Bukan Tulang Rusuk, Tapi Tulang Punggung (Penyesalan Papa Dari Anakku)

Bukan Tulang Rusuk, Tapi Tulang Punggung (Penyesalan Papa Dari Anakku)

1 : Dewi yang Malang

Suasana yang masih teduh dan jauh dari kemajuan teknologi. Di pertengahan tahun 1980 yang tengah berlangsung, hampir di setiap penjuru juga masih jauh dari polusi. Karena meski jalanan selalu ramai lancar, di sana hanya dipadati oleh delman, becak dan juga pesepeda. Andai ada motor bahkan mobil, itu masih sangat jarang.

“Berisik, ngapain nangis, sih? Diam! Masih pagi sudah berisik! Diam, enggak? Mau, Papa pukul juga?!” ucap Prasetyo murka. Alif sang putra dan usianya belum genap empat tahun, ia amuk di hadapan keluarganya.

Padahal, alasan Alif menangis karena makanan dan mainannya diambil oleh Edo—bocah berusia dua belas tahun yang kelakuannya tidak lebih dewasa dari Alif. Dan dengan entengnya, Edo memakan tuntas jatah ayam goreng yang ia rampas.

Edo sama sekali tidak peduli, meski Alif sampai ditendang Prasetyo yang tak lain merupakan pamannya. Termasuk juga dengan keluarga besar Prasetyo yang ada di sana, mereka malah dengan entengnya mengatai Alif sebagai anak setan. Warti selaku kakak perempuan Prasetyo dan merupakan mama dari Edo juga tidak ambil pusing pada kelakuan anaknya.

“Dasar anak setan, kerjaannya cuma nangis. Ngerepotin terus!” ucap mereka silih berganti sambil menyantap lahap, nasi berikut lauk di piring masing-masing. Semua makanan yang juga disiapkan secara khusus oleh Dewi, wanita yang telah melahirkan Alif.

“Mama ... Mama sakit, Ma. Tolong Mama ... sakit banget Mama! Papa pukul-pukul aku lagi!” Bibir mungil Alif terus berseru, tersedu-sedu bocah itu.

Di dalam kamar mandi, Dewi dengan kehamilannya yang sudah sangat besar, mendengar suara sang putra. Dewi yang sudah mandi keringat, tapi tumpukan cucian yang harus diselesaikan masih tiga ember, buru-buru meninggalkan penyaring air dan memang membuat suasana di kamar mandi bising. Ditambah lagi, suara dari sikat yang Dewi gunakan untuk menyikat pakaian. Kedua kenyataan tersebut membuat pendengaran Dewi jadi terbatas.

“Alif ... itu kenapa lagi ya Allah. Jadi anak paling kecil, tapi yang paling ditindas! Heran, sebenci itu keluarga ini ke kami!” keluhnya susah payah berdiri.

Efek kehamilan yang sudah lewat hpl, memang membuat Dewi jadi melakukan segala sesuatunya dengan terbatas. Itu juga yang membuat para majikannya kompak memberinya cuti. Hanya saja, ketimbang para majikannya yang selalu membayar bahkan memberinya imbalan lebih, keluarga suaminya justru makin merepotkannya.

Keluarga Prasetyo selalu menganggap Dewi dan Alif, tak ubahnya benalu. Karena bagi mereka, meski Dewi sudah membereskan pekerjaan rumah, dari beres-beres, memasak, mencuci piring, termasuk mencuci pakaian satu keluarga suaminya bahkan pakaian suami iparnya, di mata keluarga suami Dewi, bahkan di mata suami sendiri, itu bukan bekerja.

Bekerja versi keluarga Prasetyo ialah Dewi bekerja ke banyak orang hingga Dewi mendapatkan bayaran, tapi Dewi juga tetap wajib mengurus semua pekerjaan sekaligus keperluan rumah.

