NovelToon NovelToon
Chemistry Of Love

Chemistry Of Love

Status: tamat
Genre:Tamat / Cintapertama / Cintamanis / Kisah cinta masa kecil / Teen School/College / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:2.6k
Nilai: 5
Nama Author: Lily Dekranasda

Nada Azzahra, siswa baru di SMA Nusantara Mandiri, adalah gadis ceria yang mudah bergaul. Kepribadiannya yang ramah dan penuh semangat membuatnya cepat mendapatkan teman. Namun, kedatangannya di sekolah ini mempertemukannya dengan Bara Aryasatya, cowok tengil yang ternyata adalah "musuh bebuyutan"-nya semasa SMP.

Di masa SMP, Nada dan Bara bagaikan Tom & Jerry. Pertengkaran kecil hingga saling usil adalah bagian dari keseharian mereka. Kini, bertemu kembali di SMA, Bara tetap bersikap menyebalkan, hanya kepada Nada. Namun, yang tak pernah Nada sadari, di balik sikap tengilnya, Bara diam-diam menyimpan rasa cinta sejak lama.

Setiap hari ada saja momen lucu, penuh konflik, dan menguras emosi. Bara yang kikuk dalam mengungkapkan perasaannya terus membuat Nada salah sangka, mengira Bara membencinya.

Namun, seiring waktu, Nada mulai melihat sisi lain dari Bara. Apakah hubungan mereka akan tetap seperti Tom & Jerry, ataukah perasaan yang lama terpendam akan menyatukan mereka?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lily Dekranasda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pamer

Jessika dan Gisel, yang sejak awal sudah cukup dekat dengan Nada, mulai menyadari bahwa ada sesuatu yang berbeda antara Nada dan Bara. Meskipun Nada sering kali melontarkan komentar kesal tentang Bara dan menganggapnya hanya sebagai teman lama yang selalu mengusilinya, kedua sahabatnya itu bisa melihat lebih dari sekadar permukaan. Mereka melihat bagaimana Bara mulai memberikan perhatian lebih kepada Nada, meski dengan caranya yang cenderung usil dan penuh sindiran.

Pada suatu hari, saat mereka bertiga duduk bersama di kantin, Jessika dan Gisel saling melirik, seakan mengisyaratkan sesuatu. Gisel yang biasanya lebih terbuka, memulai percakapan.

"Gimana sih, Nada? Kenapa kayaknya lo sama Bara makin deket aja, ya?" tanya Gisel sambil memperhatikan reaksi Nada.

Nada yang sedang menikmati makanan, buru-buru menjawab, "Ah, nggak kok, cuma dia suka usilin gue aja. Gitu deh, biasa."

Namun, Jessika, yang lebih sering memerhatikan, memberi senyum kecil. "Lo nggak sadar ya, dia tuh mulai perhatian banget sama lo? Bahkan hal-hal kecil yang lo nggak notice, dia selalu inget."

Nada sempat terdiam, sedikit bingung. “Ah, masa sih? Mungkin lo aja yang terlalu perhatiin.”

Gisel ikut mengangguk dengan senyum penuh makna. “Kalau menurut gue, Bara tuh mulai berubah gara-gara lo. Gimana kalau lo kasih kesempatan dia? Mungkin dia punya perasaan yang nggak dia ungkapkan.”

Nada merasa sedikit canggung mendengarnya. "Aduh, jangan gitu deh. Bara itu nggak ada niat apa-apa kok. Dia cuma suka nge-prank gue."

Namun, Jessika, yang biasanya agak serius, menambahkan dengan nada serius, “Coba lo pikirin lagi. Bara tuh udah mulai beda sejak beberapa hari ini. Dia perhatian banget, walaupun dia nggak langsung mengaku, lo pasti bisa ngerasain kan?”

Nada terdiam sejenak. Meskipun dia tidak ingin mengakui perasaan yang mulai berkembang di dalam dirinya, dia mulai merasakan perubahan kecil pada Bara yang tidak bisa dia pungkiri. Terkadang, Bara terlihat sangat peduli, bahkan dengan hal-hal kecil yang dia lakukan, seperti memberikan sendok dan garpu ketika dia kehabisan, atau membantunya saat tugas kelompok.

