“Aku menghamilinya, Arini. Nuri hamil. Maaf aku selingkuh dengannya. Aku harus menikahinya, Rin. Aku minta kamu tanda tangani surat persetujuan ini.”
Bak tersambar petir di siang hari. Tubuh Arini menegang setelah mendengar pengakuan dari Heru, suaminya, kalau suaminya selingkuh, dan selingkuhannya sedang hamil. Terlebih selingkuhannya adalah sahabatnya.
"Oke, aku kabulkan!"
Dengan perasaan hancur Arini menandatangani surat persetujuan suaminya menikah lagi.
Selang dua hari suaminya menikahi Nuri. Arini dengan anggunnya datang ke pesta pernikahan Suaminya. Namun, ia tak sendiri. Ia bersama Raka, sahabatnya yang tak lain pemilik perusahaan di mana Suami Arini bekerja.
"Kenapa kamu datang ke sini dengan Pak Raka? Apa maksud dari semua ini?" tanya Heru.
"Masalah? Kamu saja bisa begini, kenapa aku tidak? Ingat kamu yang memulainya, Mas!" jawabnya dengan sinis.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hany Honey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dua Puluh Enam
Heru menundukkan kepalanya, dia malu berhadapan dengan Raka. Apalagi Raka adalah sahabat baik Arini. Dewi Fortuna masih berpihak pada Heru. Pekerjaannya masih bisa diselamatkan, karena dia masih bekerja di perusahaan Raka, dengan posisi yang masih sama sebagai direktur. Raka melakukan semua ini karena permintaan Arini. Arini yang meminta Raka supaya jangan pecat Heru, karena dia bekerja mati-matian untuk membuktikan pada papanya, kalau dia bisa bekerja tanpa ikut di perusahaan papanya.
Hubungan Heru dengan papanya memang tidak pernah baik, Arini tahu itu dari dulu. Itu kenapa Arini meminta Raka untuk menerima Heru bekerja di Perusahaanya saat dulu papanya menolak Heru mentah-mentah untuk bekerja di kantornya. Entah kenapa papanya setega itu dengan Heru, bahkan mamanya juga memilih bungkam, saat papanya menolak Heru untuk ikut bergabung di perusahaannya.
“Kamu benar-benar laki-laki tidak tahu diri, Heru! Tega kamu dengan Arini. Kamu harusnya malu dengan dia, kamu sakiti dia, tapi kamu tidak tahu kalau posisimu aman sekarang karena dia juga. Dia sudah kamu sakiti, tapi dia masih peduli dengan kamu!”
“Maksud Pak Raka?”
“Kalau bukan karena Arini yang minta, kamu sudah bernasib seperti Nuri! Kamu sudah saya pecat, bahkan saya akan blacklist nama kamu supaya tidak diterima di perusahaan mana pun, meski kerjamu sangat bagus!”
Heru menundukkan kepalanya. Iya, hanya Arini yang peduli akan dirinya sedari dulu. Sedari dirinya ditolak mentah-mentah oleh papanya sendiri, saat ingin bergabung di perusahaan milik papanya. Akhirnya Arini meminta Raka supaya Heru bekerja di kantornya.
“Saya akan tutup kasus ini, saya akan bungkam pada semua orang yang ada di kantor cabang yang akan kamu tempati nanti, supaya kamu masih bisa bekerja dengan tenang, supaya orang tidak tahu masalah ini, tapi ada syaratnya!”
“Syarat yang bagaimana, Pak Raka?”
“Jangan pernah ganggu Arini lagi, jangan pernah temui Arini lagi, apa pun yang akan terjadi nantinya! Itu syaratnya!”
Heru hanya diam, baru saja dia ingin sekali bertemu dengan Arini, dan berterima kasih padanya karena sudah menyelamatkan pekerjaanya, Ternyata Raka malah memberikan syarat yang seperti itu.
Raka memberikan syarat seperti itu karena ada sebabnya, bukan karena dia cemburu saat Heru mendekati Arini lagi. Semua itu karena Raka sudah tahu sesuatu, dan sebentar lagi pasti semuanya akan terbongkar, Heru akan meyesal seumur hidupnya.
“Bagaimana, Heru?”
“Baik, saya terima syaratnya. Saya mohon pada Pak Raka, sampaikan terima kasih saya pada Arini,” ucap Heru.
“Itu pasti!” jawab Raka.
Raka tersenyum penuh kemenangan, ternyata Heru sebodoh itu, ternyata Heru sama sekali tidak tahu soal Raka yang sudah menjalin hubungan dengan Arini sejak lama, sejak Heru melakukan kekerasan pada Arini, karena Heru jarang pulang ke rumah Arini setelah itu. Dia sibuk mengurus wanita simpanannya yang tengah hamil itu.
