Elise, Luca dan Rein. Mereka tumbuh besar disebuah panti asuhan. Kehidupan serba terbatas dan tidak dapat melakukan apa-apa selain hanya bertahan hidup. Tapi mereka memiliki cita-cita dan juga mimpi yang besar tidak mau hanya pasrah dan hidup saja. Apalah arti hidup tanpa sebuah kebebasan dan kenyamanan? Dengan segala keterbatasannya apakah mereka mampu mewujudkannya? Masa depan yang mereka impikan? Bagaimana mereka bisa melepaskan belenggu itu? Uang adalah jawabannya.
Inilah kisah mereka. Semoga kalian mau mendengarkannya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yeffa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34. Potion
Malam ini suasana terasa sejuk. Angin semilir menerpa wajah Elise yang terlihat antusias. Terlihat Rein yang sibuk mendaur ulang tumpukan kain sementara Tama membersihkan serta mengisi tumpukan potion. Luca dan Elise memilih untuk menyortir benang daur ulang yang dihasilkan Rein sesuai dengan warna dan grade benang. Elise baru tahu jika benang yang dihasilkan dari proses daur ulang akan mendapatkan kualitas berbeda-beda. Tergantung dari seberapa rusaknya kain atau pakaian yang didaur ulang. Kualitas terbaik saat ini adalah grade A. Dengan varian warna yang lebih sedikit dibandingkan kualitas C dengan banyak varian warna.
Tidak butuh waktu lama Rein dan Tama sudah menyelesaikan tugasnya. Setumpuk gulungan benang dengan berbagai warna dan kualitas yang berhasil di pilah terlihat rapi didalam kotak-kotak yang berada disudut ruangan begitu pula dengan tumpukan botol potion. Tama berhasil mengisi 23 buah potion malam ini. Ternyata membutuhkan recovery yang cukup lama untuk mengisinya. Kemungkinan Tama hanya bisa menghasilkan 23 buah setiap harinya. Tapi ini masih dugaan Rein dan Luca. Terbukti dengan melihat Tama yang terlihat tidak mengalami efek samping apapun setelah menghasilkan potion itu.
"Waktu yang pas sekali, besok waktunya mengirimkan beberapa sayuran ke paman Josh bukan. Bagaimana jika kita mampir sebentar ke toko obat dan potion."
"Bagus, kita bisa menjual potion ini. Sekaligus melihat berapa harga untuk potion ini."
"Baiklah. Ayo kita lanjutkan besok hari.
Keesokan harinya mereka mulai dengan bekerja diladang. Menyirami ladang bersama beberapa anak-anak yang terbiasa membantu. Luca dan Rein sudah selesai menyiram kemudian beralih ke gerobak untuk diisi beberapa jenis buah dan sayuran yang akan diantar ke toko Paman Josh. Mereka menambahkan beberapa tanaman baru seperti wortel dan ubi untuk dipasarkan.
"Bukankah segini cukup?" Tanya Luca.
"Seharusnya cukup. Ayo keluarkan botol potion dan letakan di kotak ini." Elise membawa kotak kayu bekas.
"Darimana ini?" Tanya Rein melihat kotak lusuh itu.
"Kemarin aku menemukannya ditempat pembuangan dan menaruhnya sembarang disamping gudang." Jelas Elise.
"Tidak usah. Aku sudah ada yang lebih bagus." Rein mengeluarkan kotak yang terbuat dari kayu ek terlihat sekali seperti baru. Kemudian mengisinya dengan potion semalam.
"Kapan kamu membuatnya?" Tanya Luca.
"Tadi pagi , usai sarapan." Mereka mengganguk mendengar penjelasan itu.
"Elise, Rein, Luca. Ayo bergegas." Teriak Carla dari ujung pintu dapur.
"Baiklah. Sudah waktunya. Kalian pergi saja berdua. Aku akan mengurus ladang herba."
"Baiklah. Jangan bekerja terlalu keras. Kami pergi dulu."
"Mau oleh-oleh?" Tanya Elise kepada Luca.
"Hemm tidak perlu. Tidak ada yang ku butuhkan sekarang. Karena makanan dipanti sudah enak." Memang benar sejak mereka berkebun dan berburu varian makanan panti bukan lagi sup encer tetapi mengalami varian menu. Anak-anak sangat bahagia begitupula dengan Bu Violet, Carla dan Isabella.
"Baiklah." Mereka pun berpisah. Rein dan Elise mengendarai gerobak yang ditarik oleh Erie. Kemudian saat tiba di pintu dapur Carla ikut menaiki gerobak. Membuat gerobak sedikit bergoyang.
"Semua sudah siap. Ayo jalan Erie." Erie pun bergerak dengan perlahan menuju area pertokoan milik paman Josh.
