga dan menghampiri kedua kakaknya. Tanpa basa-basi, Ara langsung memeluk tubuh Marvel (Kakak pertama).

"Ara kangen banget!" ucap Ara. Matanya berkaca-kaca, namun bibirnya tersenyum.

Dia terlalu lama memendam rasa rindu selama ini.

Marvel hanya diam, dia tak membalas pelukan adiknya ataupun mengucapkan kata-kata manis. Menyadari hal itu, Ara pun melepaskan pelukannya dan tersenyum canggung.

"M-maaf..." ucap Ara. Dia merasa kakaknya tak suka jika dipeluk.

Ara beralih menatap Geo (Kakak kedua) Ara tak berani memeluknya karena Geo itu yang paling galak diantara ketiga pria yang Ara sayangi.

"Kak Geo..." sapa Ara.

Geo pun hanya menoleh sekilas lalu kembali membaca file yang ada di tabletnya.

Ara mengusap air matanya yang kembali mengalir. Bibirnya berusaha tersenyum meskipun hatinya tercabik-cabik melihat perlakuan kakak-kakaknya terhadapnya.

Sesulit itukah tersenyum untuk Ara? Batin Ara.

"Ara masak dulu, ya. Kakak tunggu sebentar," ucap Ara. Dia bergegas menuju dapur untuk memasakkan makanan untuk kedua Kakak tercintanya. Ara tak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini. Jarang-jarang kedua kakaknya pulang ke rumah, karena mereka akan lebih sering menginap di apartemen.

Selain itu, Ara ingin membuktikan pada kakak-kakaknya bahwa dia bisa masak dan tidak merepotkan.

Saking senangnya, Ara sampai tak peduli detik jam terus berjalan. Hingga tepat pukul setengah 8, masakan Ara sudah matang semua. Dia tersenyum melihat hasil masakannya yang aromanya sangat sedap.

"Kakak pasti suka!" gumam Ara girang. Senyum lebarnya tak luntur.

Ara pun berjalan menuju sofa untuk memanggil kedua kakaknya agar sarapan bersama.

Kening Ara mengerut kala melihat kedua kakaknya yang sudah siap dengan pakaian kantor.

"Loh? Kak Marvel sama Kak Geo berangkat sekarang?" tanya Ara.

"Kalau gitu, ayo sarapan, Ara udah masak banyak buat Kakak!" lanjut Ara antusias.

Geo menatap Ara dengan datar. "Aku sama Kak Marvel udah sarapan. Kamu makan sendiri aja masakanmu itu," ucapnya.

"Satu lagi, kami ke sini cuma nurutin perintah Ayah, gak usah berharap lebih," lanjut Geo semakin membuat hati Ara hancur berkeping-keping.

Setelah mengatakan itu, mereka berdua pergi dari rumah tersebut. Meninggalkan Ara yang masih mematung, mencerna apa yang diucapkan oleh kakaknya.

Ara mendongak, mencegah air matanya yang hendak mengalir. Namun, sekeras apapun Ara mencegah, air matanya tetap mengalir dengan deras membasahi pipi tembam nya.

"Kenapa harus seperti ini, Tuhan?" Ara menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Dia terisak keras sampai bersimpuh di lantai yang dingin itu.

Bahu ringkih nya bergetar hebat seiring isak tangisnya yang semakin keras. Sampai satpam yang menjaga di depan mendengar tangisan Ara yang memilukan.

Sampai hampir 10 menit lamanya, tangis Ara baru mereda. Dia mengusap wajahnya yang kacau. Karena sudah telat berangkat sekolah, Ara pun memutuskan untuk tidak sekolah hari ini.

Gadis malang itu berjalan menuju kamarnya untuk mengganti baju. Karena sedari tadi Ara memakai seragam sekolah.

Setelah mengganti baju dan mencuci wajahnya, Ara pun kembali ke meja makan untuk sarapan.

Matanya bengkak dan memerah, begitu juga dengan hidungnya.

Meskipun sudah terbiasa dengan ini semua, tetap saja Ara merasa sakit saat dicampakkan seperti tadi. Kedua kakaknya seolah berpikir jika dia tak memiliki perasaan, jadi mereka berbuat semaunya.

Ara menatap semua masakannya dengan sendu. Lagi-lagi air matanya mengalir tanpa bisa dicegah. Semuanya terasa menyakitkan.

Sarapan pagi ini terasa hambar dan tidak bisa dinikmati, karena Ara makan sambil menangis.

****

Di sisi lain, Gevan merasa bosan. Sejak kejadian kemarin, Mom Bella mengabaikannya sampai Dad Vilton turun tangan untuk membuat keduanya akur. Gevan sudah minta maaf, namun Mom Bella yang keras kepala dan malah meminta Gevan mencari gadis lain jika ingin dimaafkan. Tentu saja Gevan tidak mau. Perjanjian tetaplah perjanjian. Gevan sangat anti dengan yang namanya ingkar janji, tapi Mom Bella malah melakukan itu.

Dad Vilton pun tak lagi membujuk karena dia tau sifat anak dan istrinya. Dan yang Gevan lakukan ada benarnya juga meskipun tetap salah karena membantah orang tua.