Kini, baru sampai pintu ruang depan, Dewi sudah disuguhi pemandangan putranya yang meringkuk tersedu-sedu di lantai. Di lantai berupa tanah du sana, sang putra tampak tak berdaya. Sementara yang lain termasuk Prasetyo, justru fokus makan. Namun baru saja, ibu Surmi selaku mertuanya Dewi, bangun dari tikar tempatnya duduk. Lap di sebelah panci berisi sop, ia bawa mendekati Alif. Tebak apa yang ibu Surmi lakukan. Ya, wanita bertubuh gendut itu menyumpalkan lapnya ke dalam mulut Alif hingga penuh.

Karena Alif sibuk berusaha meraih kaki kanan ibu Surmi menggunakan kedua tangan. Ibu Surmi tak segan menggunakan kakinya yang bebas, untuk menendang wajah Alif. Alif yang memang merupakan cucu kandungnya!

“CUKUUUUUUUUUUUUP!” jerit Dewi langsung histeris.

Bergegas Dewi lari, tak terima putranya diperlakukan tak manusiawi. Hanya saja, keputusannya lari malah membuatnya terpeleset.

Sakit luar biasa langsung Dewi rasa. Namun dari semuanya, hanya Alif yang buru-buru menghampirinya. Semuanya sungguh tak peduli padahal kondisi Dewi sedang hamil besar dan bisa berakhir fatal.

“M—Mas ... sakit banget, Mas! Perutku ... rahimku! B—bayiku ... anak kita, Mas!” rintih Dewi benar-benar memohon. Kedua tangannya yang gemetaran berangsur mengelus-elus perutnya.

Sebenarnya, Prasetyo sudah berdiri dan hampir menghampiri sang istri. Namun, ibu Surmi sudah langsung melarang.

“Istrimu hanya pura-pura. Dia sengaja begitu agar bisa malas-malasan!” ucap ibu Surmi. “Dasar wanita benalu! Pemalas! Masih untung anakku mau nikahin kamu! Pantas dari kecil kamu sudah dibuang orang tua kamu. Wong kamu memang pembawa sial!”

Darah Dewi seolah mendidih mendengar itu. Terlebih demi baktinya kepada ibu dan keluarganya, lagi-lagi, Prasetyo mengabaikan kewajibannya kepada Dewi. Prasetyo tetap menjadikan keluarganya sebagai prioritas.

Memiliki suami yang begitu peduli sekaligus menyayangi ibu dan saudaranya, nyatanya tak menjamin suami tersebut bisa membuat istri dan anak-anaknya bahagia. Kiranya, itulah yang Dewi rasakan di pernikahannya dengan Prasetyo. Sebab lima tahun pernikahan mereka, Dewi selalu dituntut menjadi istri yang sempurna.

Bukan hanya perkara pekerjaan rumah sekaligus kebutuhan sehari-hari. Karena sebagai istri Prasetyo dan merupakan anak laki-laki tertua di keluarganya, Dewi juga diwajibkan bekerja menjadi tulang punggung keluarga Prasetyo.

Semua saudara Prasetyo sudah menikah. Malahan, Prasetyo yang menikah paling akhir. Karena demi baktinya, Prasetyo baru menikah setelah semua kakak maupun adiknya menikah.

Prasetyo itu anak ketiga. Dua kakaknya perempuan. Adik pertama perempuan, sementara adik terakhir itu laki-laki. Mereka yang awalnya tinggal di rumah orang tua Prasetyo, kini kompak pindah. Semuanya tinggal di kontrakan Prasetyo dan Dewi menjadi satu kesatuan dan semua keperluan hanya Dewi yang mengurusi. Sebab kebiasaan hidup malas dan apa-apa selalu mengandalkan Prasetyo, membuat mereka sampai menjual rumah berikut tanahnya.

“Tolong ... tolong Mama sakit. Tolong Mamaku jatuh!” Alif yang dewasa terlalu dini karena keadaan, histeris memohon pertolongan kepada tetangga.

Padahal, lebam di tubuh bahkan ingatannya, masih sangat melukainya. Termasuk juga perihal bibir bagian bawahnya yang pecah sekaligus berdarah. Namun demi sang mama, Alif nekat menggedor setiap pintu kontrakan.

