NovelToon NovelToon
Cahaya Terakhir Senja

Cahaya Terakhir Senja

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Playboy / Bad Boy / Idola sekolah
Popularitas:3.3k
Nilai: 5
Nama Author: Allamanda Cathartica

Berawal dari hujan yang hadir membalut kisah cinta mereka. Tiga orang remaja yang mulai mencari apa arti cinta bagi mereka. Takdir terus mempertemukan mereka. Dari pertemuan tidak disengaja sampai menempati sekolah yang sama.

Aletta diam-diam menyimpan rasa cintanya untuk Alfariel. Namun, tanpa Aletta sadari Abyan telah mengutarakan perasaannya lewat hal-hal konyol yang tidak pernah Aletta pahami. Di sisi lain, Alfariel sama sekali tidak peduli dengan apa itu cinta. Alfariel dan Abyan selalu mengisi masa putih abu-abu Aletta dengan canda maupun tangis. Kebahagiaan Aletta terasa lengkap dengan kehadiran keduanya. Sayangnya, kisah mereka harus berakhir saat senja tiba.

#A Series

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Allamanda Cathartica, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 29: Hening dalam Gerimis

Hujan deras yang mengguyur malam itu akhirnya mereda. Aletta masih berjuang untuk mengatur pikirannya yang kacau balau. Bayangan wajah Alfariel terus menghantui benaknya, mengaduk perasaan kecewa dan amarah yang tidak kunjung mereda.

Setelah meninggalkan gedung tua itu, Aletta memutuskan untuk menjauh dari semua pesan dan notifikasi yang terus berdatangan. Dia merasa butuh waktu sendiri untuk merenung, menyusun ulang pikirannya, dan mencari ketenangan di tengah gejolak hatinya.

Aroma kopi hangat menguar di udara. Dia mengangkat cangkirnya perlahan, menyeruput kopi panas itu dengan harapan getir. Rasa pahit yang menyentuh lidahnya seolah menggambarkan suasana hatinya.

Bayangan Alfariel kembali mengusik pikirannya. Pertengkaran yang terjadi tadi sore di rooftop terus berulang dalam ingatannya, seolah diputar tanpa henti. Kata-kata Alfariel bergema dengan jelas, menusuk lebih dalam setiap kali teringat.

‘Ternyata selama ini cuma gue doang yang berharap,’ batin Aletta.

Aletta menghela napas panjang, mencoba menenangkan diri. Namun, usahanya terganggu ketika ponselnya tiba-tiba bergetar, memecah keheningan yang tengah dia ciptakan. Nama Alfariel sekilas muncul di layar, membuat jantung Aletta berdegup kencang tanpa dia sadari. Tangannya sedikit gemetar saat mengambil ponsel itu. Dengan hati-hati, dia membuka pesan tersebut, mencoba menyiapkan diri untuk apa pun yang mungkin akan dia baca.

Alfariel: Maafin gue, Aletta. Gue nggak tahu apa yang terjadi sama gue akhir-akhir ini. Tapi gue janji, gue bakal berusaha buat berubah. Tolong, jangan pergi terlalu jauh dari gue.

Kata-kata itu terpampang jelas di layar, membuat Aletta terdiam. Pesan sederhana itu membawa segudang emosi yang tidak terlukiskan. Sesaat, dia hanya memandang layar, merenungkan maksud dari kalimat-kalimat Alfariel. Ada rasa lega, harapan, tetapi juga ketakutan yang menyelinap. Takut jika semua ini hanya akan menjadi janji kosong yang lain.

Aletta menutup mata sejenak, mencoba mengurai emosi yang saling bertubrukan. Alfariel jarang meminta maaf dengan cara seperti ini dan itu membuat Aletta bingung. Haruskah dia percaya pada kata-kata itu? Ataukah ini hanya bentuk penyesalan sementara?

Dengan perlahan, Aletta mengetik balasan.

Aletta: Semua orang bisa berubah, Al. Tapi janji itu bukan buat gue. Itu buat lo sendiri. Mulailah dari orang-orang yang paling berarti buat lo. Papa dan adik lo. Mereka adalah yang pertama yang harus lo pikirin.

Aletta menatap pesan yang telah dia tulis cukup lama sebelum akhirnya menekan tombol kirim. Kata-kata itu ditujukan untuk Alfariel. Dia sadar, perubahan pada Alfariel tidak bisa datang karena tekanan orang lain, melainkan harus tumbuh dari keinginan diri sendiri.

Tidak lama, ponsel Aletta kembali bergetar. Kali ini, dia ragu untuk melihatnya. Ada sesuatu yang membuatnya enggan, seolah pesan itu bisa menjadi jawaban yang dia tidak ingin dengar. Namun, rasa penasaran akhirnya mengalahkan keraguannya.

Alfariel: Gue tahu. Gue nggak nyalahin lo kalau sekarang lo nggak percaya sama gue. Tapi gue serius mau berubah. Gue cuma nggak mau kehilangan lo juga.

Aletta membaca pesan itu berkali-kali, mencoba memahami setiap kata. Ada kejujuran yang terasa dalam pesan itu. Tangannya kembali mengetik, kali ini lebih tegas.

Aletta: Gue nggak pernah minta lo berubah buat siapa pun, Al. Kalau lo benar-benar mau berubah, lakukan itu karena lo tahu itu yang terbaik buat hidup lo, buat orang-orang yang peduli sama lo. Kalau lo cuma berubah karena takut kehilangan gue, itu nggak akan bertahan lama.

Alfariel: Lo yakin gue bisa?

