NovelToon NovelToon
Diantara Dua Pilihan

Diantara Dua Pilihan

Status: sedang berlangsung
Genre:Berondong / Cintamanis / Beda Usia / Cinta pada Pandangan Pertama / Romansa
Popularitas:827
Nilai: 5
Nama Author: Jaena19

Fanya dipertemukan oleh dua laki-laki yang lebih muda darinya,benar-benar membuat hidupnya begitu berliku.Perjalanan asmara yang rumit tak lepas dari ketiganya.Bagaimana kisah selanjutnya?

Meski Lo mutusin buat pisah,satu hal yang harus Lo tau,gue kan tetap nunggu Lo.Sama seperti dulu,gue gak akan dengan mudah melepas Lo gitu aja,Fanya.Sekalipun nanti Lo bersama orang lain,gue akan pastiin pada akhirnya Lo akan tetap kembali bersama gue.Ingat ini Fanya,takdir Lo cuma buat gue,bukan untuk orang lain - Baskara

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jaena19, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

enam

Selesai membersihkan diri,rasa kantuk mulai menyerang Fanya lagi.Awalnya ia ingin makan terlebih dahulu,tapi rasanya tidak kuat.Ia memilih untuk segera tidur daripada mengisi perutnya yang kosong.Fanya keluar dari kamar mandi untuk memberitahu Baskara jika dirinya ingin menumpang tidur.

"Baskara", panggil Fanya sembari mengetuk pintu kamar laki-laki itu.

Tak lama Baskara membuka pintu kamarnya.Saat ini wajahnya terlihat lebih segar dan rambutnya terlihat masih basah.

"Ada apa?",tanya Baskara.

"Gue ngantuk banget,boleh numpang tidur di sini?",tanya Fanya sembari mengusap.

"Lo mau tidur dengan rambut yang masih basah?",ujar Baskara sembari menunjuk rambut hitamnya yang basah.

Fanya mengangguk."Iya,gak apa-apa nanti juga rambutnya kering sendiri."

"Nanti Lo masuk angin.Sini masuk kamar gue dulu."

Fanya memundurkan langkahnya,untuk apa laki-laki ini mengajaknya ke kamar.

"Jangan mikir aneh-aneh,gue cuma mau keringin rambut Lo yang basah."

Baskara lalu menarik tangan Fanya masuk ke dalam kamarnya.Lalu dia menyuruhnya untuk duduk di kasur miliknya.

"Tunggu sebentar gue ambil dulu hairdryer nya."

Baskara mengambil pengering rambut di laci,setelah itu ia kembali ke arahnya dan mulai mengeringkan rambut Fanya yang masih sangat basah.

"Eh,gak usah.Bas.Gue bisa keringin rambut gue sendiri",ujar Fanya sembari menahan tangan laki-laki itu.

"Udah Lo diem aja",ucap Baskara melepas tanganku.

Dengan lembut Baskara mengeringkan rambutnya.Sesekali jarinya memijat pelan kepalaku.Diperlakukan seperti itu Fanya semakin mengantuk.Ia menikmati pijatan itu sembari memejamkan mata.Baskara menarik kepalanya,sehingga ia bersandar di perut milik laki-laki itu,setelah itu ia lanjut mengeringkan rambutnya.

Mata Fanya benar-benar sudah berat untuk dibuka.Meski begitu,ia bisa merasakan Baskara membantunya untuk merebahkan diri di kasur.Setelah itu Baskara menyelimutinya dan mengelus kepalaku dengan lembut,lalu ia merasakan sesuatu yang lembab mendarat di keningnya.Hanya sekilas,tapi mempunyai membuatnya terlelap.

Fanya membuka matanya,ia segera bangun ketika mendapati dirinya tidur di kasur.Ia menepuk jidatnya ketika teringat jika dirinya tertidur ketika Baskara mengeringkan rambutnya.Entah berapa lama ia tertidur,yang pasti kamar laki-laki itu terlihat gelap.Fanya merasa badannya kembali terasa lengket,ia memilih untuk kembali membersihkan diri.Setelah lebih segar,ia keluar dari kamar Baskara untuk mencari makanan karena purutnya terasa sangat lapar.

