NovelToon NovelToon
Bukan Tulang Rusuk, Tapi Tulang Punggung (Penyesalan Papa Dari Anakku)

Bukan Tulang Rusuk, Tapi Tulang Punggung (Penyesalan Papa Dari Anakku)

Status: tamat
Genre:Tamat / Selingkuh / Cerai / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Penyesalan Suami / KDRT (Kekerasan dalam rumah tangga) / Slice of Life
Popularitas:1.2M
Nilai: 5
Nama Author: Rositi

Di pertengahan tahun 1980, Dewi merasakan pedihnya dijadikan tulang punggung layaknya sapi perah, tapi tetap dianggap sebagai benalu. Bahkan, KDRT kerap Dewi maupun anaknya dapatkan dari suami dan juga keluarga suami, yang selama 5 tahun terakhir Dewi nafkahi. Karenanya, Dewi nekat menjadikan perceraian sebagai akhir dari rumah tangganya.

Dewi bertekad bahagia bahkan sukses bersama kedua anaknya. Segala cara Dewi lakukan, termasuk menjadi ART, sebelum akhirnya menjadi warung keliling. Namun pada kenyataannya, menjadi sukses bukanlah hal mudah. Terlebih, Dewi masih saja diganggu orang-orang dari masa lalunya. Dewi sampai berurusan dengan hukum akibat fitnah keji, sebelum akhirnya mengikuti program transmigrasi di era Orde Baru yang tengah berlangsung.

Akan tetapi karena sederet cobaan itu juga, Dewi menemukan cinta sejati sekaligus kesuksesan yang selama ini Dewi perjuangkan. Kesuksesan yang membuat Prasetyo sekeluarga sangat menyesal!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rositi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

6 : Syarat Agar Ibu Retno Mendapatkan Warisan Utuh

Di kediaman ibu Retno yang terbilang mewah, suasana masih sangat sepi. Pintu kamar ibu Retno juga masih tertutup rapat sekaligus terkunci. Karena di dalamnya, kedua sejoli yang telanjur dibutakan nafs.u duniawi, masih lelap. Padahal, kini sudah hampir puk.ul setengah delapan pagi.

Akan tetapi, rasa bingung sekaligus takut, mendadak menguasai hati ART di sana. Wanita paruh baya berpenampilan sederhana itu langsung kebingungan ketika melihat pemuda tampan yang datang.

“Assalamualaikum, Mbok. Kok rumah sepi banget? Memangnya, Mbak Retno belum bangun? Memangnya, si Mbak enggak shalat subuh?” ucap mas Abdul Khodir, dan tak lain merupakan anak tertua dari istri pertama alm. suami ibu Retno.

Alih-alih menjawab, ART bernama mbok Sipon itu malah kebingungan. “Duh, harus bilang apa ya. Sementara sepertinya, si ibu masih sama mas Pras di dalam kamar. Dari kemarin itu, makan minum saja sampai diantar ke kamar. Dan aku pun sudah disumpah buat enggak bilang-bilang, apalagi bilang ke Mas Abdul,” batinnya seiring kedua jemari tangannya yang sibuk saling rem.as di depan perut.

Sejak ibu Retno yang dulunya hanya ART di sana, berhasil memikat sang juragan, istri pertama dan anak-anaknya memang langsung terusir. Termasuk juga dengan mas Abdul Khodir dan saat tuanya kalian kenal sebagai Pak Haji sang Musafir Cinta—baca novel : Pembalasan Seorang Istri yang Dianggap Sebagai Parasit Rumah Tangga. Karena itu juga, sampai sekarang, mas Abdul Khodir tetap memanggil ibu Retno “Mbak”. Panggilan yang masih sama layaknya awal ibu Retno ada dalam hidupnya dan berprofesi sebagai ART.

Akan tetapi meski sudah tidak tinggal di sana, sesekali, mas Abdul Khodir masih akan datang untuk mengecek keadaan. Apalagi di desa mereka tinggal, sang bapak meninggalkan banyak pekerjaan dan pusatnya ada di rumah utama—rumah yang harus pemuda tampan itu tinggalkan.

Di lain sisi, alasan mbok Sipon jadi ketakutan, tak lain karena syarat utama ibu Retno akan mendapatkan warisan penuh, mewajibkan ibu Retno untuk tidak memiliki hubungan dengan pria lain. Bahkan meski sang juragan sudah meninggal, ibu Retno terancam terusir tanpa sepeser pun uang, andai terbukti memiliki hubungan dengan pria lain.

