NovelToon NovelToon
Petir Abadi Dan Tawa Di Antara Kematian

Petir Abadi Dan Tawa Di Antara Kematian

Status: tamat
Genre:Action / Tamat / Reinkarnasi / Fantasi Isekai
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: Raven Blackwood

mengikuti perjalanan Kaelan, seorang remaja yang terjebak dalam rutinitas membosankan kehidupan sehari-hari. Dikelilingi oleh teman-teman yang tidak memahami hasratnya akan petualangan, Kaelan merasa hampa dan terasing. Dia menghabiskan waktu membayangkan dunia yang penuh dengan tantangan dan kekacauan dunia di mana dia bisa menjadi sosok yang lebih dari sekadar remaja biasa.

Kehidupan Kaelan berakhir tragis setelah tersambar petir misterius saat dia mencoba menyelamatkan seseorang. Namun, kematiannya justru membawanya ke dalam tubuh baru yang memiliki kekuatan luar biasa. Kini, dia terbangun di dunia yang gelap dan misterius, dipenuhi makhluk aneh dan kekuatan yang tak terbayangkan.

Diberkahi dengan kemampuan mengendalikan petir dan regenerasi yang luar biasa, Kaelan menemukan dirinya terjebak dalam konflik antara kebaikan dan kejahatan, bertempur melawan makhluk-makhluk menakutkan dari dimensi lain. Setiap pertarungan mempertemukan dirinya dengan tantangan yang mengerikan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Raven Blackwood, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pertemuan dengan Takashi

Langit yang semula terang tiba-tiba berubah kelam, suara petir dan badai bergemuruh di angkasa. Tubuhku masih melayang di udara setelah kekuatan misterius di dalam diriku terlepas. Petir merah yang menyerang Veron telah mengubah segalanya. Kini, hanya sepi yang tersisa di sekelilingku. Cahaya petir mulai memudar, tubuhku yang tadinya dipenuhi oleh energi petir mulai melemah.

Aku bisa merasakan tubuhku mulai kehilangan kendali. Mata yang tadinya bersinar merah perlahan meredup, dan simbol-simbol aneh di tubuhku mulai menghilang satu per satu. Kemudian, brak! Aku terhempas ke tanah. Tubuhku menghantam keras tanah yang telah porak-poranda oleh ledakan sebelumnya, meninggalkan jejak ambruk yang dalam. Rasa sakit menjalar ke seluruh tubuhku, tapi anehnya, aku tidak merasakan apa-apa lagi. Kepalaku terasa berat, dan kesadaranku mulai memudar.

“Urgh…” gumamku pelan. Pandanganku kabur, hanya bisa melihat sisa-sisa kehancuran di sekeliling. Veron tidak lagi tampak. Dia mungkin sudah pergi, atau mungkin tubuhnya sudah hancur sepenuhnya oleh petir merahku. Tak ada suara lagi, hanya angin dingin yang berhembus pelan.

Sebelum kesadaranku sepenuhnya lenyap, aku samar-samar melihat bayangan seseorang. Sosok itu melayang di udara, mendekat dengan kecepatan angin. Dia tampak seperti berjalan di atas udara, jubah panjangnya berkibar mengikuti gerakan angin yang membawanya. Rambut putih panjangnya berkilau dalam sisa-sisa kilatan petir yang masih menyala di kejauhan.

“Siapa… itu…?” pikirku dalam hati. Mata ini sudah terlalu berat untuk tetap terbuka. Sosok itu semakin dekat, hingga akhirnya aku tidak bisa melihat apa-apa lagi. Semua berubah gelap.

_ _ _ _ _ _ _ _

Ketika aku membuka mata, yang kulihat hanyalah langit-langit kayu sederhana. Rasanya seperti berbaring di atas sesuatu yang lembut—tidak seperti tanah keras yang terakhir kuingat. Aku mencoba menggerakkan tangan, tapi seluruh tubuhku terasa kaku dan lemah.

“Kau akhirnya bangun,” terdengar suara pria tua yang lembut namun tegas. Aku memutar kepala perlahan, berusaha melihat siapa yang berbicara.

Seorang pria tua berdiri di dekatku, jubah panjangnya menyapu lantai kayu. Wajahnya penuh dengan keriput, tapi matanya tajam, seolah-olah dia tahu lebih banyak tentang dunia ini daripada siapa pun. Rambut putih panjangnya tergerai hingga punggung, dan janggut panjangnya bergerak sedikit saat dia berbicara.

“Kau pingsan di tengah hutan setelah pertarungan besar. Aku menemukamu dan membawamu ke sini,” lanjutnya sambil mengelus janggut panjangnya.

Aku mencoba duduk, tapi tubuhku masih terasa berat. Pandanganku beralih ke sekeliling ruangan. Rumah ini sederhana namun nyaman. Dinding kayu yang kokoh, cahaya dari lampu minyak menerangi setiap sudutnya, dan ada aroma rempah yang menenangkan.

“Siapa kau?” tanyaku pelan, masih mencoba memahami situasi ini. “Dan di mana aku sekarang?”

Pria tua itu tersenyum kecil. “Namaku Takashi,” jawabnya dengan nada tenang. “Aku menemukamu di tengah hutan, di kawah besar bekas pertarunganmu. Luka-lukamu terlihat sangat parah, tapi anehnya, tubuhmu mulai sembuh sendiri.”