Gevan melihat jam tangannya, sebentar lagi jam makan siang. Sedari tadi Gevan sengaja meminta Nike (Asisten) untuk mengosongkan jadwalnya hari ini. Dia ingin menenangkan pikirannya. Jadi yang ia lakukan sedari tadi adalah hanya diam di dalam ruangannya tanpa ada yang mengganggu.

Dan kini saatnya dia keluar untuk makan siang. Karena jadwalnya kosong, Gevan pun memutuskan makan di luar.

Dia mengotak-atik ponselnya sambil berjalan menuju mobilnya. Entah kenapa dia merindukan gadis itu.

"Halo?"

Gevan mengerutkan keningnya mendengar suara Ara yang parau.

"Kamu kenapa?" tanyanya. Dia mulai mengendarai mobilnya menuju restoran.

"Gak papa."

Berarti kenapa-kenapa. Batin Gevan.

"Sudah makan siang?" tanyanya lagi.

"Sudah," jawab Ara di seberang sana. Sebenarnya belum makan siang karena dia malas keluar kamar. Sedari tadi Ara memang mengurung diri di kamar.

Merasa ada yang tidak beres dengan Ara, Gevan pun mengalihkan sambungannya ke video call.

Ara pun menghela nafas melihat panggilan video dari Gevan. Di malas menjawabnya. Namun, pesan dari Gevan yang menyuruhnya untuk menjawab video call tersebut pun membuat Ara terpaksa menjawabnya.

"Kamu gak sekolah?"

Ara mengangguk lesu. Saat ini dia memiringkan wajahnya dan ponselnya dia sandarkan di bantal.

Dengan begitu, Gevan bisa melihat wajah Ara yang sembab. Sepertinya gadis itu sedang tak baik-baik saja.

"Are you okay?"

Pertanyaan Gevan membuat mata Ara berkaca-kaca. Itu adalah pertanyaan sensitif untuk orang yang sehabis menangis. Jadi, bukannya menjawab, Ara malah menangis lagi. Terlebih dia kembali mengingat perlakuan keluarganya padanya.

"Saya ke sana sekarang. Kamu tenang dulu, ya."

Gevan menambah laju mobilnya agar cepat sampai, dia bahkan melupakan tujuannya untuk makan siang di luar, karena sekarang yang terpenting adalah keadaan Ara.

Ara tak menyahut karena dia sibuk menangis sambil memeluk bonekanya yang sudah basah. Lantaran bingung ingin memeluk siapa, pada akhirnya tetap boneka yang menemani Ara menangis. Miris sekali hidup gadis ini.

Tak lama kemudian Gevan sampai di halaman rumah Ara. Untungnya satpam sudah hapal dengan Gevan yang beberapa kali mengantar jemput sang Nona.

Gevan berdiri di ambang pintu yang terbuka, lalu dia menatap Ara yang masih menangis di layar ponselnya, karena sedari tadi mereka masih terhubung lewat video call.

"Aku sudah sampai di rumah mu," ucap Gevan.

Tangis Ara sudah sedikit reda, ia menganggukkan kepalanya sambil mengusap pipinya, setelah itu Ara mematikan sambungannya dan berjalan menuju lantai dasar untuk menyambut Gevan.

Melihat Ara yang tengah berjalan ke arahnya, tanpa menunggu lagi, Gevan pun langsung masuk dan memeluk tubuh mungil itu dengan erat. Dia khawatir, sangat khawatir. Baru kali ini ia melihat Ara yang menangis begitu lama.

Ara pun membalas pelukannya. Inilah yang ia butuhkan sedari tadi, yaitu pelukan yang hangat.

***

1
Priskha
tiap msh dlm rmh tangga pasti ada jln keluar nya klau dibicarakan baik2 dengarkan penjelasan pasangan kita jgn ambil keputusan saat hati kita sdg emosi
Agustina Kusuma Dewi
seru banget kak..
indah banget, ga neko2
like
sub
give
komen
iklan
bunga
kopi
vote
fillow
bintang
paket lengkap sukak bgt, byk pikin baper😘😍😘😍😘😍😘😍😘
Agustina Kusuma Dewi
ijin share ya kak..
Priskha
Nike....bnr kah itu????
Priskha
pingin aq tonjok aja 3 org itu
Priskha
lhoalah ternyata selama ini Ara juga ndak tau makam bundanya dimana dasar klg yg minim akhlak
Priskha
ndak hbs pikir aq dg klg Ara, seorang CEO pastinya punya pendidikan tinggi tp cara berpikirnya dangkal spt otak udang
Azmori
Hadir kak
Sri Mahyuni
kui lah kasian sekali ara, hidup sendiri tidaj ada yg membimbingnya dlm menjalani kehidupan, untung kelakuanya baik lembut, tidaj kasar
Ufi Yani
klo d novl o.l emg boleh sebut merk y kak??
fahrisa asyifa 91
🤣
love sick
tfhuh
Niwa
ganti dong panggilan nya.. jgn saya lagi
Niwa
basiiiiiii anj
Niwa
dih salting ya Gev 😂😂😂
Niwa
mantapp 😂👍 demi Ara apapun akan dilakukan ya
Niwa
ahahha... kasian tapi ngakak
Dina Ispriyanti
Luar biasa
Ervina
anaknya laki apa perempuan... 👶, happy ending... syukaa😍🤩
Ervina
gara2 sebotol minuman ara jadi sempoyongan /Facepalm/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!