Tentunya semua harta sang juragan yang jumlahnya sangat banyak, akan jatuh ke tangan istri pertama sekaligus anak-anaknya. Terlebih dari pernikahan sang juragan dengan ibu Retno, tak sampai menghasilkan anak. Karena jangankan anak, sekadar hamil saja, ibu Retno yang hampir tujuh tahun menjadi istri sang juragan, tidak mengalaminya. Sementara kini, mbok Sipon tahu bahwa keadaan sang majikan makin menggi.la. Karena hampir setiap hari bosnya itu tidak pernah keluar dari kamar ditemani Prasetyo. Fatalnya, dari dalam kamar yang cenderung sepi, sewaktu-waktu akan terdengar suara berisik desa.han dari laki-laki dan perempuan.

“Si Mbok Sipon kenapa, ya?” batin mas Abdul khodir. Akan tetapi, mas Abdul Khodir yang telanjur curiga kepada sang ART, berusaha main cantik.

Mas Abdul Khodir sengaja menerobos masuk dan seolah dirinya akan bekerja layaknya biasa. “Bikinin teh manis kasih perasan jeruk seperti biasa yah, Mbok,” ucap mas Abdul Khodir sembari duduk di sofa yang ada di ruang tamu. Ruang pertama yang ada di kediaman mantan rumahnya.

“Eh, Mbok. Mau sekalian numpang ke kamar mandi ya!” sergah mas Abdul Khodir buru-buru berdiri lagi, padahal ia baru saja duduk.

Mbok Sipon yang awalnya merasa agak plong atau itu lega, kembali ketar-ketir. Karena jika mas Abdul Khodir akan ke kamar mandi, otomatis pemuda berusia dua puluh lima tahun itu juga akan melewati depan pintu kamar ibu Retno.

“Semoga yang di dalam kamar, enggak pada peran.g desah.an lagi!” batin mbok Sipon yang buru-buru melangkah mendahului mas Abdul Khodir. “Bissmilah ... bismillah. Semoga enggak sampai ketahuan biar aku enggak kehilangan pekerjaan. Karena meski aku tahu apa yang mereka lakukan dosa, aku juga sangat butuh pekerjaan ini,” batinnya.

“Enggak tahu kenapa, tapi gelagat mbok Sipon bikin aku curiga. Jangan-jangan, ... jangan-jangan memang ada yang sengaja dia sembunyikan?” batin mas Abdul Khodir.

Lirikan mata mas Abdul Khodir langsung tertuju ke pintu kamar ibu Retno. Duania pria bermata sipit itu mendadak seolah berputar lebih lambat hanya karena keadaan sekarang. “Kok pintunya masih tertutup rapat. Sebenarnya, apa yang terjadi selama aku enggak ke sini? Masa iya sakit? Soalnya biasanya kalau memang sakit, yang ada si Mbak teriak-teriak mirip orang kerasu.kan demi.t! Semuanya dimarahin, gaya nyonya-nyonya dakjal!”

Selama satu minggu terakhir, mas Abdul Khodir memang tidak datang ke rumah ibu Retno. Karena satu minggu terakhir bahkan sampai tiga hari ke depan, harusnya mas Abdul Khodir masih di Jakarta. “Aku kok mikirnya, di dalam memang ada orang lain, tapi masa? Sementara di depan pintu masuk enggak ada sandal siapa-siapa selain sandalku,” batin mas Abdul Khodir lagi.

Jangan membahas CCTV karena kini, kita kembali ke masa lampau. Ingat, usia kakeknya Ojan masih belia 😭.

Di tempat berbeda, Dewi tengah tersenyum hangat memandangi keuletan kedua bosnya. Karena kini, di teras rumahnya yang asri dan agak hangat oleh sinar mentari, pak Mahmud dan ibu Aminah tengah menjemur bayi perempuan Dewi. Alif juga tak kalah antusias dari keduanya. Alif terus memandangi sang adik yang sampai detik ini belum diberi nama. Terlepas dari semuanya, sampai detik ini, Alif yang sudah rapi dan wajahnya penuh bedak bayi juga belum bertemu papanya.

“Enggak apa-apa aku enggak ketemu papa. Toh, tanpa papa aku lebih bahagia. Aku enggak dipuk.ul-puk.ul lagi. Aku juga jadi bisa makan banyak dan enggak sampai direbut-rebut lagi,” batin Alif masih tertawa bahagia bersama kedua bos mamanya.

Dewi diminta untuk siap-siap urut karena dukun beranak yang ibu Aminah undang sudah datang. Kebetulan khusus pagi ini, ibu Aminah sudah masak. Dewi hanya memandikan Alif karena anak perempuan Dewi saja, ibu Aminah dan sang suami yang mengurus.

