Rama Abimana, seorang pengusaha mudah yang di khianati oleh tunangannya sendiri. Dia dengan sengaja berselingkuh dengan sekretarisnya karena alasan yang tak masuk akal.
Hingga akhirnya dia memutuskan untuk membalas dendam dengan menikahi seorang wanita secepatnya.
Siapakah wanita yang beruntung di nikahi oleh seorang Rama Abimana?
Seorang pengusaha muda terkaya sekaligus pewaris tunggal perusahaan besar Abimana Corporation.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rishalin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24
Rama menggedikan kedua bahunya untuk menanggapi pertanyaan Syarin lalu segera melangkah keluar kamar seraya mengulum senyum.
Syarin mundar-mandir diujung ranjang sambil sesekali menatap pakaian yang diberikan Bu Windy.
Ia merasa enggan untuk memakai pakaian itu, tapi dirinya tak ada pilihan lain selain menuruti apa yang diperintahkan Bu Windy.
Terlebih tak ada pakaian wanita lain dikamar ini, tak mungkin juga ia lancang memakai pakaian milik Rama.
Akhirnya dengan terpaksa ia memakai pakaian tadi lalu segera keluar kamar untuk ikut makan malam.
Dengan ragu ia menuruni tangga sambil menarik pakaiannya berharap kain itu bisa melebar dan menutupi bagian tubuhnya yang terbuka.
"Wah cantiknya mantu Mami, sini makan dulu Sayang." Bu Windy menatap kagum tubuh Syarin dari atas sampai bawah.
Sementara Rama sama sekali tak berkedip saat memandang setiap lekuk tubuh Syarin hingga membuat dirinya beberapa kali meneguk saliva.
Syarin kini dengan ragu ikut duduk dimeja makan lalu menyendok nasi dan beberapa lauk kedalam piringnya.
Bola mata Rama semakin membulat sempurna saat melihat sebuah belahan ketika Syarin menunduk untuk mengambil beberapa lauk.
Ia terpaksa memalingkan wajahnya agar si kecil miliknya tak terus memberontak.
"Tahu saja nih bocah dengan barang yang berkualitas, giliran dengan Vika saja, tidak pernah bangkit." Rama menggerutu dalam hati saat sesuatu dibalik celananya mulai mengeras.
Bu Windy hanya bisa tersenyum saat melihat ekspresi Rama ketika melihat Syarin.
Ia tahu kalau anaknya seorang pria yang memiliki ketertarikan terhadap lawan jenisnya layaknya pria lain.
Hanya saja didikan keras yang diajarkan pada Rama membuatnya menjaga sopan santun terhadap wanita dan membuatnya menyembunyikan hasratnya sebagai seorang laki-laki.
Karena keluarga Abimana benar-benar harus menjaga nama baiknya, apalagi dihadapan seorang wanita yang mulutnya mudah menyebarkan aib.
***
Sementara di kediaman Vika dan David juga sama-sama dilanda rasa canggung, David merasa sedikit malu karena selama ini kesuksesan yang mereka alami ternyata tak luput dari bantuan Rama.
Terlebih kini ia melihat Istrinya yang terus melamun dengan tatapan kosong, dia seakan masih merasa syok dengan semua kenyataan yang ada.
Selain fakta bahwa selama ini Rama yang membantunya.
Sekarang ia juga harus menghadapi fakta bahwa Ibunya kini sudah benar-benar membuangnya.
Vika merasa bingung bagaimana ia akan menjalani hidup kedepannya, terlebih mereka harus menjalani semuanya tanpa restu dari kedua orang tua.
Ia juga merasa khawatir kalau Rama tidak akan membantu mereka lagi, ia sempat mendengar perkataan Rama bahwa dirinya sudah tidak mau berurusan lagi dengannya.
David yang menyadari kecemasan yang dirasakan Vika segera bersimpuh dihadapan Vika lalu meraih lengannya.
"Kamu tidak usah khawatir, kita pasti bisa melewati semua ini seperti sebelumnya."
"Tapi sekarang Rama belum tentu mau membantu kita lagi, Rama sekarang sudah benar-benar melupakan aku, dia sudah hidup bahagia bersama Istrinya." isak tangis kini mulai terdengar dari mulut Vika.
"Dengan atau tanpa bantuan Rama, kita harus tetap berusaha menjalani hidup. Terlebih sekarang ada bayi kita yang sangat membutuh kita. Kita harus kembali berkerja sama dalam menyambung hidup." David terus mengusap lembut lengan Vika.
"Tapi bagaimana kamu mau kerja sekarang, motor kamu saja ringsek seperti itu. Lagian kenapa kamu sampai nekat melakukan hal seperti itu?" Vika menyeka air matanya yang terus berderai.
"Tentu saja aku nekat melakukan semuanya karena aku sangat menyayangi kamu, aku akan terus memperjuangkan kamu apapun yang terjadi." jawab David dengan percaya diri.
"Terima kasih, sekarang aku benar-benar hanya punya kamu." Vika menabrakan tubuhnya kedada bidang David lalu kembali menangis sesegukan disana.
"Tapi kamu harus sabar ya saat kita menghadapi masa sulit, karena mungkin hidup kita tidak akan mudah setelah ini." David mengusap lembut punggung Istrinya keatas dan kebawah.