Suasana pagi ini sudah membuat kontrakan kompak sepi. Karena sejatinya, mereka yang sadar diri bahwa hidup membutuhkan biaya memang akan lebih memilih bekerja. Ketimbang menumpang ke saudara, tapi selalu zalim kepada yang ditumpangi, seperti keluarga Prasetyo. Benalu teriak benalu, itulah gambaran keluarga Prasetyo kepada Dewi.

Tukang sayur yang akhirnya Alif jumpai, menjadi tujuan Alif. Kebetulan, Alif dan Dewi dikenal sangat baik oleh warga. Jadi, dengan segera bantuan pun datang. Semua yang datang kompak beristigfar.

“Ada wanita hamil tua jatuh begini, kok malah dibiarkan! Saya sebagai keamanan di sini, bisa menjadikan ini sebagai kasus loh!” kesal pak Dayat selaku RT di sana.

Ibu dan saudara Prasetyo memang selalu menjadikan agama sebagai alibi. Menurut mereka, anak laki-laki tertua, wajib bertanggung jawab penuh kepada keluarga. Jadi, anak laki-laki beserta istrinya wajib jadi tulang punggung keluarga. Bodohnya, Prasetyo selalu merasa cara hidup keluarganya itu benar. Baginya, istri dan anak tidak lebih dari orang asing yang bisa kapan saja meninggalkannya. Sementara keluarga apalagi ibunya, akan selalu bersamanya. Hingga Prasetyo memiliki pemikiran, lebih baik mengutamakan keluarganya ketimbang istri dan anaknya.

Meski sudah sampai dimarahi, digerudug oleh tetangga yang sampai meninggalkan pasar tempat mereka bekerja, keluarga Prasetyo tetap fokus makan. Hanya Prasetyo saja yang akhirnya mau membopong Dewi. Itu saja karena dimarahi. Sementara Alif juga turut diboyong. Bocah itu tak mau ditinggal. Ditambah lagi, selain keluarga papanya yang teramat cuek, Alif juga sangat mengkhawatirkan mamanya.

“Ya Allah, ... kuat ya Allah. Tolong izinkan hamba lahiran normal. Enggak kebayang andai hamba lahiran non normal apalagi melahirkan dengan biaya mahal. Pasti keluarga mas Pras makin semena-mena ke kami ya Allah,” batin Dewi.

Di antara hidup dan mati, Dewi yang tak hanya kuyup karena baru saja mencuci pakaian seabreg, juga mendapati kedua kakinya dihiasi darah segar. Dar.ah segar yang mengalir dari pangkal selangkangannya.

••••••

—Novel kakek~nenek Ojan dan memang baru bisa sempat aku bikin. Ketimbang aku stres karena terus nampung cerita ini di pikiran, yuk ramaikan. TOLONG, JANGAN TABUNG BAB. KARENA CERITA INI BAKALAN GAMBARIN ANAK KORBAN PERCERAIAN, KEHIDUPAN WANITA DESA DAN SIAPA TAHU MIRIP KISAH YANG SUDAH ADA.

Salam santun,

Rositi 💗

Terpopuler

Comments

Dynamit

Dynamit

di tempat aku kejadian seperti ini hampir lumrah. wanita harus menjalani kewajibannya di rumah. selain itu mereka harus tetap bekerja di ladang ataupun sawah atau tempat lain. sedangkan laki-laki hanya bekerja di luar rumah dan tidak membantu sedikit pun pekerjaan rumah.