“Silakan keluar, kemasi barang-barang kamu, satu minggu lagi kamu bisa ke kantor cabang, saya akan perkenalkan kamu di sana. Saya akan urus semua ini, supaya tidak mencoreng nama baik kamu di sana. Namun, kamu harus ingat syaratnya, apa pun yang terjadi kamu tidak boleh ganggu Arini lagi!”
“Ba—baik, Pak,” jawabnya.
“Silakan keluar!”
Raka memijit keningnya, ingin sekali ia pecat Heru, tapi karena permintaan Arini dia harus mempertahankan Heru, meski akan dipindahkan di kantor cabang. Dengan penuh pertimbangan, apalagi kerja Heru bagus, jadi Raka menyetujui permintaan Arini.
“Kalau bukan karena kamu, aku sudah memecat dia, Rin! Karena aku benci orang yang berselingkuh, tapi aku kalah, kalah dengan cintaku padamu, sama seperti dulu, kalah dengan cintaku pada Asti, meski dia selingkuh, aku memaafkannya, aku masih menerima dia sebagai istriku, meski Juna bukan anakku, aku pun bisa menerima dia, bahkan sangat mencintai dia, sampai sekarang pun semua orang tidak tahu kasus istriku itu,” ucap Raka dalam hati.
Raka memberikan sanksi pada dua karyawan yang memvideo Heru dan Nuri, juga menyebarluaskan Videonya. Beruntung kantor cabang belum melihat video tersebut, jadi dia aman memindahkan Heru ke sana. Dua karyawan itu diberikan sanksi dengan diskors selama lima belas hari, dan dipindahkan ke kantor cabang lainnya. Dia tidak memecat karyawan itu, karena dengan video itu, Raka tidak membayar orang lagi untuk menguak kasus Heru dan Nuri.
^^^
“Ini perempuan yang mau kamu nikahi, Her?” tanya sang Papa pada Heru.
“Iya, Pa?”
Heru membawa Nuri ke rumahnya, untuk menemui papa dan mamannya. Mumpung papanya pulang ke rumah. Setelah makan malam, Nuri ke taman duduk sendiri di gazebo.
“Kau rupanya?” ucap Papanya Heru.
Nuri hanya menunduk, bingung mau menjawab apa. Tidak terasa air mata Nuri menetes.
“Kenapa anakku? Kenapa dengan dia?” ucap Alvin dengan suara parau. “Kau meninggalkan aku karena Heru?”
“Om, sudah! Kita sudah selesai!”
“Belum, Melati! Aku belum bisa melupakan kamu!”
“Om kita itu dulu sama-sama butuh! Aku butuh uang, om butuh kepuasan!”
“Aku cari kamu, Melati! Aku cari kamu selama lima bulan ini!”
“Aku Nuri, bukan melati!”
“Kau lupa, kita sudah cukup lama menjalin hubungan, Melati!”
Nuri hanya diam. Tidak ia sangka Alvin adalah orang tua Heru. Pantas saja ia tak asing dengan Foto yang ada di dinding ruang keluarga. Namun, itu foto dulu, foto sudah lama, dan Alvin masih memiliki bulu-bulu tebal di dagunya. Ya memiliki jambang yang cukup tebal, dan kumis tipis, tidak seperti saat bertemu dengan Nuri saat itu.
Saat kuliah semester akhir, Nuri memutuskan untuk menjadi simpanan Alvin, karena Nuri butuh uang yang cukup banyak untuk biaya wisuda dan lainnya. Namun, Nuri sering menjalin hubungan dengan pria lain, saat Alvin sibuk dengan pekerjaanya. Dia dengan Alvin hanya sebatas untuk membiayai kuliahnya saja sampai selesai. Nuri memang terkenal dengan nama Melati saat dulu. Bahkan dia sering Open BO di sosial medianya, hanya karena butuh sentuhan pria, bukan butuh uang lagi, karena Alvin sudah memberikan uang yang cukup banyak untuk dirinya. Itu ia lakukan saat Alvin berada di luar kota, karena Nuri kesepian, butuh belaian pria.
Setelah Nuri lulus kuliah, dia juga masih menjalin hubungan dengan Alvin, hingga Nuri memutuskan untuk pergi, karena dia sering diteror oleh istri Alvin, dia diancam akan dibunuh oleh istrinya. Ya, hubungan gelap mereka tercium oleh Laras, karena Laras menemukan chat mesra dirinya dengan Alvin di ponsel Alvin. Laras mengancam akan mendatanginya di apartemen, lalu tak segan-segan akan membunuh dirinya.