Aku tertegun mendengar penjelasannya. Aku menunduk, melihat tubuhku. Bekas luka yang semula memenuhi sekujur tubuhku telah menghilang, seolah-olah aku tidak pernah terluka sebelumnya. “Sembuh sendiri?” tanyaku tidak percaya.

Takashi mengangguk, sambil kembali mengelus janggut panjangnya. “Ya, regenerasimu luar biasa. Bahkan aku, yang sudah hidup selama ratusan tahun, belum pernah melihat yang seperti ini. Tubuhmu benar-benar luar biasa.”

Pikiranku melayang kembali ke saat-saat sebelum aku pingsan. Ledakan petir merah, simbol-simbol di tubuhku, kekuatan yang tak terkendali… Semuanya terasa seperti mimpi. “Aku… tidak ingat apa yang terjadi sepenuhnya,” gumamku, setengah berbicara pada diriku sendiri.

Takashi duduk di kursi kayu di sampingku. “Kau melepaskan kekuatan besar, itu sudah pasti,” katanya sambil menatap lurus ke mataku. “Dan aku rasa kekuatanmu bukanlah kekuatan biasa. Simbol-simbol yang muncul di tubuhmu, aku pernah melihatnya dalam catatan kuno. Mereka berasal dari zaman keemasan teknologi dan eksperimen yang sudah lama hilang, ribuan tahun yang lalu.”

Aku terdiam, mencoba mencerna kata-katanya. “Jadi... aku ini apa?” tanyaku, masih bingung dengan semua yang terjadi.

Takashi tersenyum tipis. “Kau adalah makhluk yang diciptakan dari eksperimen kuno. Tubuhmu adalah hasil dari teknologi yang sudah hilang, teknologi yang jauh melampaui apa yang kita miliki sekarang. Simbol-simbol itu adalah bukti dari peradaban yang telah lama terkubur oleh waktu.”

Aku terdiam, mencoba mencerna informasi yang baru saja kudengar. Rasanya seperti aku mendengar sebuah dongeng, tapi sesuatu dalam diriku mengatakan bahwa apa yang dikatakannya benar.

“Lalu… tempat ini?” tanyaku, memandang sekeliling.

Takashi menatap ke luar jendela. “Kau berada di rumahku, di atas bukit yang sangat terjal, dikelilingi oleh gunung-gunung yang tinggi. Tempat ini sangat tersembunyi, jauh dari mana pun. Tidak ada orang lain yang bisa menemukan kita di sini.”

Aku melihat ke jendela, mengikuti tatapannya. Dari balik jendela, aku bisa melihat pemandangan gunung-gunung yang menjulang tinggi, diselimuti kabut tebal. Tempat ini tampak seperti dunia yang terpisah dari yang lain sunyi, damai, dan sangat terpencil.

Takashi berdiri dari kursinya, lalu mengambil cangkir teh hangat dari meja di dekat tempat tidurku dan memberikannya padaku. “Minumlah ini. Teh ini akan membantu mempercepat pemulihanmu.”

Aku menerimanya dengan tangan gemetar, lalu menyesap perlahan. Tehnya pahit, tapi anehnya, kehangatannya memberiku sedikit tenaga. “Bagaimana kau menemukanku?” tanyaku.

“Aku mendengar suara ledakan besar dari hutan, dan itu menarik perhatianku,” jawabnya sambil kembali duduk. “Ketika aku sampai di sana, aku melihat tubuhmu tergeletak di tengah kawah besar. Kau sudah tidak sadarkan diri, tapi tubuhmu sedang menyembuhkan dirinya sendiri dengan sangat cepat. Aku tahu saat itu kau bukan manusia biasa.”

Aku mengangguk pelan. Semua ini masih terasa sulit dipercaya, tapi apa yang bisa kulakukan selain menerima kenyataan? Pertarunganku dengan Veron, kekuatan petir merah, simbol-simbol di tubuhku… semua itu adalah bagian dari diriku sekarang.

“Kau beruntung aku menemukamu,” tambah Takashi sambil menyesap tehnya sendiri. “Kalau tidak, mungkin kau akan mati kehabisan tenaga.”

Aku menunduk, menatap teh di tanganku, lalu melihat kembali ke Takashi. “Terima kasih,” kataku pelan. “Aku tidak tahu apa yang akan terjadi padaku jika kau tidak ada.”

Takashi hanya tersenyum, matanya penuh dengan kebijaksanaan dan pengertian yang dalam. “Istirahatlah sekarang,” katanya lembut. “Kau masih perlu waktu untuk benar-benar pulih.”

Aku mengangguk, lalu memejamkan mata, membiarkan tubuhku tenggelam kembali ke dalam tidur yang menenangkan.

1
Hr⁰ⁿ
bagus Thor,tpi tolong di perbaiki aja si buat bicara dan untuk bicara dalam hati,agak pusing kalo baca lngsung kaya gitu,
coba cari novel lain trus cek buat nambah referensi 🙏
Raven Blackwood: masukkan yang menarik, di bab selanjutnya langsung saya pakai nih saran nya, thanks.
Raven Blackwood: siap, terimakasih masukannya
total 2 replies
Hr⁰ⁿ
mantap Thor lanjutkan
Shion Fujino
Merasuki jiwa
Mia001
semangat kak
Raven Blackwood: terima kasih 😁
total 1 replies
Mia001
Semakin di baca semakin penasaran
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!