Satria Barra Kukuh atau lebih dikenal dengan Barra adalah seorang mantan mafia kejam pada masanya. Sejak kecil dia hidup dengan bergelimang harta namun haus akan kasih sayang orangtuanya sehingga membuat Barra mencari jati diri di dunia baru yang sangat bebas. Barra adalah pria yang tidak tersentuh wanita dan tidak pernah merasakan jatuh cinta sejak muda. Namun ketika usia nya telah matang dan dewasa dia bertemu dengan seorang gadis kecil yang tengil dan bar bar.
Alina, gadis kecil berusia dua belas tahun lebih muda dari Barra yang mampu membuatnya jatuh cinta layaknya seorang abege yang baru saja masuk masa puber.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chococino, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Butuh tumpangan
"Om sebenarnya mau kemana tadi?" tanya Alina di tengah perjalanan menuju sekolah nya.
"Anterin kamu sekolah lah," jawab Barra singkat
"Sebelumnya?"
"Nggak kemana mana. Sengaja mau anterin kamu aja."
"kok bisa tau kalo saya lagi butuh tumpangan?" tanya Alina merasa heran
"Ya taulah... Sedari tadi kamu ngomel ngomel juga saya tau kok,"
"Loh? Kok bisa?"
"Hee heee kan saya liat dari balkon. He heee," ucap Barra nyengir
"Huuu... Pantesan aja!"
Barra meraih tangan Alina dan melingkarkan nya pada perutnya
"Pegangan .. Biar ngga jatuh ." ucap Barra tersenyum manis
"ishhh modus!!"
"Eh bentar bentar... Om beneran ga ada rencana mau kemana mana?"
"Nggak. Emang kenapa?" tanya Barra tak mengerti
"He he he mau ajakin bolos ha ha ha," ucap Alina sambil terkekeh
"Hemmmm... Ga boleh bolos ya anak manis. Nanti tak bilangin loh sama Pak Badhot." ucap Barra sambil menjawil punggung tangan Alina yang melingkar di perutnya
"Yeee kalo gitu saya juga bakal laporin ke Papih kalo Om Barra sudah beberapa kali cium saya." ancam Alina tak mau kalah
"Laporin aja sekalian biar kita cepet dikawinkan ha ha ha ." ucap Barra tergelak
"Ishhh! Nakal!!" balas Alina sambil mengerucutkan bibirnya
"Ngomong ngomong sekolah kamu dimana ini saya ngga tau." tanya Barra
"Oh iya lupa. Ke SMU satu om."
"Kamu kelas berapa Alina?" tanya Barra sambil sesekali mencuri pandang pada gadis itu lewat kaca spion nya.
"Kelas tiga. Tahun ini saya lulus." ucapnya bangga
"Iya kalo lulus." cibir Barra mengejek
"Sembarangan... saya ini pinter loh Om!" sanggah Alina merasa tak terima
"Oh ya? pantesan papi kamu sampe ga tau kalo anak gadisnya melipir ke rumah tetangganya dan basah basahan bersama seorang pria tampan,"ledek Barra semakin membuat Alina monyong monyong tak jelas.
"Issh malah di bahas? dan apa itu tadi? Tampan? Siapa yang tampan??!" sungut Alina dengan pipi yang bersemu merah
"Jiahaaahahah,"
Mereka telah tiba di depan gerbang sekolah Alina.
"Kamu pulang jam berapa? Biar saya jemput." ucap Barra
"Kayaknya jam sepuluh an. Ini udah jam bebas tinggal classmeeting aja sih sebenernya. Makanya tadi saya pengin ajak Om Barra bolos, eh malah ga mau.. Ya udah."
"Siniin ponsel kamu," pinta Barra menengadahkan telapak tangannya, Alina dengan patuh memberikan nya.
Barra mengetikkan sebuah nomor dan menyimpannya dengan nama "Sayangku" lalu memberikan ponsel itu pada Alina.
"Apaan ini? Jiahahah kenapa namanya Sayangku?" protes Alina
" emang mau dikasih nama apa?"
"Nanti saya ganti jadi Om Mesum Gila," cengir Alina menampilkan lesung pipinya yang membuat Barra gemas ingin menciumnya.
"Yaudah saya pulang dulu ya sayangku. Kalo sudah pulang kabari saya. Saya mau ajak kamu ke suatu tempat."
"Okeee..."jawab Alina dengan pipi yang semakin merona mendengar kata sayang yang Barra ucapkan.
Alina menunggui sampai Barra benar benar menghilang dari pandangan nya. Setelahnya, gadis itu pun beranjak menuju ke kelasnya
"Alinaaaaa... Tunggu Lin..." panggil suara seorang gadis dengan suara yang tidak terlalu cempreng
"Eh kamu Nis... tumben berangkat siang? Biasanya Lo paling pagi masuk kelas?" tanya Alina sambil merangkul sahabatnya itu.