Apartemen Baskara dalam keadaan gelap,sama seperti kamarnya.Apakah laki-laki itu pergi dan meninggalkannya sendiri di sini?

Fanya meraba-raba dinding untuk menghidupkan lampu.Ketika ruangan sudah terang,ia dikagetkan dengan sosok laki-laki yang tengah tidur membelakanginya di sofa.Fanya mendekati sosok itu.Ternyata Baskara,kenapa dia tidur di sini?

Fanya merasa tidak enak,ia enak tidur di kamar milik Baskara,sedangkan laki-laki itu malah tidur di sofa.Ia kembali ke kamar Baskara untuk mengambil selimut.Fanya menyelimuti Baskara lalu berjalan ke arah dapur.Meski ia merasa tidak sopan,tapi sebagai ucapan terimakasih ia berniat memasak sesuatu untuk dirinya dan laki-laki itu.

Ketika berada di dapur dengan perlahan aku membuka setiap rak,berharap ia menemukan bahan makanan yang bisa ia olah.Sayangnya,ia tidak menemukan bahan apapun kecuali mie.Rasanya tidak mungkin ia memasak mie lagi.

Fanya kembali ke ruang tv dimana Baskara tertidur,karena laki-laki itu menghabiskan seluruh tempat di sofa dengan tubuhnya yang panjang, akhirnya ia memilih untuk duduk lesehan di lantai,ia menyandarkan tubuhnya pada sofa.Sepertinya ia akan memesan makanan melalui ponsel, kira-kira makan apa yang enak? Ketika sedang browsing makanan,Fanya merasa ada tangan yang memeluknya dari belakang.Fqnya berbalik dan mencoba menyingkirkan tangan itu dari lehernya.Tapi tangannya ditahan.

"Tetap kaya gini sebentar aja", bisik Baskara ditelinganya.

Satu kalimat yang mampu membuat tubuhnya meremang,pipi Fanya memanas.Hembusan napas Baskara di telinganya membuatku merasa geli.

"Mau makan apa Bas?", tanyanya mencoba untuk tidak salah tingkah.Fanya berusaha sekuat tenaga untuk menstabilkan detak jantungnya.

"Apa aja,makan Lo juga boleh,"bisik Baskara.

Tuhan,apalagi ini?

"Gue bukan makanan,mau jadi kanibal Lo makan gue?"

Baskara terkekeh pelan di belakangnya.

"Terserah,asal jangan pesen makanan yang pedas."

"Oke,tapi setelah makanannya datang jangan komen."

Baskara bergumam sebagai jawaban.

Akhirnya, Fanya memutuskan untuk memesan nasi Padang. Hanya membayangkannya saja sudah membuatnya ngiler.Tidak tahu berapa lama Baskara memeluknya dari belakang,tapi ia merasa pelukan laki-laki itu semakin erat.Bahkan sekarang kepalanya sudah bersandar dibahunya dan jarak antara wajahnya dengan leherku sangat dekat,saking dekatnya bahkan ia bisa merasakan hembusan napasnya.

Demi apapun jantungnya kini sudah tidak bisa dikondisikan, berdebar tidak karuan.

Fanya menghela napas ketika interkom berbunyi.Satpam bilang,makanan yang ia pesan sudah sampai dan ia harus mengambilnya di bawah.

"Gue aja yang ambil",ujar Baskara.

"Oke."

Baskara keluar dari apartemen.Setelah laki-laki itu keluar,ia segera menuju kulkas untuk mengambil air dingin,berharap jika disiram air dingin debaran jantungnya akan berkurang.

Sialan Baskara.Bisa-bisanya dia membuatnya berdebar seperti ini.

Tidak lama Baskara sudah kembali dengan kantong berisi dua porsi nasi Padang pesanannya.Baskara menyimpan kantong itu di meja makan dan mengeluarkan isinya.Sedangkan Fanya mengambil piring dan gelas untuk mereka berdua.Keduanya makan dengan diam.

Setelah selesai makan mereka berdua membersihkan alat makan dan meja makan yang mereka pakai.Setelah itu mereka memilih untuk bersantai di sofa,Fanya yang sibuk bermain ponsel sedangkan Baskara sedang menonton film di televisi.

