Menjadi sasaran cinta seorang gangster?
Gaby harus melewati cobaan yang lebih besar lagi ketika seorang gangster tertarik kepadanya. Namun dibalik ketertarikan Jax, si gangster kejam dan berpengalaman itu ternyata memiliki alasan lain, yaitu menuntaskan pekerjaannya dengan membawa Gaby ke pemimpin mafia bernama Salvatore Conti atas pengkhianatan yang ayah Gaby lakukan.
Jax yang diperintahkan untuk membunuh Gaby dengan diberi hadiah setimpal. Pria itu justru terjebak dalam cintanya sendiri sehingga membuat nya harus lari sejauh mungkin bersama Gaby untuk menghindari kejaran Salvatore dan anak buahnya. Dan melindungi wanita itu dari maut meski harus mempertaruhkan nyawanya sendiri.
°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°
Mohon dukungannya ✧◝(⁰▿⁰)◜✧
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Four, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TDK — BAB 28
PILIHAN JAX
Dasha menatap dengan senang setelah mendengar ucapan Jax, namun seketika pria itu memberikan dokumen tadi dengan wajah datar dan tidak berminat. “Aku tidak tertarik dengan pernikahan.” Ucap Jax membuat wanita cantik berdarah Rusia itu berkerut alis tak percaya.
“Kau yakin menolak tawaran yang besar? Jika ayahmu ada di posisimu saat ini, maka dia akan menerimanya dan mengutamakan bisnis dan kekuasaannya Mr. Jax.” Jelas Dasha menatap lekat dan serius.
Jax menyeringai dan mendekatinya. Pria itu dengan sengaja menyentuh leher lalu bibir wanita tadi sehingga Dasha membuka sedikit bibirnya dan menatap Jax penuh minat.
“Kau menginginkan hal lain, right?! Tidak perlu menikah, aku juga bisa memberikannya kepadamu!” goda Jax sehingga Dasha berani menatapnya.
“Really?!” wanita itu menyeringai tak percaya.
“No.” Jawab Jax menjauh dengan tatapan tajam dan keluar dari mobilnya.
Tentu saja dasha kesal. Itu adalah penolakan yang terus terang. Dia sangat tertarik dengan Jax, tapi pria itu sudah menolaknya. “Sialan.” Umpatnya kesal saat dia menoleh ke arah Jax yang berjalan membelakanginya menuju ke mobil bersama Jacob, si asisten setia.
“Nona, apa kita— ”
“JALAN!” kesal. Dasha hingga tanpa banyak bicara lagi, bodyguard nya segera melajukan mobilnya dan meninggalkan pelabuhan tersebut.
...***...
Sementara di dalam Mansion yang besar dan elegan. Gaby berjalan-jalan secara perlahan, keadaan yang hening dan sunyi walaupun di setiap ruangan terdapat para pria berkaos hitam yang berjaga di sana.
“Sebaiknya aku kembali, ini sudah tengah malam.” Gumam Gaby saat ia sudah puas menyusuri setiap ruangan dan sudut di Mansion Martinez itu.
Masih mengenakan piyama yang sama, Gaby berjalan sedikit cepat mencari kamarnya. Namun saat dia berjalan melewati pintu menuju tangga, ia berpapasan dengan Jax yang baru saja tiba setelah mengurus beberapa pekerjaan di luar.
Tentu, Gaby tertegun sedangkan pria itu pun menatapnya lekat.
“Apa yang kau lakukan di sini?” tanya Jax dingin dan menatap dengan kerutan alis. Oh sungguh, itu membuat Gaby gugup.
“Em.. Aku tidak bisa tidur! Aku hanya berjalan-jalan di sini, itu saja.” Balas Gaby mencoba bersikap tenang seperti saat mereka berbincang di Meksiko.
Jax masih menatapnya dan Gaby terlihat gugup namun tersenyum lalu tertunduk saat dia tak melihat adanya senyuman dari Jax.
“Mari kita bicara.” Ucap pria itu yang langsung melangkah menuju ke ruang pribadinya.
Mendengar itu Gaby terkejut namun juga dia patuh.
Ya! hanya ruang pribadi Jax yang belum dia lewati. Kini Gaby sedikit berdecak kagum melihat dekorasi yang sangat rapi dengan cat dingin yang sama seperti ruangan-ruangan lain termasuk kamarnya.
Gaby yang masih tersenyum tipis dia duduk di sebuah sofa panjang warna hitam, sampai akhirnya Jax kembali dari arah meja bar dan membawa dua gelas berisi wine.
“Thanks!” ucap Gaby mencoba bersikap ramah.
Wanita itu tidak meminumnya dan hanya memegangnya saja di atas pahanya, sedangkan Jax yang duduk di sofa singel di sebelah kiri Gaby. pria itu menatapnya setelah meneguk minumannya dan meletakkannya di atas meja.
“Kau baik-baik saja?” tanya Jax begitu teliti tanpa basa-basi.
“Ak-aku tidak tahu dan aku tidak yakin baik-baik saja setelah semua ini. Jax! Ma-maksudku Mr. Jax!”
“Jax.” Potong Jax sehingga Gaby tersenyum tipis seraya mengangguk faham.
