Nancy tak menyukai kala sang papa menjalin hubungan dengan Dania yang dikenalkan sebagai calon istrinya. Nancy mencari tahu latar belakang Dania hingga akhirnya ia mengetahui kalau Dania masih berstatus sebagai istri orang! Ketika kebusukannya terbongkar Dania berkilah akan segera bercerai dengan suaminya yang sekarang, Putra Wardhana namun Nancy tak memercayai itu hingga akhirnya Dania dan Putra benar-benar bercerai. Selepas bercerai, Nancy mulai mendekati Putra untuk misi membuat Dania cemburu karena sang mantan suami kini dekat dengannya. Akankah misi Nancy akan berhasil?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Serena Muna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Akhirnya Mengikuti Juga
Ines menunggu hingga suaminya kembali ke rumah, setelah berbincang dengan Nancy barusan membuat Ines menjadi curiga dan khawatir kalau benar suaminya diam-diam bermain api dengan wanita lain di belakangnya. Ines kemudian merangkai semua kejadian yang terjadi di masa lalu hingga saat ini dan Ines juga baru menyadari kalau memang sikap sang suami berubah.
"Benar juga, kenapa aku baru sadar sekarang?"
Ines meraih ponselnya dan mencoba menghubungi nomor sang suami namun sayangnya nomor telepon Wiratmo tidak aktif yang makin membuat Ines kesal.
"Kok ponselnya gak aktif? Kalau begini kan jadinya aku yang makin ga tenang. Bagaimana kalau yang Nancy katakan benar."
Ines terus saja mencoba untuk menghubungi sang suami namun nyatanya nihil, suaminya sama sekali tak menjawab telepon darinya.
"Dia bahkan sama sekali tak menjawab telepon dariku."
Ines menghela napas panjang, ia berusaha sabar untuk tetap menanti sampai sang suami pulang hingga akhirnya waktu yang Ines inginkan tiba juga. Wiratmo pulang ke rumah ketika hari sudah gelap dan hampir tengah malam, pria tua itu awalnya belum menyadari kalau Ines masih belum tidur dan tengah menantinya di ruang tengah hingga tiba-tiba lampu rumah menyala terang dan barulah Wiratmo bisa melihat Ines dengan jelas.
"Mama? Kok belum tidur?"
"Papa dari mana saja? Kok jam segini baru pulang?"
"Papa habis menemui teman Papa."
"Benarkah? Bukannya Papa baru menemui wanita simpanan Papa?"
"Mama ini bicara apa? Siapa sih yang Mama maksud?"
"Mama saat ini memang belum punya bukti valid dan belum memergoki Papa saat jalan dengan selingkuhan Papa itu tapi satu hal yang perlu Papa ingat, Mama akan selalu pantau Papa."
Setelah mengatakan itu, Ines langsung balik badan dan masuk menuju kamarnya. Wiratmo heran dengan sikap Ines yang tak biasa malam ini dan mengatakan bahwa ia baru saja pulang dari menemui wanita lain.
"Dia tahu dari mana? Siapa yang sudah memberitahunya?"
Wiratmo memutuskan untuk menyusul Ines masuk ke dalam kamar.
****
Keesokan harinya, Ines masih tak mau bicara dengan Wiratmo hingga membuat pria itu jengah juga dengan perangai sang istri.
"Mama kalau ada hal yang mau dibicarakan itu bicara saja. Jangan Papa didiamkan begini."
Namun Ines sama sekali tak menaggapi ucapan sang suami dan ia tetap saja diam mengacuhkan Wiratmo yang jengkel dengan perubahan sikap Ines. Tak lama kemudian ponsel Wiratmo berbunyi karena ada pesan masuk, Ines memerhatikan wajah sang suami yang senyum-senyum sendiri kala mendapatkan pesan itu dan membuatnya semakin yakin saja kalau sang suami saat ini pasti sedang bertukar pesan dengan selingkuhannya.
"Papa harus berangkat."
Lagi-lagi Ines tak mengatakan apa pun dan membiarkan suaminya pergi namun tak lama kemudian Ines segera menyusul suaminya dengan menggunakan mobilnya namun tentu saja ia membuntuti sang suami dari jarak yang aman supaya tak ketara sekali kalau saat ini ia tengah mengikutinya. Tak lama kemudian Ines terkejut karena menemukan suaminya membelokan mobil menuju sebuah apartemen mewah di utara kota Jakarta.
"Kenapa papa malah ke sini?"
Ines tetap mengikuti mobil suaminya sampai benar-benar berhenti di parkiran dan nampak suaminya langsung masuk ke dalam apartemen itu.
"Dia benar-benar masuk, aku yakin kalau di dalam sana dia bertemu sama selingkuhannya."