"Lo gak Bali Nya? Ini udah hampir jam 10 malem loh",ucap Baskara.

Fanya melirik jam dinding di hadapannya,sudah malam ia malas untuk mengemudikan mobilnya.Lagipula besok ia tidak memiliki jadwal kelas apapun.Tapi rasanya ia tidak mungkin menginap lagi di sini.

"Nginep lagi aja di sini",ujar Baskara seakan tau pikirannya.

"Eh? Gak usah deh sebentar lagi gue pulang", putusnya.

"Udah nginep aja,lagipula gue gak akan macem-macem sama Lo.Ini udah malem,jalanan gelap.Emangnya Lo hafal rute buat pulang?"

Benar juga,dia kesini kemarin karena Baskara yang menyetir.Akhirnya ia memutuskan untuk menginap lagi di sini.Fanya membuka ponselnya dan memberi pesan pada ibunya jika hari ini ia tidak pulang lagi karena menginap di rumah teman kampusnya.

"Yaudah gue nginep lagi di sini."

Dalam hati Baskara sangat senang mendengar keputusan Fanya untuk kembali menginap di apartemennya.

"Oke,besok gue nebeng Lo ya ke sekolah."

Fanya mengangguk.

Tanpa di duga Baskara meletakkan kepalanya di paha Fanya.Bocah ini,kenapa selalu berbuat seenaknya si?

"Bangun! Jangan tidur di paha gue",ucap Fanya tertahan.

"Kenapa?"

"Just..you can't"

"Fanya."

Baskara bangun,dia menatap Fanya lekat sembari menggenggam tangan gadis itu.Fanya baru menyadari jika beberapa hari ini Baskara tidak pernah memanggilnya dengan sebutan kak.Tapi ia tidak peduli akan hal itu.

Fanya membalas tatapan Baskara.Tuhan,kenapa bocah ini terlihat dewasa jika seperti ini.

"Lo tahu ketika pertama kali Lo nolak gue,sejak saat itu gue selalu berusaha memperbaiki diri gue.Gue belajar mati-matian supaya bisa jadi anak yang berprestasi dan bisa buat Lo bangga sama gue,dengan begitu Lo bisa Nerima gue.Gue juga selalu menjaga tubuh gue supaya terlihat atletis dan lebih tinggi,dengan begitu gue berharap Lo gak anggap gue sebagai anak kecil lagi.Tapi setiap kali gue nyatain perasaan jawaban Lo selalu sama,Lo selalu anggap gue sebagai anak kecil.Fanya,bisa gak Lo lihat gue sebagai laki-laki?bukan sebagai anak kecil apalagi adik?",ujar Baskara lemah.

"Usia kita terlalu jauh Baskara."

Ya itu poin utama kenapa dia selalu menolak Baskara,selain usia ia juga tidak pernah terpikir untuk berhubungan lebih dengan laki-laki itu.Ia sudah mengenal Baskara sedari dia kecil,rasanya agak aneh jika memiliki hubungan dengan Baskara.

"Gue gak peduli Nya.Lo tau terkadang gue selalu menyalahkan takdir.Kenapa gue terlahir lebih muda dari Lo.Seandainya usia kita sama,mungkin Lo gak akan nolak gue,"Lirih Baskara.

"Maaf Bas,jujur gue sendiri bingung.Gue ngerasa aneh kalau seandainya kita memiliki hubungan lebih."

Baskara semakin mengeratkan genggamannya di tangan Fanya.

"Gue akan membantu Lo mencari jawaban atas kebingunganmu."

"Maksudnya?"

Baskara menatap lekat mata Fanya.Perlahan dia mendekatkan kepalanya.Fanya seperti tersihir dan badannya mematung.

Sedetik kemudian Fanya merasa bibir laki-laki itu menyentuh bibirnya.

Mata Fanya terbelalak.Baskara mencuri ciuman pertamanya.

____

Setelah malam itu Fanya seperti orang kebingungan.Bahkan Kalista teman satu-satunya di kampus beberapa kali menyenggol tangannya karena melihat dirinya tidak fokus pada dosen yang sedang menerangkan.