Tepatnya lima bulan yang lalu Nuri memutuskan untuk pergi menjauh dari Alvin. Saat Alvin berada di luar kota menyelesaikan pekerjaannya, dia pamit pergi. Dia memilih menetap di kota di mana Heru tinggal, lalu ia bertemu kembali dengan Arini. Arini merekomendasikan Nuri untuk bekerja di kantor di mana Heru bekerja. Iya, di kantor Raka, dan akhirnya Nuri di terima di sana. Karena pengalaman Nuri, Nuri di terima di bagian yang sama dengan Heru.
“Sudah berapa bulan kandunganmu, Melati?” tanya Alvin.
Nuri hanya diam, mau bicara dua bulan, pasti Alvin tidak akan percaya, karena perut Nuri sudah kelihatan menyembul, seperti sudah hamil dengan usia empat-lima bulan.
“Katakan, Melati!”
Nuri masih diam saja sambil menyeka air matanya. Ia tidak mungkin mengatakan yang sebenarnya, karena pasti Alvin tahu, kalau itu bukan anak Heru, melainkan anaknya.
“Sayang .... kamu di sini?”
Heru tiba-tiba datang ke taman belakang, dia dari tadi mencari Nuri, ternyata ada di taman belakang.
“Ah i—iya, Mas. Lagi cari angin, eh Om Alvin datang,” jawabnya.
“Kok Om sih, sayang? Papa dong? Kan mau jadi papa mertuamu?” ucap Laras.
“Ah maaf, Ma. Iya, Papa,” ucap Nuri.
“Kamu kok nangis?” tanya Heru.
“Tadi, papa itu cerita-cerita soal masa kecil kamu, terus cerita kamu pengin punya anak sekali, akhirnya Nuri bisa memenuhi keinginan kamu, eh Nuri kebawa suasana, Her,” ucap Alvin.
“Oh begitu? Dia memang sensitif sekali akhir-akhir ini, Pa.”
“Maklum, dia kan lagi hamil, dulu mamamu juga begitu? Bagaimana, persiapan pernikahan kalian?”
“Sudah siap semua, tiga hari lagi kita menikah, Pa. Tadi sudah ke KUA, urus surat-surat, sudah booking gedung, sudah semua pokoknya, meski serba mendadak, tapi sudah siap semuanya,”jawab Heru.
“Bagus, kandungan Nuri juga sudah mulai terlihat, nanti keburu besar. Oh ya berapa minggu memangnya? Kok sudah kelihatan?” tanya Alvin.
“Dual puluh tiga minggu, Pa. Mau lima bulan,” jawab Heru jujur, karena tadi siang baru saja memeriksakan kandungan Nuri.
Nuri kebingungan, melihat Alvin dengan senyuman yang penuh arti di depannya. Alvin sudah yakin yang ada di dalam perut Nuri adalah anaknya.
“Oh, ya sudah kalau begitu papa masuk, papa lelah. Kalian jadi menginap?” pamitnya.
“Jadi, Pa. Kan sudah bawa baju ganti?” jawab Heru.
“Kita pulang saja ya, Mas?” pinta Nuri.
“Eh jangan dong? Kamu sudah janji sama mama, kamu mau menginap di sini,” ucap Laras.
“Ta—tapi, Ma ....”
“Iya, kita menginap di sini, Ma,” potong Heru.
Tidak mungkin Nuri akan menginap di rumah calon mertuanya, apalagi calon papa mertuanya adalah orang yang menjadikan dia simpanan, sampai dia hamil.
Nuri tidak tahu kalau dirinya ternyata tengah hamil muda. Ia tidak tahu harus bagaimana, untungnya saat itu, dia sudah dekat dengan Heru, namun Heru masih belum menyentuh dirinya. Setelah bekerja di kantor Raka, mereka semakin dekat, Nuri bilang dia sedang haid saat Heru mengajaknya bercinta, namun itu adalah alibi Nuri, supaya nanti selesai datang bulan langsung disentuh Heru, dan dia bilang hamil setelah seminggu melakukannya. Mereka mulai melakukan hubungan terlarang itu setelah Nuri selesai datang bulan palsunya, Heru menyentuh Nuri, dan setiap hari mereka melakukannya. Itu Nuri lalukan supaya ia cepat mendapat laki-laki untuk bertanggung jawab atas kehamilannya yang disebabkan oleh Alvin. Herulah yang tepat, tidak mungkin dia mencari Alvin, dia tidak mau mati konyol di tangan istri Alvin.
si Nuri ini menjijikkan banget. sana sini mau....
mudah mudahan kena penyakit mematikan....