Hanya lima belas menit, mereka sudah tiba di toko Paman Josh. Carla turun lebih dulu kemudian membantu Elise turun sementara Rein melompat dari sisi lainnya. Mereka memasuki toko mencari keberadaan paman Josh yang terlihat senang melihat keberadaan mereka.
"Akhirnya tiba!! Aku sudah menunggu kalian. Pelanggan ku sangat menyukai kentang dan apel kalian. Bahkan beri pun laris manis!!" kata Paman Josh sedangkan Elise tersenyum mendengarnya. Ini berita yang baik pertama yang mereka dengar hari ini.
"Senang mendengarnya Paman! Oh ya, kami membawa stok baru hari ini."
"Iya Paman, kami juga membawa beberapa sayuran jenis baru." Elise menunjukan beberapa Ubi dan wortel yang ada di gerobak.
"Baiklah mari kita periksa." Paman Josh berjalan keluar toko dan memindahkan beberapa barang dari gerobak. Paman Josh memeriksa barang-barang tersebut.
"Astaga, aku suka kualitas ini. Sangat bagus. Berapa yang kalian miliki? Ah tidak. Aku ambil semuanya. Hahaha." Paman Josh tertawa senang melihat hasil panen yang mereka bawa.
" Eh tapi kami bahkan belum menawarkan harga sayurannya?" Tanya Elise kebingungan.
"Memang berapa yang kalian tawarkan?" Tanya paman Josh.
"Hmm untuk sekarung wortel seharga 50 perak dan sekantong ubi seharga 40 perak." Jelas Elise.
"Baiklah. Aku ambil semua jadinya berapa semuanya."
"Apel dan kentang 5 karung jadi 350 silver. Wortel pun ada 6 karung dan ubi 7 karung. Beri ada dua keranjang. Totalnya jadi 1 emas 130 keping silver, paman." Hitung Elise. Paman Josh tersenyum melihat kepintaran Elise.
"Baiklah ini. Kuberi 1 emas 200 keping silver. Anggap saja untuk biaya pengiriman. Karena aku senang dengan hasil panen kalian." Paman Josh memberikan uangnya kepada Elise. Dengan segera Elise memasukannya kedalam kantong yang diikatnya kuat dipinggang mungilnya.
"Terima kasih paman." Elise tersenyum senang. Mereka sudah bersiap-siap untuk pergi meninggalkan toko Paman Josh.
"Bagaimana kamu menyimpan uangmu selama ini?" tanya paman Josh.Wajah Paman josh menunjukkan kekhawatiran saat dia bertanya, Alisnya terangkat, matanya menyiratkan kecemasan, dan bibirnya terkatup rapat. Suaranya lembut namun penuh kepedulian. "Aku khawatir kalau-kalau kamu tidak menyimpannya dengan baik."
"Kami menyimpannya dalam kantong Josh. Seperti yang lainnya. Memang ada apa?" Tanya Carla mendahului. Jika masalah seperti ini biasanya memang Carla yang akan mengambil alih. Itulah fungsinya Carla sebagai pengawas. Agar tidak terjadi sesuatu yang tidak mengenakkan walaupun mereka tahu paman Josh tidak mungkin melakukan hal buruk kepada mereka.
"Akhir-akhir ini ku dengar banyak bandit berkeliaran disekitar sini. Kabarnya beberapa hari lalu desa Seberang mengalami wabah misterius. Sehingga sebagian besar menjadi bandit untuk bertahan hidup." Jelas paman Josh.
"Apa hubungannya wabah dengan bandit?" Tanya Elise bingung.
"Wabah menyebabkan desa mengalami kemiskinan. Bahan makan menjadi mahal dan uang menjadi lebih berharga lagi. Karena pasti obat dan potion meningkat drastis. Semoga saja bukan wabah menular. Walaupun jarak desa seberang seminggu perjalanan tetap berbahaya jika itu penyakit menular sampai saat ini belum ada kabar kebijakan yang diberikan Count selaku pemimpin desa setelah mendengar berita ini." Jelas paman Josh.
"Ooh begitu paman. Baiklah terima kasih sudah mengingatkan. Kami akan menjaga uang ini dengan baik." Jawab Elise sopan.
"Iya, tapi sebaiknya kalian membuat akun penyimpanan uang di bank desa. Agar lebih aman. Aku bisa mengantarnya jika kalian mau."
"Tidak perlu. Aku yang akan mengantar mereka. Kau pasti sibuk Josh. Kalau begitu kami pamit pergi." Carla melangkah pergi lebih dulu kemudian diikuti oleh Rein dan Elise dibelakangnya.
"Hati-hatilah." Teriak paman Josh mengingatkan kemudian melangkah masuk ke tokonya dan merapikan barang dagangannya.