“Ya, Jax! Kau tahu aku sangat canggung setelah beberapa hari kita berpisah. Aku melihatmu benar-benar menjadi, waw!” jelas Gaby dengan sedikit gugup.
Sementara Jax menahan senyumnya saat wanita itu menerangkan apa yang ingin dia katakan.
“Aku... Aku tidak tahu.” Lanjutnya yang kini menunduk dengan bingung, sangat bingung bila harus dijelaskan.
Pria tampan dengan kemeja hitam itu masih menatap Gaby.
“Maafkan aku. Ucapan ku terkahir kali mungkin menyakitimu.” Ucap Jax yang tak pernah mengatakan maaf dengan tulus kecuali hari ini, detik itu juga di hadapan Gaby.
Wanita itu masih menatap ke wine yang dia pegang seraya tersenyum lebar dan menggeleng kikuk. “Itu sangat menyakitkan! Dan sekarang kau menyelematkan ku lagi, membawa ku bersamamu!” balasnya hingga kontak mata mereka bertemu.
Jax mencoba berpaling dari tatapan mata indah Gaby.
“Tinggallah di sini beberapa hari. Salvatore mungkin masih mengincar mu jadi— ”
“Aku butuh perlindungan mu!” sambung Gaby yang masih menatapnya faham sehingga pria itu kembali menatapnya.
Itu sangat miris, karena Gaby mencoba melupakan perasaan nya terhadap Jax yang mungkin tidak tertarik kepadanya.
Gaby meneguk wine nya dengan sekali tegukan hingga habis. Ya! Dia sedang menahan sesuatu yang sulit. “Wow! Wine yang enak!” ucapnya girang saat mencecap rasa enak dari wine tadi.
Melihat itu, Jax tersenyum tipis.
“Aku harus kembali ke kamar dan memikirkan sesuatu setelah tinggal beberapa hari di sini!” ucapnya yang kini berdiri dan tersenyum paksa menatap Jax.
Gaby mengigit bibir bawahnya setiap kali dia bingung ataupun gelisah. Dan kini dia melakukannya.
“Good night!” pamitnya yang berbalik ke arah pintu.
“Gabriella!” panggil Jax dengan lengkap sehingga wanita cantik tadi berbalik badan dan menatapnya kembali.
“What? (Apa)?”
Jax yang berdiri dari duduknya, dia berjalan mendekati wanita itu sehingga terlihat Gaby semakin tertegun dengan degupan kencang saat pria itu mendekatinya dan membuatnya tidak bisa berpaling.
“Bisakah kau memberikan ku waktu?” tanya Jax dengan serius.
“Wa-waktu? Waktu apa?” tentu saja, Gaby yang gugup tak tahu waktu apa yang Jax inginkan.
“Perasaan yang sama seperti yang kau rasakan saat ini.” Jawabnya jujur dan menatapnya sangat lekat dan dekat.
Gaby menelan ludahnya dengan susah ketika Jax terus menatapnya dan mengatakan sesuatu yang sangat serius.
Dengan memberanikan diri, pria itu menyentuh pipi kanan Gaby dan menggerakkan ibu jarinya seolah membelainya lembut. “Tidak ada paksaan, kau bisa menolaknya jika mau.” Ucap Jax.
Gaby merendahkan pandangan matanya, menyentuh balik tangan Jax yang ada di pipinya. “Jika kau mau mencobanya, maka aku juga! Dan aku harap kau tidak untuk membunuhku!” Ucap Gaby terus terang.
“No!” balas Jax.
Perlahan Gaby melepaskan tangannya dan berbalik pergi tanpa ada kesempatan Jax yang ingin mencuri ciuman saat itu.
Pria itu hanya diam menatap kepergian Gaby yang baru saja keluar dari pintu putih bergaris emas. Ya... Setidaknya Jax sudah memilih sesuatu yang akan singgah di hatinya. Dia tidak lagi tertarik dengan para wanita seperti dulu.
Meski kini sudah memiliki banyak uang, Jax tidak memikirkan sesuatu tentang membeli wanita. Targetnya hanyalah satu wanita saja dan dendamnya.
selisih 4 menit hehehehe
ayooo jax gunakan insting mu utk menemukan gaby 🥰😘🫢🤭
mau gak? 😀😁🤣😂😍😍🫢🤭
gaby di sandera salvatore 🤭🫢
ayooo author ksh tahu jax...
dimn gaby berada 😍😂🫢🫢
jax taukah kamu bahwa gaby ada di tempat salvatore...
bukan pergi ke asia 🤭🤭
gaby pergi sendiri ke asia..
atau akan ttp bersama si jax..
krn gaby adh mengakui perasa,an nya pd jax...
hehehehehe smkin seru & terkuak keluarga mereka 😀😁🤣🫢🤭
atau mlh akan membawa gaby kmnpun jax pergi..
krn mereka sama2 sdh saling tertarik & jatuh hati 🥰😘😍🫢😐
ternyata salvatore musuh bebuyutan martinez..
jd intinya gang mafia nightmgres tlah menghancurkan gang mafia Bloodydevil pny ayah jax..
bgtukah author 🙂😁🫢🤭