Jessika dan Gisel melanjutkan dengan rencana mereka untuk membantu Nada dan Bara lebih dekat. Mereka memulai dengan memberikan isyarat kecil kepada Nada setiap kali Bara melakukan sesuatu yang dianggap perhatian atau manis. Mereka selalu memberikan semangat agar Nada memberi kesempatan kepada Bara, meskipun Nada tampak enggan atau ragu.

Pada saat yang sama, Gisel dan Jessika sering kali berbicara di luar perhatian Nada, membahas bagaimana mereka bisa memberikan sedikit dorongan kepada hubungan mereka, walaupun itu hanya dengan memberikan kesempatan dan waktu bagi mereka berdua untuk saling memahami lebih dalam.

“Kita bantu aja, pelan-pelan. Kasih mereka ruang untuk berkembang,” kata Jessika dengan senyum penuh harapan.

Gisel setuju. “Betul, siapa tahu mereka bisa jadi lebih dari sekadar teman lama, kan?”

Dengan cara ini, Jessika dan Gisel mulai mendukung hubungan Nada dan Bara secara diam-diam, meskipun Nada sendiri masih belum menyadari perasaan Bara yang sebenarnya, maupun perasaannya sendiri yang perlahan mulai berkembang tanpa dia sadari.

Hari itu, pelajaran olahraga berlangsung di lapangan basket, dan Bara memutuskan untuk menunjukkan kemampuannya bermain basket di depan Nada. Selama beberapa hari terakhir, Bara merasa ada yang berbeda dengan dirinya. Ia mulai memperhatikan setiap detail tentang Nada, senyumannya, gerak-geriknya, bahkan cara dia tertawa. Dan kali ini, Bara ingin membuat Nada terkesan, meskipun caranya sedikit berlebihan.

Ketika pelajaran dimulai, guru olahraga membagi kelompok untuk bermain basket, dan Bara berada di tim yang sama dengan Rio dan Dimas. Sedangkan Nada, yang belum begitu mahir dalam olahraga ini, hanya duduk di bangku penonton bersama Jessica dan Gisel.

Bara pun memulai permainan dengan penuh semangat. Ia berlari ke depan, men-dribble bola dengan lincah, melewati lawan-lawannya, dan melakukan beberapa gerakan memukau yang menunjukkan kehebatannya. Namun, lebih dari itu, Bara selalu melirik ke arah Nada, seakan berharap dia akan memperhatikan setiap gerakannya.

"Eh, lihat tuh Bara, keren banget!" seru Rio dengan bangga, meskipun ia juga sadar bahwa Bara memang hebat dalam basket. Bara hanya tersenyum tipis, merasa puas karena Nada sedang menonton dari jauh.

Nada yang duduk di bangku penonton, sempat melirik ke arah Bara yang sedang memainkan bola basket dengan sangat baik. Ia mengerutkan kening, sedikit terkesan meskipun mencoba untuk tidak menunjukkan apapun.

Jessica yang melihat Nada hanya diam, dengan nakal berbisik, “Kenapa kamu nggak bilang kalau kamu suka lihat Bara main basket? Bisa tuh jadi bahan obrolan kita.”

Nada yang mendengar itu hanya tersenyum malu, “Nggak gitu, aku cuma... nggak nyangka kalau dia jago banget.”

Gisel yang duduk di sebelah Nada, ikut menggoda, “Bara emang hebat, kan? Dia pasti sengaja pamer supaya kamu lihat.”

Nada merasa sedikit canggung, meskipun hatinya berdebar melihat cara Bara bermain. Bara memang selalu punya cara untuk menarik perhatian, meskipun kadang itu datang dalam bentuk usilan-usilan yang menyebalkan.

Di sisi lain, Bara yang terus bermain, semakin merasa percaya diri. Setiap kali dia melakukan aksi yang lebih spektakuler, dia berusaha mengarahkan pandangannya ke arah Nada, berharap bahwa gadis itu akan mengaguminya. Namun, meskipun Nada sedikit terkesan, ia mencoba untuk menyembunyikan rasa terkejut dan kagumnya.

Sesekali, ketika Bara berhasil mencetak poin, ia melemparkan senyum puas ke arah Nada, yang tentu saja menanggapinya dengan senyum kecil. Tidak bisa dipungkiri, hati Nada berdebar melihat Bara yang begitu bersemangat dan penuh percaya diri. Meskipun ia masih mencoba untuk menutupi perasaan itu, ada sesuatu dalam diri Bara yang membuatnya merasa tertarik.