2024-04-28

1

@ntique

@ntique

perjuangan kartini brasa sia2..perempuan dijajah lakinya dirajakan

2024-04-28

0

Sarti Patimuan

Sarti Patimuan

Baru awal bacanya sudah nyesek Dewi yang malang

2024-04-30

0

lihat semua
Episodes
1 1 : Dewi yang Malang
2 2 : Hubungan Terl.arang Prasetyo dan Ibu Retno
3 3 : Korban Perceraian Orang Tua
4 4 : Tak Mau Menunggu Lagi
5 5 : Selalu Disalahkan
6 6 : Syarat Agar Ibu Retno Mendapatkan Warisan Utuh
7 7 : Hubungan Rahasia yang Mulai Terendus
8 8 : Tak Terima
9 9 : Lebih Baik Kita Bercerai
10 10 : Digerebeg
11 11 : Belum Mengetahui Kebenaran
12 12 : Tukang Ojek
13 13 : Kabar Pernikahan Prasetyo
14 14 : Maksud Ibu Aminah
15 15 : Mendadak Diusir
16 16 : Melangkah Tanpa Tujuan
17 17 : Menerima Tawaran
18 18 : Mulai Menyesal
19 19 : Takdir yang Mulai Terbalik
20 20 : Mendadak Nelangsa
21 21 : Keluarga Mas Abdul
22 22 : Perhatian Mas Abdul
23 23 : Calonnya Mas Abdul
24 Dua Puluh Empat
25 Dua Puluh Lima
26 Dua Puluh Enam
27 Dua Puluh Tujuh
28 Beri Aku Alamatmu!
29 Jangan Pernah Menyentuh Wanitaku!
30 Wanita Sangat Tangguh
31 Tak Lagi Membutuhkan Laki-Laki
32 Sumpah Pocong
33 Tanda-Tanda yang Mulai Muncul
34 Bapaknya Anak-Anak?
35 Rencana Usaha yang Makin Besar
36 Kabar Terbaru Warti
37 Ajakan Menikah
38 Mantan Tak Tahu Diri
39 Amarah Dewi
40 Alif : “Mama Jangan Menangis!”
41 Mas Abdul : “Banyak Jalan Menuju Surga!”
42 Harus Bahagia, Atau Malah Merasa Berdosa?
43 Alasan Kenapa Harus Menikah
44 Berurusan Dengan Polisi
45 Alhamdullilah
46 Wajan Penyok Dan Pashmina Warna Kuning Kunyit
47 Di Dini Hari yang Sunyi
48 Kabar Penangkapan Dewi
49 Keadilan Untuk Dewi
50 50 : Hikmah Di Balik Musibah
51 Nasib Prasetyo Sekeluarga
52 Mirip Keluarga Sesungguhnya
53 53 : Dimudahkan
54 54 : Kita Hadapi Semuanya Bersama!
55 55 : Transmigrasi
56 56 : Dijebak Dan Berusaha Menjebak
57 57 : Istriku Serba Bisa!
58 58 : Potret Keluarga Bahagia
59 59 : Dua Bulan Telah Berlalu
60 60. Mas Abdul : “Kita Pasti Bisa!”
61 Promo Novel : Bukan Mauku Hamil Di Luar Nikah
62 61 : Dewi yang Sekarang
63 62 : Kabar Ibu Safangah
64 63 : Mimpi Dikejar-Kejar Ular
65 64 : Mei ...
66 65 : Kebersamaan yang Penuh Cinta
67 66 : Doa yang Menjadi Alasan
68 67 : Tong Sampa.h dan Suami Sampa.h
69 68. Saling Menguatkan
70 69. Mimpi dan Petunjuk
71 70. Kronologinya....
72 71. Belum Final
73 72. Mulai Bertemu
74 73. Rencana yang Berubah
75 74. MEGA
76 75. Pelarian yang Gagal
77 76. Pulang Ke Jawa
78 77. Keuarga—Adik Kakak
79 78. Masya Allah
80 79. Perubahan Demi Perubahan
81 80. Papa
82 Bab Delapan Puluh Satu
83 Bab Delapan Puluh Dua
84 Yang Makin Cantik Sudah Jadi Istri Orang
85 Nasib Mega Dan Keluarga Dewi
86 Kisah yang Tak Akan Pernah Terlupakan
87 Kisah Cinta Hunairah
88 Kemenangan Bagi Para Pejuang
89 Novel : Dijual Suami Dinikahi Kakak Ipar (Mafia Dan Perawat Muslimah)
Episodes

