Sebuah kejadian yang membuat seorang Anaya Putri (23tahun) harus hamil tanpa seorang suami. Naya harus merelakan kehormatannya ketika insiden tidak disengaja yang ditimbulkan karena salah alamat dan menjadi cinta satu malam bersama dengan pria asing.
Naya hidup sebatang kara, dia harus melahirkan, membesarkan dan merawat anaknya. Saat sang anak sudah besar, ternyata dia memiliki sifat yang sangat genius dan berusaha menyatukan kedua orangtuanya.
Mampukah Anaya menjalani kehidupannya?
Akankah kebahagiaan menyapanya di akhir kisah nanti? Dan siapa pria yang sudah membuat Naya menjadi berbadan dua?
YUK SIMAK KELANJUTANNYA 🥰
JANGAN LUPA SELALU MEMBERIKAN JEJAK MANIS DI SETIAP BAB NYA 🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mom AL, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab #2
Wanita cantik berusia dua puluh enam tahun dengan rambut gelombangnya yang di gerai indah ditambah bulu mata yang lentik, hidung mancung dan bibir seksi, dirinya sedang berjalan menuju ruang kerja sang Papa.
Tanpa mengetuk pintu ataupun mengatakan permisi, dirinya langsung masuk ke dalam ruangan itu.
Sang Papa pun terkejut karena kedatangan putrinya yang tiba-tiba ditambah wajah sang Putri seperti sedang menahan amarah.
"Apa maksud Papa?"
Pria paruh baya berusia lima puluh lima tahun itu bingung dengan pertanyaan putrinya.
"Ada apa, Putriku?" pria tersebut beranjak dari kursi.
"Tante Mella mengatakan jika Papa ingin menjodohkan aku. Benarkan?" wanita cantik itu bersidekap.
Pria paruh baya tersebut hanya tersenyum tipis. "Maafkan Papa, Nak. Ini semua demi kebaikan kamu, Papa rasa anak teman Papa ini sangat baik, tampan dan dewasa. Dia juga mandiri karena sudah mengurus perusahaan sendiri."
"Tetapi seharusnya Papa bertanya terlebih dulu padaku, setuju atau enggak. Jangan asal jodoh-jodoh'in karena ini bukan jaman Siti Nurbaya." wanita cantik itu terlihat kesal.
"El, ini Papa lakukan demi kamu. Papa mohon berkenalan terlebih dahulu dengan anak rekan kerja Papa, Papa yakin kamu pasti akan menyukainya."
Elvira takut jika pria itu tidak sesuai tipe nya, dia tidak ingin menikah hanya karena sebuah perjodohan dan tidak ada kata cinta di dalam sana.
"Apa Papa mempunyai fotonya?"
Papa Elvira— Anjas Prayoga mengangguk dan dia mengeluarkan ponselnya. Setelah mengutak-atik ponsel miliknya, Anjas memberikan ponsel tersebut kepada Elvira.
Elvira menyambutnya dengan hati berdebar dan seketika matanya melotot saat dia tahu siapa yang akan dijodohkan dengannya.
'Ini bukannya pengusaha muda yang saat ini sedang naik daun? Aku tidak menyangka jika dia yang akan di jodohkan denganku, kalau begini aku gak akan menolak.' batin Elvira
"Bagaimana?" Anjas bersuara karena melihat Elvira yang hanya diam.
El memberikan ponsel Papanya dan dia berpura-pura memasang wajah datar padahal sebenarnya dia saat ini ingin sekali melompat karena girang ketika tahu siapa yang akan dijodohkan dengannya.
"Baiklah, Pa. Aku akan mencoba berkenalan dengannya dan melakukan pendekatan terlebih dahulu. Tapi, apa dia mau dijodohkan denganku?"
"Om Johan mengatakan jika dia akan berusaha membuat Putranya mengerti."
Elvira hanya mengedikkan bahu lalu dia pamit berlalu dari ruang kerja sang Papa. Elvira segera bergegas memasuki kamar miliknya dan sampai di dalam kamar, dia bersorak riang karena akan dijodohkan dengan pria tampan seperti Abimanyu.
"Yes yes, akhirnya pilihan Papa kali ini tidak salah. Aku akan mendekati Abi agar dia mau menerima perjodohan ini." El tersenyum senang dan berguling kesana-kemari di atas ranjang.
🌺🌺🌺🌺🌺🌺
Naya pergi ke alamat yang diberikan Rosa menggunakan sepeda motor matic, dia hanya bisa menaiki motor jadi apa adanya saja. Di dalam perjalanan, entah mengapa hati Naya benar-benar tidak enak dan merasa ragu tetapi semua itu dia tepis karena berpikir positif.
Beberapa menit kemudian.
Anaya sampai di tempat tujuan, dia segera turun dan menuju kamar milik pemesan bunga.