****
Saat ini Nancy sedang bicara dengan Kelly perihal tawaran bekerja di perusahaan dan Kelly tentu saja tak menolak, ia senang bisa bekerja di perusahaan seperti Artha Property Indo Group namun tentu saja Nancy mengatakan bahwa ia hanya bisa memasukan Kelly sebagai staf biasa dulu.
"Nggak masalah Mbak, aku bersedia kok jadi staf biasa yang penting aku sudah dapet kerjaan."
"Nanti kamu bisa bareng sama Bagas ke kantor, hari ini dia juga mau ketemu sama HRD buat wawancara."
"Mas Bagas? Adiknya Mbak Nancy?"
"Memangnya siapa lagi yang namanya Bagas di rumah ini?"
"Oh iya juga sih."
"Pokoknya jangan terlambat, wawancaranya jam 9 pagi."
"Iya Mbak."
Nancy kemudian pergi meninggalkan Kelly sendirian di kamarnya sementara itu baru saja Nancy hendak turun ke lantai bawah, Suherti menahannya.
"Nancy, Ibu dan Ayah sepertinya mau pulang ke Semarang nanti."
"Pulang? Kok buru-buru?"
"Ayah sama Ibu nggak enak kalau kelamaan di sini."
"Nggak usah merasa nggak enak Bu, lagian ini juga rumahku kok. Mas Putra itu pengen banget Ayah dan Ibu pindah ke Jakarta karena Kelly kan juga bakal kerja di Jakarta jadi bakal jauhan sama Ayah dan Ibu, mas Putra khawatir kalau sesuatu terjadi kan anak-anaknya jauh dan gak ada yang jaga di sana."
****
Nancy dan Putra tiba di kantor dan langsung menuju ruangan kerja namun sekretaris Nancy mengatakan bahwa di dalam sudah ada Izaz yang menunggu Nancy datang.
"Oh nggak apa, kamu sudah buatkan dia minum?"
"Sudah, Bu."
"Saya masuk dulu."
Nancy dan Putra masuk ke dalam ruangan kerja Nancy yang mana Izaz memang sudah duduk di sofa menunggu sampai mereka datang.
"Pagi, Bu."
"Pagi, jadi bagaimana kamu sudah dapatkan apa yang saya minta?"
"Sudah Bu, Dania dan mamanya sudah dilaporkan ke polisi atas dugaan kasus pembunuhan terhadap mendiang pak Hanggono."
"Pembunuhan? Bagaimana bisa?"
"Dari data yang saya kumpulkan, mereka sengaja menaruh racun di dalam minuman pak Hanggono yang membuatnya meninggal dunia."
"Begitu rupanya. Pokoknya jangan sampai mereka lolos. Saya nggak mau kalau mereka bisa bebas begitu saja. Apa yang mereka lakukan adalah tindakan keji."
"Baik Bu, selain itu mamanya Dania juga melakukan tindakan kriminal lain seperti menipu orang dengan kedok investasi bodong dan memang saat ini kasusnya masih diselidiki oleh kepolisian."
"Makin berat saja hukuman mereka. Terus cari lagi kasus hukum mereka kalau perlu buat yang tidak ada supaya hukumannya semakin berat."
"Baik Bu, saya akan lakukan sesuai dengan perintah anda. Kalau begitu saya permisi dulu karena masih ada yang perlu saya kerjakan."
"Silakan."
****
Ines tiba di lobi apartemen tempat di mana suaminya menghilang tadi, ia yakin sekali kalau suaminya menuju salah satu unit apartemen untuk menemui selingkuhannya.
"Aduh malah kalau mau naik harus pakai kartu akses lagi. Aku kan gak ada kartu akses."
Tiba-tiba saja seorang pria datang menghampiri Ines dan memberikan kunci akses pada wanita itu lengkap dengan kartu akses cadangan untuk membuka pintu unit apartemen selingkuhan sang suami.
"Saya diperintah bu Nancy memberikan ini pada anda. Nomor kamarnya 901. Kode password-nya 1177."
"Baiklah, terima kasih banyak."
Ines naik ke dalam lift tersebut menuju lantai 9 apartemen tersebut dan langsung sampai di unit nomor 902 seperti apa yang dikatakan oleh orang suruhan Nancy.
"Apakah benar dia ada di dalam?"
Ines kemudian menekan kode di pintu dan untuk membuka pintu ia menggunakan kartu akses cadangan. Hal pertama yang Ines lihat adalah sepasang sepatu sang suami tergeletak begitu saja di dekat pintu.
"Dia benar ada di sini."
Ines gegas melangkah masuk ke dalam apartemen itu dan menuju kamar yang setengah tertutup dan di sana ia bisa melihat dengan jelas suaminya tengah melakukan hal menjijikan dengan wanita lain di atas ranjang.
BRAK
"PAPA! APA YANG PAPA LAKUKAN INI!"