Updated 89 Episodes

1
1 : Dewi yang Malang
2
2 : Hubungan Terl.arang Prasetyo dan Ibu Retno
3
3 : Korban Perceraian Orang Tua
4
4 : Tak Mau Menunggu Lagi
5
5 : Selalu Disalahkan
6
6 : Syarat Agar Ibu Retno Mendapatkan Warisan Utuh
7
7 : Hubungan Rahasia yang Mulai Terendus
8
8 : Tak Terima
9
9 : Lebih Baik Kita Bercerai
10
10 : Digerebeg
11
11 : Belum Mengetahui Kebenaran
12
12 : Tukang Ojek
13
13 : Kabar Pernikahan Prasetyo
14
14 : Maksud Ibu Aminah
15
15 : Mendadak Diusir
16
16 : Melangkah Tanpa Tujuan
17
17 : Menerima Tawaran
18
18 : Mulai Menyesal
19
19 : Takdir yang Mulai Terbalik
20
20 : Mendadak Nelangsa
21
21 : Keluarga Mas Abdul
22
22 : Perhatian Mas Abdul
23
23 : Calonnya Mas Abdul
24
Dua Puluh Empat
25
Dua Puluh Lima
26
Dua Puluh Enam
27
Dua Puluh Tujuh
28
Beri Aku Alamatmu!
29
Jangan Pernah Menyentuh Wanitaku!
30
Wanita Sangat Tangguh
31
Tak Lagi Membutuhkan Laki-Laki
32
Sumpah Pocong
33
Tanda-Tanda yang Mulai Muncul
34
Bapaknya Anak-Anak?
35
Rencana Usaha yang Makin Besar
36
Kabar Terbaru Warti
37
Ajakan Menikah
38
Mantan Tak Tahu Diri
39
Amarah Dewi
40
Alif : “Mama Jangan Menangis!”
41
Mas Abdul : “Banyak Jalan Menuju Surga!”
42
Harus Bahagia, Atau Malah Merasa Berdosa?
43
Alasan Kenapa Harus Menikah
44
Berurusan Dengan Polisi
45
Alhamdullilah
46
Wajan Penyok Dan Pashmina Warna Kuning Kunyit
47
Di Dini Hari yang Sunyi
48
Kabar Penangkapan Dewi
49
Keadilan Untuk Dewi
50
50 : Hikmah Di Balik Musibah
51
Nasib Prasetyo Sekeluarga
52
Mirip Keluarga Sesungguhnya
53
53 : Dimudahkan
54
54 : Kita Hadapi Semuanya Bersama!
55
55 : Transmigrasi
56
56 : Dijebak Dan Berusaha Menjebak
57
57 : Istriku Serba Bisa!
58
58 : Potret Keluarga Bahagia
59
59 : Dua Bulan Telah Berlalu
60
60. Mas Abdul : “Kita Pasti Bisa!”
61
Promo Novel : Bukan Mauku Hamil Di Luar Nikah
62
61 : Dewi yang Sekarang
63
62 : Kabar Ibu Safangah
64
63 : Mimpi Dikejar-Kejar Ular
65
64 : Mei ...
66
65 : Kebersamaan yang Penuh Cinta
67
66 : Doa yang Menjadi Alasan
68
67 : Tong Sampa.h dan Suami Sampa.h
69
68. Saling Menguatkan
70
69. Mimpi dan Petunjuk
71
70. Kronologinya....
72
71. Belum Final
73
72. Mulai Bertemu
74
73. Rencana yang Berubah
75
74. MEGA
76
75. Pelarian yang Gagal
77
76. Pulang Ke Jawa
78
77. Keuarga—Adik Kakak
79
78. Masya Allah
80
79. Perubahan Demi Perubahan
81
80. Papa
82
Bab Delapan Puluh Satu
83
Bab Delapan Puluh Dua
84
Yang Makin Cantik Sudah Jadi Istri Orang
85
Nasib Mega Dan Keluarga Dewi
86
Kisah yang Tak Akan Pernah Terlupakan
87
Kisah Cinta Hunairah
88
Kemenangan Bagi Para Pejuang
89
Novel : Dijual Suami Dinikahi Kakak Ipar (Mafia Dan Perawat Muslimah)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!