NovelToon NovelToon
Azzura

Azzura

Status: tamat
Genre:Tamat / Balas Dendam / Cerai / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Diam-Diam Cinta / Mengubah Takdir / Penyesalan Suami
Popularitas:3.2M
Nilai: 4.5
Nama Author: Rani

Dialah Azzura. Wanita yang gagal dalam pernikahannya. Dia ditalak setelah kata sah yang diucapkan oleh para saksi. Wanita yang menyandang status istri belum genap satu menit saja. Bahkan, harus kehilangan nyawa sang ayah karena tuduhan kejam yang suaminya lontarkan.

Namun, dia tidak pernah bersedia untuk menyerah. Kegagalan itu ia jadikan sebagai senjata terbesar untuk bangkit agar bisa membalaskan rasa sakit hatinya pada orang-orang yang sudah menyakiti dia.

Bagaimana kisah Azzura selanjutnya? Akankah mantan suami akan menyesali kata talak yang telah ia ucap? Mungkinkah Azzura mampu membalas rasa sakitnya itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

*Bab 06

Karena tuduhan itu, tante Zura semakin keras untuk mendapatkan kartu ATM yang Angga berikan bersama surat cerai waktu itu. Tidak lagi meminta pada suaminya, dia malah membongkar setiap sudut tempat penyimpanan yang ada di rumahnya.

"Sial. Di mana kartu itu dia simpan? Aku tidak akan pernah menyerah untuk menemukannya. Karena aku yakin, di dalam sana ada banyak uang yang tersimpan. Aku bisa berbelanja sepuasnya."

"Ya ampun, mama. Apa-apaan ini? Kenapa rumah kita jadi berantakan seperti ini sih? Apa yang mama cari sampai harus membongkar semua lemari?"

"Jangan berisik. Tolong mama membereskan semua ini sebelum papa kamu pulang."

"Sial! Benar-benar sial. Sudah susah payah mencari. Tapi tetap saja tidak menemukannya. Benar-benar menyebalkan."

"Apa yang mama cari sih?"

Tatapan lekat si tante berikan pada anaknya.

"Kartu ATM nya si Zura. Dia sudah tidak pulang sejak lama. Tidak tahu ke mana rimba nya anak itu, bukan? Karenanya, mama yakin kalau kartu itu ada pada papa kamu. Jadi mama ingin menemukannya."

"Ya Tuhan. Masi juga soal kartu ternyata."

"Udah dong, Ma. Capek tahu gak ngebahas soal kartu sejak hari pertama kartu itu datang hingga berminggu-minggu berlalu. Tetap saja kita tidak bisa mendapatkannya. Karena papa tidak akan pernah mengizinkan kita buat menyentuh barang keponakan tersayangnya itu."

"Apaan sih kamu. Dia pergi. Uang dari mana coba kalau bukan uang dari papa kamu itu?"

"Dan asal kamu tahu, tabungan papa kamu sudah tidak ada lagi. Mama yakin kalau papa kamu telah memberikan tabungan itu pada keponakannya. Kalau tidak, uang dari mana Zura bisa pergi meninggalkan kota ini setelah semua kemalangan yang menimpa dirinya?"

Mendengar penuturan sang mama, Mirna hanya diam saja. Karena hal itu tidak lagi membuat ia terkejut sebab ia sudah yakin sejak awal, kalau papanya pasti akan melakukan segala cara untuk keponakannya itu.

Keduanya pun masih terdiam. Sibuk dengan pikirannya sendiri. Lalu, tiba-tiba Mirna ingat kalau setelah mendapatkan kartu tersebut, papanya langsung meninggalkan rumah. Benaknya pun berpikir kalau kartu yang mamanya cari saat ini memang tidak ada di rumah melainkan ada di tempat lain.

"Ma. Jangan mencarinya lagi. Kartu itu pastinya tidak ada di rumah kita. Melainkan, ada di rumah Zura."