Aletta: Gue nggak cuma yakin, gue percaya lo bisa, Al. Gue pernah lihat sisi lo yang kuat, yang nggak gampang nyerah. Kalau sisi itu masih ada, lo cuma perlu nemuin cara buat bangkit lagi. Dan gue bakal dukung lo selama lo mau berusaha.

Aletta mengirimkan pesan itu tanpa berpikir panjang. Kata-katanya keluar begitu saja, menggambarkan perasaan yang selama ini terpendam. Sekarang bola ada di tangan Alfariel. Apakah dia benar-benar akan berubah? Aletta tidak tahu jawabannya, tetapi satu hal yang pasti, dia tak ingin menjadi alasan semu di balik perjuangan seseorang.

Ponsel Aletta kembali sunyi. Tidak ada balasan, tidak ada tanda-tanda dari Alfariel. Awalnya, keheningan itu membuat hati Aletta gelisah. Namun, seiring waktu dia mulai menerima bahwa mungkin ini adalah waktu yang Alfariel butuhkan untuk merenung.

Aletta beranjak dari kursinya dan berjalan menuju jendela. Langit malam terlihat pekat, hanya beberapa bintang yang tampak samar di kejauhan. Dia menatap keluar, membiarkan pikirannya melayang.

"Kalau dia benar-benar serius, dia harusnya bisa melakukannya tanpa perlu gue selalu mengingatkan. Semoga ini jadi awal perubahan yang tulus untuk dirinya sendiri. Semoga dia juga mulai sadar, bahwa ada banyak orang di sekitarnya yang peduli dan menyayanginya," gumam Aletta pelan.

Ponsel Aletta kembali bergetar, menandakan sebuah pesan masuk. Kali ini bukan dari Alfariel, melainkan dari Agisha.

Agisha: Al, gimana keadaan lo? Gue khawatir setelah kejadian tadi. Apa yang sebenarnya terjadi?

Aletta menghela napas panjang, membaca pesan itu dengan hati yang berat. Dia tahu, Agisha pasti masih terus khawatir dengan keadaannya. Dia tidak mungkin tinggal diam setelah semua yang terjadi di rooftop tadi. Namun, Aletta juga sadar bahwa dirinya butuh waktu untuk merenung, untuk menata emosi yang masih bercampur aduk.

Dengan jari yang terasa berat, Aletta mengetik balasan.

Aletta: Gue baik-baik saja, Gish. Tapi gue yang masih bingung. Gue cuma butuh waktu buat sendiri dulu. Makasih banget sudah peduli.

Dia memandangi pesan itu sejenak sebelum akhirnya menekan tombol kirim. Kepedulian Agisha menghangatkan hatinya.

**Agisha:** Gue ngerti, kok. Tapi lo nggak perlu jalanin ini sendirian. Kalau ada apa-apa, lo bisa cerita ke gue. Gue di sini buat lo, apa pun yang lo butuhin.

Aletta tersenyum tipis membaca pesan itu. Agisha memang selalu seperti itu. Dia sangat tulus dan penuh perhatian.

Aletta: Makasih banget, Gish. Gue cuma butuh waktu buat berpikir. Gue bakal cerita kalau udah siap, janji.

Aletta meletakkan ponselnya dan memandang ke luar jendela. Malam yang larut masih menyisakan angin dingin yang menyusup melalui celah-celah, seolah mengiringi pikirannya yang berlarian tanpa arah.

“Gue butuh waktu untuk memahami semua ini. Entah untuk Alfariel atau diri gue sendiri,” gumamnya pelan, kali ini untuk dirinya sendiri.

Aletta memilih untuk berbaring di tempat tidur, membungkus tubuhnya dengan selimut hangat sambil menatap ponselnya yang tergeletak di dekat kepala. Pikirannya terus berkecamuk, bertanya-tanya apakah Alfariel sedang membaca pesannya dan apakah dia benar-benar memahami makna di balik setiap kata yang ditulisnya.

Di luar, suara hujan kembali terdengar, kali ini berupa gerimis lembut yang jatuh seperti irama pelan. Pandangannya beralih ke jendela, memperhatikan tetesan hujan yang perlahan mengalir di kaca. Dalam kesunyian malam itu, ada ketenangan yang menyelimuti, meskipun hatinya tetap dipenuhi dengan berbagai pertanyaan yang belum terjawab.

***

Bersambung ….

1
Oryza
/Speechless/
Hindia
nah kan bener ada backingannya
Hindia
pantes aja ya ternyata dia punya backingan
Hindia
sok sok an banget
Hindia
parah banget mita
Hindia
sumpah bu tya ini sangat mencurigakan
Hindia
lah berarti selama ini alfariel ngode gak sihh kalau emang ekskul tari itu ada sesuatu
Hindia
Alurnya ringan, sejauh ini bagusss
Hindia
Walahhh alfariel mah denial mulu kerjaannya
Hindia
Gass terus abyan
Hindia
Tumben banget nih si Fariz agak bener otaknya
Gisala Rina
🤣🤣
Gisala Rina
udah lupa ajah nih anak 🤣🤣
Gisala Rina
mungkin ada alasan yang bikin papa lu ga bicara jujur.
Gisala Rina
jangan gitu. begitu juga itu papa lu alfariel 🤬
Gisala Rina
mang eak mang eak mang eak sipaling manusia tampan 1 sekolah 😭
Gisala Rina
cowok bisa ngambek juga yaa ternyata hahaha
Gisala Rina
Kwkwkwkwk kalian kok lucu
Gea nila
mending kamu fokus ajah alfariel. emang sih bakal susah. tapi ya gimana lagi 😭
Gea nila
wkkwkwk sabar ya nasib jadi tampan ya gitu
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!