Dua tahun. Dua sahabat. Satu cinta dan satu hati. Clara dan Sarah, terikat oleh persahabatan yang tak tergoyahkan sejak dua tahun persahabatan mereka di bangku kuliah, menghadapi badai kehidupan bersama. Namun, kedamaian itu hancur ketika sebuah kerikil kecil—sejumlah tokoh antagonis, masing-masing dengan segudang niat jahat—muncul secara tiba-tiba. Serentetan jebakan dan intrik licik memicu serangkaian kejadian di antara Sarah dan Clara: salah paham, pertengkaran, dan pengkhianatan yang tak terduga. Apakah persahabatan mereka cukup kuat untuk menghadapi cobaan ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Grace caroline, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 32. Ellis dan Sarah
Sinar matahari pagi menyelinap lembut melewati celah gorden kamar Clara, membangunkan Sarah lebih dulu. Ia mengerjapkan mata, duduk perlahan, lalu menguceknya dengan gemas. Clara masih tertidur lelap di sampingnya. Sarah tersenyum, turun dari ranjang, dan meregangkan tubuhnya sebelum keluar kamar.
Rumah Clara terasa sunyi dan sedikit remang. Sepi. Sarah berjalan menuju dapur, haus. Di sana, ia meraih sebotol minuman dingin dari kulkas, meneguknya hingga separuh, lalu meletakkannya di meja dekat kulkas.
Sarah berbalik, niatnya menuju wastafel untuk membasuh muka. Namun ...
"Eh, ternyata kamu masih ada di sini?" Suara itu—Ellis. Suara melengkingnya bergema di ruangan sunyi itu. Ia mendekati Sarah yang terpaku, menatap Sarah dengan tatapan menyebalkan yang ia miliki. Penampilan Ellis begitu menawan, berbeda sekali dengan Sarah.
"Iya," jawab Sarah singkat, menatap Ellis dari ujung rambut hingga ujung kaki. Tatapannya tajam, tak melepaskan satu detail pun.
Ellis berhenti di hadapan Sarah, tangan terlipat di dada, membalas tatapan Sarah dengan intensitas yang sama. Ada sesuatu yang menyebalkan dalam caranya menatap. Sarah membalas tatapan wanita yang lebih tua darinya itu dengan tatapan tak kalah tajam. Ketidaksukaannya jelas terpancar.
"Clara mana? masih tidur?" tanya Ellis basa-basi, matanya menjelajah ruangan seakan mencari Clara.
Sarah mendengus. "Iya," jawabnya singkat, malas.
Ellis menoleh, tersenyum miring. "Berantakan banget neng, pakaian juga kucel gitu, kayak keset! Baru bangun tidur ya? Gimana? Enak tidur di kasur spring bed? Empuk?" tanyanya beruntun, nada sindirannya terasa jelas. Sarah menangkap sindiran itu dan tak menyukainya sama sekali. Ia mengerti maksud Ellis.
Sarah sedikit menaikkan dagunya. menatap wanita di depannya tajam. "Biasa aja kok Tante. Emang kenapa?" tanyanya, nada suaranya datar.
Ellis tersentak melihat respon Sarah. Tatapannya semakin tajam. Tangan yang semula terlipat di dada perlahan turun dan mengepal, urat-uratnya menegang.
"Biasanya kamu tidur nggak pakai kasur kan? atau kalau nggak...pakai kasur yang keras itu? harusnya kamu bersyukur ya bisa tidur di kasur empuk ini.
Mahal, lho harganya! Saya yakin kamu dan keluarga kamu nggak akan mampu membelinya," sindir Ellis lagi. Kata-kata itu menusuk hati Sarah, tak hanya menghinanya, tapi juga keluarganya.
Ellis melanjutkan dengan nada angkuh, "Oh iya saya ke sini cuma mau bilang sama Clara ya kalau Mama sama Papanya itu di luar kota bakal ada dua harian lebih. Ada urusan kerjaan yang harus diselesaikan.
Jadinya ya...mamanya tadi nyuruh saya buat jagain Clara dan tinggal di rumah ini. Ehmm... tugas Kamu udah selesai kan? sekarang kamu pulang sana, biar Clara sama saya. Saya yang akan jagain dia!" Perintahnya terang-terangan mengusir Sarah. Sarah hendak membalas, namun tiba-tiba...
"Mendingan Tante aja deh yang pergi, aku nggak sudi tinggal satu rumah sama orang kayak tante!" Clara muncul tiba-tiba, langkahnya cepat, wajahnya memerah. Rambutnya acak-acakan, sedikit air liur masih terlihat di sudut bibirnya, namun tatapan matanya tajam menusuk Ellis. Apalagi setelah mendengar Ellis mengusir Sarah.
Ellis dan Sarah menoleh, terkejut. Clara berdiri di depan Ellis. "Tante itu nggak ada hak ya buat ngusir Sarah dari sini. Ini tuh rumah orang tuaku, rumah aku. Bukan tante! tante cuma orang asing di sini!
Jadi sebelum kesabaranku habis dan aku panggil security kompleks buat seret tante keluar dari rumah ini, lebih baik tante pergi dari sini dan jangan pernah kembali!" usir Clara lagi, jarinya menunjuk ke arah lorong menuju ruang tamu.
Ellis terdiam, wajahnya memerah menahan amarah. Tangannya mengepal, kakinya terhentak sekali ke lantai. Ia pergi tanpa sepatah kata pun, seperti kalah telak. Sarah mengajak Clara duduk di meja makan. Ia berdiri, mengambilkan Clara minuman dari kulkas, lalu kembali dan memberikannya.
"Diminum dulu gih, habis itu cuci muka," ujar Sarah lembut, suaranya menenangkan. Clara menatap Sarah sebentar, lalu meraih botol minuman yang disodorkan, membukanya, dan meneguknya dengan cepat.
Setelah setengah botol air habis, Clara meletakkan botol itu di meja. Ia menatap Sarah. "Sar, habis ini langsung ke pasar aja ya beli bahan-bahan buat masak nanti," katanya antusias.
Sarah mengangguk, tersenyum hangat. "Kayaknya kamu semangat banget ya buat belajar masak. Oke kita langsung ke pasar. Tapi sebelum itu...kamu cuci muka dulu, gosok gigi terus dandan dikit," ujar Sarah, tangannya terangkat menyentuh rambut Clara.
"Rambut kamu berantakan nih, sisir dulu biar rapi, habis itu kita bisa ke pasar," lanjutnya.
Clara tersenyum senang melihat perhatian Sarah. Ia langsung berdiri, menarik tangan Sarah dan berjalan cepat. "Kita mandi yukk, bareng!" ajaknya tiba-tiba. Sarah awalnya hanya mengikuti, tak menyangka Clara akan mengajaknya mandi bersama. Ia terkejut, matanya membulat, namun tetap melangkah mengikuti Clara hingga sampai di kamarnya.
Bersambung ...