"Hah? Bagaimana bisa?"

Mirna lalu menjelaskan apa yang saat ini adalah dalam pikirannya. Meskipun itu hanya sebuah tebakan, tapi mama Mirna malah sepakat dengan apa yang saat ini sudah anaknya katakan.

"Benar juga kamu. Kenapa mama tidak berpikir begitu sebelumnya?"

"Baiklah. Mama akan cari cara untuk masuk ke rumah Zura. Akan mama cari kartu itu hingga bertemu."

....

Benar saja apa yang mereka pikirkan. Kartu tersebut memang ada di rumah Zura. Setelah berusaha keras untuk mencuri kunci dari tangan suaminya, tante Zura akhirnya berhasil masuk ke dalam rumah Zura dengan mudah.

Dia pun mengeledah rumah itu dengan leluasa. Kartu tersebut ia temukan di dalam laci yang ada di kamar Zura. Tidak ada yang berubah dari amplop tersebut. Kata sandinya juga ada di sana. Senyum lebar terkembang di bibir wanita itu. Dengan bahagia dia melenggang pergi meninggalkan rumah Zura.

Tujuan pertamanya adalah kantor bank. Di sana ia akan mengecek berapa isi dari kartu tersebut.

Ketika tiba di kantor bank, si tante bergegas meminta petugas untuk membantunya. Beruntung bank sedang cukup sepi, jadinya dia tidak perlu menunggu terlalu lama.

Sungguh. Mata si tante langsung membelalak ketika si petugas mengatakan nominal yang ada di kartu tersebut. Mulutnya pun seakan tidak bisa ia tutup sangking terkejutnya.

"Hah? Se-- seratus juta?"

"Iya, Bu. Ada seratus juta di dalam kartu ini."

'Sial! Benar-benar mujur si Zura. Diceraikan saja bisa mendapatkan uang seratus juta. Tidak bisa aku biarkan. Aku akan ambil semuanya.' Hati tantenya berkata dengan jahat.

"Pak, bisakah uangnya saya ambil semua? Saya ... anu, ada keperluan yang harus saya beli."

Tentu saja wajah si petugas jadi curiga akan tante Zura yang memang sedang terlihat mencurigakan. Sadar akan kesalahannya, segera si tante mengatakan alasan yang sedang ia buat-buat tentunya.

"Maaf, bu. Tetap tidak bisa. Kartu ATM ini sudah di atur dengan limitnya sendiri. Tidak bisa diambil sesuka hati."

Kesal hati karena dia hanya diizinkan mengambil uang dengan jumlah sepuluh juta dalam satu minggu, tante Zura langsung meninggalkan bank tersebut. Namun, otak liciknya tetap berfungsi dengan baik. Dia tidak akan menyerah. Dia pun langsung menuju mall terbesar yang ada di kota itu untuk berbelanja sesuka hatinya.

Di sisi lain, seorang pemuda sedang terburu-buru mendatangi ruangan kerja seorang pemimpin di sebuah kantor. Dia adalah Adya Surawisesa, asistennya Anggara Hardian.

"Mas Angga. Eh, tuan muda. Coba lihat ini," ucap Adya sambil menyodorkan tablet ke depan Angga.

Dengan malas Angga melihatnya. Namun, karena apa yang ia lihat cukup menarik perhatian, wajah malas itu langsung berubah serius.

"Akhirnya, dia tidak sabar juga untuk menghabiskan uangku dalam jumlah besar. Sungguh perempuan yang sok jual mahal pada awalnya. Tapi sebenarnya, wanita mata duitan yang sesungguhnya."

"Tuan muda. Apakah saya perlu memblokir kartunya sekarang?"

"Tidak, Adya. Belum saatnya kita memblokir kartu itu. Biarkan saja dia berfoya-foya sesuka hatinya. Aku ingin lihat, seberapa tidak tahu malunya dia dalam menghabiskan uangku."