"Nomor 201, aku rasa ini kamarnya karena sesuai alamat yang Ibu Rosa berikan."
Tok tok!
Saat pintu diketuk, tangan Naya langsung di tarik dan itu membuatnya terkejut setengah mati.
'Kok gelap!' batin Naya heran.
"Maaf, Pak. Saya datang kesini untuk—" ucapan Naya terpotong karena suara bariton yang dengan cepat menyela.
"Akhirnya kamu datang juga, puaskan aku sekarang karena aku sudah membayar mahal biaya dirimu."
Deg!
Jantung Naya seakan berhenti berdetak saat mendengar penuturan pria itu.
"Apa-apaan ini? Bukannya Anda memesan buket bunga? Lalu kenapa Anda meminta kepuasan? Dasar gila! Ini konyol!" Naya berusaha mencari pintu tetapi pria itu dengan sigap langsung menahan lengannya.
"Mau kemana? Jangan berani membohongiku, ja*la*ng! Sebaiknya kamu puaskan aku dan lakukan saja tugasmu." pinta pria itu dengan nada penuh penekanan.
Naya menggeleng karena dia di tarik dan di hempaskan di atas ranjang.
"Apa-apaan ini! Saya hanya pengantar buket bunga, tolong jangan sakiti saya." Naya memohon dengan air mata yang sudah menetes di pipinya ketika pria itu mulai menggerayangi tubuhnya.
"Buket bunga? Hah, itu hanya alasan karena aku sama sekali tidak pernah memesan bunga." ucap pria tersebut tanpa berniat melepaskan Naya dari bawah kungkungannya.
"Saya mohon biarkan saya pergi, Pak."
Pria itu mulai merobek pakaian Naya dan Naya tersentak kaget hingga teriakan keluar dari mulutnya.
"Dasar ja*la*ng sok suci! Oh, jadi begini caramu membuat aku agar bergairah? Baiklah, kamu bisa teriak sekencang mungkin karena tidak akan ada yang mendengar suaramu itu." sang pria berani berkata seperti itu karena kamar memang kedap suara.
Naya menangis terisak. 'Apa yang harus aku lakukan ya Allah? Bantu aku.'
Ponsel Naya yang ada di dalam tas berdering tetapi Naya tidak mendengar karena ada suara musik romantis yang di putar di dalam kamar tersebut.
Di toko.
Rosa bingung dan merasa bersalah karena dia salah memberikan alamat kepada Anaya
"Kenapa aku bisa ceroboh? Alamatnya 261 tetapi aku malah memberikan 201." Rosa memijit pelipisnya karena Naya tidak kunjung mengangkat panggilan.
"Semoga Naya baik-baik saja, aku akan menghubunginya beberapa jam lagi." Rosa duduk di sofa dengan memangku kaki dan mengusap wajah.
Di hotel.
Anaya semakin terisak dan tangisannya menjadi-jadi ketika pria asing yang tidak dikenalnya mulai berusaha mengoyak sesuatu berharga di dalam dirinya, Naya merasa jijik dan kotor karena pria asing itu sudah berhasil melecehkannya.
'Aku benci diriku!' batin Naya dengan rasa marah.
Pria asing tersebut mengerutkan dahi karena saat dia memasuki lubang surgawi itu ternyata rasanya sangat sulit seperti baru membuka segel yang pertama.
'Kenapa sulit sekali? Apa mungkin dia masih—? Tapi tidak mungkin, dia itu adalah seorang ja*la*ng pemuas.' batin sang pria masih belum sadar jika wanita di bawahnya bukanlah wanita bo*kingan.
Jleb!
Pria tersebut berhasil membobol gawang milik Anaya, dia memacu kuda dengan sangat bersemangat karena merasakan sensasi yang berbeda setelah memasuki itu.
Anaya pun hanya merutuki kebodohannya dan penyesalan dalam hati.
Beberapa jam kemudian.
Setelah melakukan beberapa ronde permainan, akhirnya pria itu memutuskan untuk menyudahi karena dia pun sudah lelah dan harus kembali bekerja.
Di bawah pencerahan lilin yang hanya remang-remang, pria itu menatap wajah lelah milik Anaya, dia tersenyum tipis lalu meletakkan beberapa lembar uang di atas meja sebagai bonus. Anaya tertidur karena dia lelah menangis dan tenaganya terkuras habis atas perbuatan pria asing tersebut.
"Mungkin kita bisa mengulanginya lagi nanti." pria tersebut pergi dari kamar setelah dia selesai berpakaian.
Dirinya sedang patah hati karena ditinggal menikah oleh calon tunangannya, karena itu dia melakukan hal kotor ini bersama dengan wanita B*O.
•
•
TBC
😍😍😍💖💖💖💖