David mengajak Vika untuk beristirahat didalam kamar, ia membaringkan tubuh Vika dengan perlahan lalu menutup tubuhnya dengan selimut, membelai lembut puncak kepalanya disusul dengan kecupan sayang didahi.
"Aku keluar sebentar ya, aku mau benerin motor dulu kebengkel sekalian cari makan." David mengulas senyum tipis sambil menggenggam tangan Vika.
"Iya Mas, aku istirahat sebentar ya." Vika meraih selimut lalu menutup tubuhnya hingga kepundak seraya berbalik membelakangi David.
David menatap sebentar punggung Vika lalu segera melangkah keluar kamar.
Ia mengacak rambutnya kasar setelah tiba ruang tengah, jujur saja ia juga merasa bingung saat ini.
Ia segera melajukan motornya setibanya dihalaman rumah.
Beruntung motor itu masih bisa dikendarai meski bagian depannya rusak parah.
David menepikan motornya saat melihat sebuah bengkel yang cukup ramai.
Seorang pegawai segera menghampiri David untuk menanyakan apa yang diperlukan David disana.
David segera menunjukan motornya yang rusak parah, ia sedikit tercengang saat mengetahui biaya yang dibutuhkan untuk memperbaiki motornya.
Dengan terpaksa Divid harus menggunakan tabungan yang selama ini ia kumpulkan untuk keperluan calon anaknya nanti.
Setelah selesai dengan urusan motornya ia mampir kesalah satu warung nasi lalu segera pulang kerumah.
Setibanya dirumah ia menghela napas panjang saat melihat rumah masih dalam keadaan berantakan.
Ia segera melangkah menuju kamar untuk membangunkan Vika dan mengajaknya makan.
Namun jantungnya seketika berdegup kencang saat sama sekali tidak menemukan Vika disana.
Ia kembali melangkah lebar menuju kamar mandi dan dilanjutkan kearah dapur namun sama sekali tidak menemukan keberadaan Vika.
Hingga saat tubuhnya terasa lemas ia mendengar suara isak tangis dari arah pintu depan.
Ia kembali melangkahkan kakinya kearah pintu depan dan menemukan Vika yang tengah menangis diambang pintu.
"Kamu kenapa Sayang?" David segera menghampiri Vika yang kini tengah terduduk diambang pintu.
"Bu Darmi Mas, Bu Darmi juga ninggalin kita." Vika berkata diiringi suara isak tangis.
"Maksud kamu? Bu Darmi meninggal?" Terka David.
"Bukan Mas, Bu Darmin sudah pindah rumah tadi siang." suara tangis Vika semakin kencang.
~ beberapa jam sebelumnya ~
"Halo Mbak Darmi." Rama berkata dengan dada yang bergemuruh.
"Iya Tuan, apa ada tugas lain yang harus saya lakukan?" jawab Bu Darmi sopan.
"Kamu tinggalkan tempat itu dan kembali kerumah Pak Burhan saja, kamu urus saja dia mulai sekarang." nada suara Rama terdengar murka.
"Tapi Tuan? Bagaimana dengan Vika disini?" Bu Darmi mengerutkan dahi saat mendengar Tuannya tiba-tiba berubah pikiran.
"Tinggalin dia sekarang juga, biarin dia hidup menderita, mulai sekarang aku sudah tidak peduli lagi dengannya." nada bicara Rama terdengar semakin murka.
"Memangnya kenapa Tuan bisa tiba-tiba berubah pikiran." tanya Bu Darmi yang merasa sedikit janggal.
"Masa keluarga Vika menyebarkan rumor buruk bahwa aku selama ini mengalami impoten." Rama menghela napas panjang sebelum mengucapkan kalimatnya.
"Oh iya Tuan, saya akan pindah hari ini juga." jawab Bu Darmi sambil mengatupkan bibirnya menahan tawa saat mendengar alasan Tuannya.
***
David segera meraih tubuh istrinya lalu mendudukannya dimeja makan, menuangkan segelas air lalu menyodorkannya pada sang Istri, berharap segelas air itu akan sedikit menenangkannya.
"Apa selama ini Rama yang sudah mengirim Bu Darmi untuk membantu kita? Dan sekarang dia mengambilnya kembali setelah melupakan aku." Vika yang hendak minum kembali meletakannya kembali hanya untuk sekedar menyampaikan isi pikirannya.
"Ya mungkin saja, atau mungkin Bu Darmi ada keperluan lain sehingga mengharuskannya untuk pindah." David mengusap lembut bahu Istrinya.
"Tapi masa sih dia pindah rumah tidak mengabari kita dulu. Lalu kalau Bu Darmi tidak ada, siapa yang mau membantu kita lagi disini?" Vika kembali urun untuk meminum airnya.
"Kan kitanya tadi sedang tidak ada, Sayang. Mungkin urusan Bu Darmi sangat mendesak dan tidak bisa menunggu kita pulang." David mencoba memberi penjelasan semasuk akal mungkin.
"Kenapa Bu Darmi tega sekali meninggalkan aku, padahal aku baru saja dibuang oleh Mama." air mata Vika kembali berderai membasahi pipi mulusnya.
David yang kehabisan kata-kata hanya bisa menghela napas panjang.
*************
*************
jadi penisirin.