"Yah, meskipun uang itu sudah aku berikan padanya sebagai imbalan perceraian. Tapi aku rasa, dia sungguh tidak berpikir ulang saat ingin menggunakan uang tersebut."

Adya hanya mengangguk pelan.

"Lalu, tuan muda. Apa yang harus kita lakukan sekarang?"

"Tidak ada. Biarkan saja dia mau melakukan apa yang ingin ia lakukan. Dan lagi, antara dirinya dana ku juga sudah putus hubungan. Meskipun ... ah! Sudahlah. Lupakan saja. Kamu bisa kembali ke ruangan mu sekarang, Adya."

"Baik, tuan muda. Saya permisi."

"Hm."

Setelah kepergian Adya, Angga terdiam sambil menatap bingkai foto yang ada di atas meja kerjanya. Bingkai foto dia bersama sang kakek yang sedang tersenyum bahagia.

Hati kesalnya kembali muncul. Dia masih menyalahkan Zura prihal hubungannya dengan kakeknya yang rusak. Padahal sebelum Zura muncul, hubungan mereka baik-baik saja. Bahkan, sangat-sangat dekat. Karena setelah papanya meninggal dalam sebuah kecelakaan, hanya kakek yang sangat peduli padanya. Hanya kakeklah yang selalu ada untuk dia. Bahkan, ketika mamanya tidak perduli akan kehidupannya yang kesepian, kakeknyalah yang merawat Angga dari kecil hingga dewasa seperti saat ini.

Setelah kehadiran Zura, semua malah berubah. Kakeknya malah jadi orang yang sangat pemaksa. Memaksakan kehidupan pribadinya yang hanya ingin ia putuskan dengan keputusannya sendiri. Bukan dengan paksaan dari orang lain.

"Perempuan jahat. Semua karena dia."

"Sebenarnya, dia tidak layak menerima uang sepeser pun dari aku. Karena dia adalah penjahat berhati iblis yang sangat kejam."

"Tapi kenapa? Kenapa hatiku merasa sangat bersalah padanya? Walau aku sudah memberikan uang dalam jumlah besar pun, hati ini masih saja merasa tidak nyaman?"

"Kakek. Aku merindukanmu."

1
Helty Asia Jodin
aduiiiii.... knpa mcm ne. Nasib baik baca part akhir. baik sm y pernah kas sakit uhhhhh.
Cece Jumi
jangan S dong Thor, tulis aza kotanya Surabaya
Rani: iyah. hehehe, aku kadang ada ngerasa gimana gitu kalo mau nulis langsung. sulit tuk aku jelaskan.
total 1 replies
Idahas 3105
kaki yg hancut, hati yg kena/Smile/
Noviendah Sitohang SmileVoice
Luar biasa
Idahas 3105
mungkin Angga dgn adik tirinya
Idahas 3105
biar kartu ATM diambilpun percuma klo ga tau pin nya
Leni Marlina
Buruk
Nazka Aditya
assalamu'alaikum... thor... aku mampir ya... 😁
Eulis Kurniasih
lanjuut penasaran nih
Wisnu Mahendra
kalo azzura cinta sama angga kayaknya mustahil kan? secara, mereka menikah karena dipaksa, gak ada perasaan apa2, trus disakiti dengan talak, trus ayahnya sampe meninggal serangan jantung...mustahil banget kalo sampe jatuh cinta
Wisnu Mahendra
panggilannya azu...mirip asu...anjing
Dessy Christianti
Luar biasa
Oka Derza
good job girl
Lia Safitri
bagus cerita nya
Lia Safitri
kalu loe tau makin bersalah lah loe itu.. trima saja nanti kalo kau tak di anggap nya nanti
Lia Safitri
karena kau jahat pada anak angkat nya.. /Awkward//Panic/
Lia Safitri
zura kamu yang tabah ya
Araaa
zv
Ryan Jacob
semangat Thor
Ery Tjajaningsih
baru baca
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!