"Lo kenapa sih? Ada masalah?", tanya Kalista.

"Gak apa-apa."

Kalista mengerutkan keningnya,ia merasa heran.Biasanya Fanya memang selalu fokus pada materi jika kelas berlangsung.

Ya ampun.Semua ini gara-gara bocah itu yang tiba-tiba mencuri ciuman pertamanya tadi malam.Yang lebih membuatnya kesal, Baskara bersikap biasa saja seakan-akan tidak terjadi apa-apa.Setelah kejadian itu ia langsung pergi ke kamar tamu dan tidur.

"Fanya!",bisik Kalista sembari menahan tangan Fanya yang meremas kertas jurnal di hadapannya.

Fanya terkejut,tanpa sengaja ia melampiaskan apa yang ada di otaknya pada kertas itu.Fanya hanya menggeleng sebagai jawaban.

Akhirnya kelas selesai.Kalista mengajaknya pergi ke kantin sembari menunggu kelas selanjutnya yang akan di mulai satu jam lagi.

Fanya hanya membeli sebungkus roti dan sekotak susu.

Setelah membeli roti dan minum,Fanya mencari Kalista.Ternyata gadis itu sudah duduk di kursi dekat tembok yang berbatasan langsung dengan lorong.Kalista tidak sendirian,di sana ada dua laki-laki yang sering ia lihat di fakultasnya.Fanya menghampiri Kalista dan duduk di sebelahnya gadis itu.

"Hai",sapa salah satu laki-laki.

Fanya hanya tersenyum sebagai jawaban,demi apapun ia tidak pintar berbasa-basi dengan orang baru terutama laki-laki.

"Temen Lo pendiem ya?",tanya laki-laki yang satunya.

Kalista tersenyum penuh arti."Cuma orang asing yang bilang kalau dia pendiem,"ucap gadis itu sembari meliriknya.

Memang benar, Kalista adalah teman Fanya sejak mereka masih menjadi mahasiswa baru, jadi sudah pasti Kalista mengenal sifat Fanya dengan baik. Kalista dikenal sebagai pribadi yang ceria dan mudah akrab dengan orang lain, bahkan dengan mereka yang baru dikenalnya, sehingga tak heran jika ia memiliki banyak teman. Berbeda dengan dirinya, Fanya memang tidak mudah akrab dengan orang baru, namun begitu mereka saling mengenal, Fanya akan menjadi pribadi yang ramai dan sulit untuk diam.

"Oh gitu",ujar kedua laki-laki itu.

Mereka kemudian memperkenalkan dirinya,mereka Dani dan Haris.

Ketika asyik mengobrol tiba-tiba penjual mie ayam menghampirinya dan menyimpan satu mangkuk mie ayam dihadapannya.

"Maaf,saya gak pesan ini,Mang." Ujar Fanya.

"Itu tadi ada yang mesenin neng mie ayam.Saya di suruh anterin ke neng.Tenang aja mie ayamnya udah dibayar kok",ucap penjual mie ayam lalu pergi dari hadapannya.

Mendengar penjelasan penjual meie ayam itu,sontak teman-temannya heboh.

"Gak nyangka temen gue yang terkenal pendiam ini punya penggemar rahasia",ujar Kalista heboh.

Fanya menghela napas melihat tingkah temannya ini,terlebih kedua laki-laki itu juga tak kalah hebohnya.Ia mengedarkan pandangannya untuk mencari kira-kira siapa memesankannya makanan ini.

Ketika sedang mencari seseorang, tiba-tiba ponselnya bergetar menandakan ada pesan masuk.

Al|

Di makan ya.Makan roti doang gak akan buat Lo kenyang.

Fanya kembali mengedarkan pandangannya,kini matanya menemukan sosok Al yang sedang duduk di pojok kantin.Laki-laki itu ternyata sedang melihat ke arahnya.Kini mata mereka saling bertemu.

Al tersenyum ke arahnya,lalu menggerakkan tubuhnya seakan menyuruhnya untuk makan.

Fanya membalas senyuman Al dan mengangguk.

Entahlah,ia merasa Al begitu perhatian padanya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!