“Ibu Aminah dan pak Mahmud seneng banget urus anak kecil. Soalnya seumur-umur, mereka memang belum punya anak. Dulu sih pernah, tapi meninggal,” ucap sang dukun beranak sambil mengurut Dewi.

Menjalani urut selama tujuh hari bagi wanita yang baru melahirkan memang menjadi kebiasaan orang di daerah Dewi tinggal. Selain itu, mereka juga akan diberi jamu untuk meredakan rasa sakit sisa melahirkan, selain agar ASI makin lancar. Lain dengan di zaman sekarang yang apa-apa sudah serba canggih sekaligus serba obat. Karena membenarkan peranakan setelah melahirkan saja, sudah ada obat khusus, tak perlu pijat lagi.

“Tuh Mas, ... yang bertahun-tahun bahkan puluhan tahun menikah enggak dikasih momongan saja, sampai rela asuh anak orang. Lah kok kamu tetap enggak ada kabar? Bisa disemprot habis-habisan kamu sama bosku, andai kamu ke sininya bukan hari ini juga,” batin Dewi mencoba menik.mati ketentraman yang ia dapatkan di sana. Apalagi di sana, anak-anaknya terus tersenyum bahagia. Alif bahkan belum ia dapati menangis. Lain ketika di kontrakan dan bentar-bentar memang akan menangis.

1
Sri Wahyuni
gak ada ponsel dulu tuh thor,aq 84 tuh dah masuk sd.jd tahu bener klo dulu gak ada ponsel.pager pun itu dah 90an
Sulfia Nuriawati
polisi zaman batu btl² mengerikan, mental jg akhlaknya hancur, g perlu sidang pk hukum rimba lbh bgs, yg kuat yg bener, skrg jg gt cm terttp tp tetap bs d lht masyarakat cm skrg lbh cuek tp skalinya deterjen yg bertindak hbs bersih d cuci semua
Sulfia Nuriawati
zaman knil polisinya cr mudah eh skrg byk oknum polisi yg cr uang menjual keadilan, jd g ada yg brbh ttp sm cm beda kasus jg sikonnya
Sulfia Nuriawati
Luar biasa
Eric ardy Yahya
miskin tuh keluarga Prasetyo . padahal sudah ketahuan keluarga Prasetyo tuh aslinya MOKONDO . eh masih saja dianggap benar sama mereka. memang ya keluarga Prasetyo semuanya bodoh
Eric ardy Yahya
salah Prasetyo sendiri yang otak udang , apalagi keluarganya yang sok merasa hebat tuh , punya anak tapi MOKONDO .
Eric ardy Yahya
memang ya si Prasetyo tuh keluarga MOKONDO . hey Pras , memangnya kalau cowok bersih rumah dianggap malu ? justru kalian sebagai cowok juga harus bisa berbakti pada istri , jangan karena pikir cewek bersih rumah kalian bisa santai tanpa buat apa-apa? kalian salah besar karena kalian tuh pemalas
Eric ardy Yahya
orang gila tuh si Prasetyo . memang dah ada ya keluarga macam ini yang otaknya gak pernah dipakai dan masih anggap dia paling benar .
Eric ardy Yahya
orang bodoh kayak keluarga Prasetyo , pantas dikasih hukuman disiksa tuh . biar tau rasa gimana dibilang benalu sama orang lain .
Ibrahim Efendi
daku gak ada komen apa2 ya thor. masih terus menikmati membaca karya author ini.🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏😁
Dorce
mau dong Thor
Dorce
waduh pak Mahmud ...sadar diri
dong
Dudeh Hamidah
Luar biasa
Hilmiya Kasinji
ini roman2 nya si Mijo rada gak bener nich . jadi curiga si Mijo main api
Hilmiya Kasinji
tega banget ya mbok e mas Abdul . pdhl disaat dia terpuruk kan mas Abdul yg berjuang
Hilmiya Kasinji
Luar biasa
Hilmiya Kasinji
nah itu baru bener mbak Dewi , buat apa bertahan kalo anak tetep jadi korban
Hilmiya Kasinji
mbak Dewi bertahan demi bisa anaknya gak jadi seperti dia ... tapi apa mbak Dewi gak bisa berfikir , lawong si alif aza sering dipukuli sama bapak dan keluarganya . kalo seperti itu kan lbh parah daripada masa kecil mbak Dewi . bisa ngrusak mental Alif juga
Hilmiya Kasinji
ijin baca kak
Dorce
badai pasti berlalu
org sabar dan baik seperti mereka
pasti akan bahagia
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!