Pelajaran olahraga pun berlanjut, dan Bara semakin menikmati setiap gerakan di lapangan. Namun, meskipun ia sangat menikmati perhatian yang diberikan Nada, ia mulai menyadari bahwa perhatian yang paling berarti baginya bukanlah tentang kemampuan fisiknya atau kekaguman orang lain, melainkan bagaimana ia bisa mendapatkan perhatian Nada dengan cara yang berbeda, bukan hanya dengan memperlihatkan kemampuannya, tapi juga dengan menunjukkan sisi lain dari dirinya yang mungkin belum pernah dilihat oleh Nada.

Setelah pertandingan selesai, Bara duduk di pinggir lapangan, terengah-engah, dengan bola basket yang tergeletak di sampingnya. Dia baru saja menunjukkan permainan terbaiknya, dan seketika itu, seorang gadis datang menghampiri Bara dengan membawa air mineral.

"Minum dulu, Bara," ucap gadis itu, tersenyum lebar.

Bara menatapnya dengan ekspresi dingin, lalu tanpa sengaja melirik ke arah Nada yang duduk di bangku penonton. Nada yang melihat kejadian itu langsung merasakan ketegangan di dalam dadanya, meskipun dia tidak tahu kenapa. Ada perasaan yang sulit diungkapkan, tapi dia merasa sedikit cemburu. Kenapa Bara mendapat perhatian dari gadis itu? Rasanya, ada yang mengganggu, padahal dia tahu itu mungkin hanya hal kecil.

Bara yang melihat nada menatapnya dengan ekspresi sulit ditebak, langsung mengambil air mineral dari gadis itu dan berkata, “Terima kasih.”

Gadis itu langsung tersenyum lebar, wajahnya terang benderang. “Sama-sama, Bara. Semoga bisa membantu,” katanya dengan suara girang, jelas senang bisa melayani Bara.

Namun, reaksi Nada tidak terlewatkan oleh Bara. Ia melihat bagaimana Nada melipat tangannya dan mengalihkan pandangannya, seolah kesal tanpa alasan. Bara tersenyum kecil. Rasanya, ada yang aneh dengan perasaan Nada saat ini. Ia merasa senang, tapi juga ada sedikit rasa penasaran.

Setelah itu, Bara membuat keputusan yang cukup mengejutkan. Ia mengambil air mineral itu dari tangannya, dan tanpa mengucapkan apapun pada gadis tersebut, Bara langsung memberikan air itu kepada Dimas yang sedang duduk di dekatnya. "Minum aja, Dimas. Kayaknya kamu lebih butuh," kata Bara dengan santai.

Dimas yang merasa kehausan langsung mengambil botol air itu dan mengucapkan terima kasih. “Thanks, Bara. Kebetulan banget!” ujarnya, lalu meminum air itu hingga habis.

Sementara itu, Bara langsung bangkit dari duduknya dan meninggalkan lapangan basket. Tanpa memperdulikan gadis yang tadi memberinya air, ia melangkah dengan langkah pasti. Gadis itu yang semula tersenyum cerah, kini hanya bisa berdiri terdiam, sedikit kecewa. Ia menatap Bara yang sudah menjauh tanpa sepatah kata lagi.

Namun, pandangannya teralihkan ke arah Nada, yang sedang duduk di bangku penonton. Nada tidak memperlihatkan ekspresi apapun, tetapi Bara bisa merasakan ada sesuatu yang tidak biasa. Dalam hati, Bara merasa seakan-akan ada semacam daya tarik yang tak bisa dijelaskan, meskipun ia hanya melakukan hal biasa, memberikan air kepada Dimas.

Bara melirik ke arah Nada sekali lagi sebelum benar-benar meninggalkan lapangan. Sebuah senyuman tipis terukir di wajahnya, menyadari bahwa mungkin, hanya mungkin, ada sesuatu yang lebih dalam dalam perasaan mereka berdua daripada yang ia kira.

1
aca
lnjuttt
aca
lanjut thor Q kasih bunga deh
aca
nada jd rebutan ciee
aca
seru thor
Dian Fitria N
lanjut lagi thor
Ahmad Syarif
menarik, ringan konflik jd bacanya enjoy
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!