Anisa berjalan mengikuti Alina menyusuri koridor sekolah.
"Gue kesiangan Lin. Biasa, bokap gue kumat." ucap gadis itu dengan tidak bersemangat
"Bokap Lo pulang?" tanya Alina
"Iya, dan dia bawa selingkuhan nya ke rumah. Gila kan?! Sebel gue liatnya."
"Hah? Kok bisa nis?"tanya Alina menatap prihatin pada sahabatnya
"Ceritanya panjang Lin. Ntar deh gue ceritain...." ucap Anisa dengan wajah suntuknya
"Lo udah sarapan belum?" tanya Alina dan Anisa pun menggeleng.
"Yaudah habis absen kita ke kantin ya. Lo harus makan yang banyak." ajak Alina
"Tapi gue ga bawa uang saku Lin."ucapnya sambil menunduk
"Taraaaa!!!" ucap Alina sambil memamerkan dua lembar merah bergambar dua bapak bapak dan satu lembar uang berwarna biru
"Waahhh lagi banyak duit Lo ya?" tanya Anisa dengan mata berbinar binar
"Gue dapet rejeki nomplok.Heee...." ujar Alina dan kedua gadis itu pun berjalan beriringan menuju kelas.
"Lin, Lo dapet duit banyak darimana? Biasanya bokap Lo paling banyak ngasih juga lima puluh ribu doang?" tanya Anisa ketika mereka telah duduk di kantin sekolah.
"Dikasih sama tetangga sebelah." jawab Alina ambigu
"Hah?? kok bisa? Tetangga sebelah rumah Lo kan yang rumah mewah itu kan?"
"Iya bener. tumben Lo pinter?" cengir Alina sambil memesan satu porsi mie goreng untuk Anisa.
"Lo nggak makan?" tanya Anisa
"Gue udah sarapan tadi mamih buatin bubur ayam."
"Yaudah, makasih ya Lin. Lo memang sahabat gue yang paling baik."
"Santai aja.. Eh Lo mau minum apa, gue mau pesen es jeruk. Lo mau?" tanya Alina
"gue es teh aja." tolak Anisa
"okeee,"
Alina menemani Anisa sarapan sampai habis. Bukan kali ini saja Alina mentraktir sahabatnya itu, tapi sudah sangat sering.
Anisa adalah gadis yang pintar dan cantik. Sayangnya nasibnya tak semulus teman temannya yang lain. Ayah nya sangat suka bermain perempuan dan tak jarang membawanya ke rumah.
Anisa sering mendengar pertengkaran diantara ayah dan ibunya,hingga berakhir sang ibu yang pergi meninggalkan rumah.
Anisa harus bekerja keras untuk membayar biaya sekolah nya sendiri sebab sang ayah seolah sudah tidak peduli pada dirinya lagi.
Sepulang sekolah, gadis itu akan bekerja di salah satu restoran milik orangtua Alina dan akan pulang setiap jam tujuh malam, sedangkan karyawan lainnya bekerja sampai jam sepuluh malam.
"Lain kali gue yang bakalan traktir Lo Lin..." ucap Anisa setelah menghabiskan makanan nya
"Udah santai aja. Lo itu sahabat terbaik gue. Gue akan selalu siap buat bantu Lo."
"Makasih ya Lin..." ujar Anisa dan memeluk sahabatnya itu. Baginya , Alina adalah satu satunya orang yang peduli padanya setelah sang ibu pergi meninggalkan nya.
"Sama sama,"
"Lin,ko Lo bisa sih dikasih duit sama tetangga Lo yang kaya raya itu?" tanya Anisa tak habis pikir
"emmm... Gimana yah ceritanya. panjang...."
"Cerita aja. Gue siap dengerin semuanya." ucap Anisa dan ia pun mendengar semua cerita Alina. Bahkan kedua gadis itu sempat heboh ketika Alina dengan gamblang menceritakan tentang dirinya yang telah berciuman dengan seorang Barra.
"Wah wah wah... Serius Lo Lin?? Gila... sumpah gue excited banget dengernya Lin?"
"Ishhh... rasanya tuh kaya gimanaaa gitu nis... Heheheh"
"dasar Lo....awas aja kalo kalian sampe kebablasan." ancam Anisa memperingatkan sahabatnya
"Yeee.. enggaklah... Gue juga tau batasan ko,"
"Iya sih selingkuhan bokap gue juga tau batasan awalnya. Lama lama kalo udah ngrasain nikmat mahh bablassss Lin.. sampe main dimana mana ngga liat tempat!" ujar Anisa sewot
"Iya iya... Udah dong jangan samain gue sama cewek cewek simpenan bokap Lo itu." rutuk Alina lantas menjewer telinga sahabatnya
*****
itumah nglunjak pk olh" mita mobil