Arabella adalah gadis yang selalu mendapat julukan gadis apatis, gadis batu, gadis sombong, gadis angkuh dan masih banyak lagi julukan yang melekat padanya karena sikapnya yang antipati, dingin dan acuh tak acuh pada apapun disekitarnya.
Karena sikapnya itu membuat orang-orang di sekitarnya menjauh dan membencinya bahkan banyak yang mencacinya. Hal itu pula yang membuat seorang Elang Bahuwirya sangat membencinya.
Lalu apa jadinya jika Bella menjadikan sikapnya itu hanya sebagai topeng belaka. Topeng yang ia gunakan untuk menutupi segala luka di hatinya.
Dan bagaimana permainan takdir akan membawa Elang yang sangat membenci Bella malah saling terikat sebuah benang merah karena jebakan dari Bella.
"Walau di dunia ini hanya tersisa satu wanita, aku tetap tidak sudi mencintai gadis angkuh dan sombong sepertimu!!" ~Elang~
"Aku juga tidak mengharapkan itu!!" ~Arab
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon santi.santi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
5
Bella mengikuti Elang ke kamarnya. Kamar yang belum pernah ia masuki walau sangat sering berkunjung ke rumah itu. Mereka berdua hanya diam tak saling bertukar suara. Elang lebih memilih ke kamar mandi untuk mengganti bajunya dengan baju sedangkan Bella langsung merebahkan dirinya di ranjang milik Elang. Tidak peduli nanti Elang akan mencacinya, yang jelas saat ini Bella hanya ingin tidur.
Elang keluar dari kamar mandi langsung terbelalak tak percaya, karena Bella dengan lancang meniduri ranjang mimiknya dengan posisi membelakanginya.
"Dasar gadis batu!!" Umpat Elang di dalam hatinya.
Tanpa membangunkan Bella, Elang lebih memilih merebahkan tubuh tingginya di sofa. Ia tidak sudi satu ranjang dengan Bella, wanita yang sangat di bencinya.
Sebenarnya Bella belum terlelap, hanya memejamkan matanya saja. Bagaimana bisa Bella tertidur dengan tenang di kamar yang sangat asing apalagi pemiliknya adalah orang yang membencinya.
Bella juga tidak merasakan pergerakan dari ranjang di belakangnya. Tapi Bella mulai mendengar dengkuran halus dari arah lain. Bella membuka matanya dan menangkap sosok tampan tertidur pulas di sofa tanpa bantal dan selimut.
Bella bangkit dari ranjangnya, berjalan mendekat ke arah Elang, menatap wajah dengan pahatan yang sangat sempurna itu. Jangan kira Bella akan menyelimuti Elang seperti di novel-novel lain. Nyatanya Bella hanya tersenyum sinis kemudian berlalu ke kamar mandi.
-
Malam pertama mereka berlalu begitu saja tanpa terjadi apapun. Bukan malam pertama pengantin tapi malam pertama mereka satu kamar karena malam pengantin mereka dilalui dengan kamar yang berbeda, bahkan rumah yang berbeda. Hingga pagi menyapa mereka masih terlelap dengan tempat tidurnya masing-masing.
Elang terbangun lebih dulu, tangannya memijat lehernya yang terasa kaku karena tidur di sofa. Matanya menatap tajam kepada Bella yang masih bergulung di ranjangnya.
"Dasar batu tak tau diri. Dengan seenaknya dia tidur di ranjang sementara pemiliknya tidur di sofa!!" Gumam Elang pelan.
Bella tiba-tiba menyibakkan selimutnya kemudian berdiri seketika.
"Aku memang batu, tapi setidaknya tidak g*la sepertimu yang bicara seorang diri. Aku juga tidak memintamu tidur di sofa!!" Ucap Bella dingin seperti biasanya.
"Kau_" Bella lebih dulu meninggalkan Elang yang sudah siap dengan makiannya.
***
"Selamat pagi Nona Bella" Sapa Pak Bambang, pengacara keluarga Ayah angkat Bella.
"Selamat pagi Pak" Balas Bella dengan senyum tipis.
"Silahkan duduk!" Bella duduk di sofa tepat di hadapan Pengacara bertubuh tambun itu.
"Maaf Pak karena saya mendadak datang ke sini. Tapi ada hal penting yang harus saya bahas dengan Pak Bambang"
"Tidak masalah, kebetulan hari ini saya free, jadi bisa lebih santai" Hari ini memang Bella sengaja datang ke kantor Pengacara tanpa menghubunginya lebih dulu. Karena Bella bisa menebak, pasti Mirna akan tahu lebih dulu dan melakukan segala cara untuk mencegahnya.
"Baiklah kalau begitu langsung saja ke intinya, saya datang kesini untuk mengambil alih semua harta peninggalan orang tua saya dari tangan Tante Mirna sebagai wali saya. Adapun syarat untuk pengalihan harta tersebut adalah jika saya sudah menikah, maka syarat itu sudah saya lampaui. Ini buku nikah dan bukti lainnya yang menguatkan pernyataan saya. Silahkan Pak Bambang periksa lebih dulu" Bella memberikan amplop besar berwarna coklat kepada pengacaranya.
Pak Bambang sedikit terkejut karena tidak mendengar kabar pernikahan Bella sama sekali. Tapi wanita cantik di depannya ini mendadak memberikan dokumen pernikahan kepadanya. Pak Bambang mencermati semua bukti yang Bella bawa. Hingga sebuah foto pernikahan pun ikut di sertakan di dalamnya, walau hanya foto saat melakukan ijab kabul.
"Saya sudah yakin jika bukti ini asli, lalu bagaimana dengan Ibu Mirna selaku wali Nona saat ini? Bukankah kita memerlukan kehadiran beliau untuk penandatanganan dokumen penyerahan harta dari wali ke pewaris yang sah, yaitu Nona sendiri" Jelas Bambang.
"Saya memang sengaja tidak memberitahunya, saya yakin Bapak pasti tau apa aja yang mereka lakukan. Saya tidak ingin hal itu terus terjadi. Jadi saya ingin secepatnya menyelesaikan semua ini" Bella menahan amarah di setiap kalimatnya.
"Baiklah kalau begitu tunggu sebentar, saya siapkan dokumennya dulu, setelah itu kita temui Ibu Mirna" Bella mengangguk lega. Bella yakin Pak Bambang adalah orang yang dapat di percaya karena beliau adalah Pengacara kepercayaan papa dan mamanya.
***
Bella melangkah dengan angkuh memasuki rumah di ikuti Bambang di sampingnya. Bella langsung menangkap sosok Mirna di ruang tamu sedang duduk menyilangkan kakinya layaknya Nyonya Besar.
Mirna terkejut dengan kedatangan Bambang, apalagi dengan Bella yang berada di sampingnya. Mirna sudah ketar ketir di buatnya.
"Selamat siang Bu Mirna" Bambang mengulurkan tangannya untuk bersalaman dengan Mirna.
"Si siang Pak, Mari silahkan duduk!"
"Terimakasih Bu"
"ada perlu apa ya Pak? Kok tumben sekali bapak datang kesini bersama keponakan saya ini" Mirna menyambut Bambang dengan senyuman ramahnya.
"Cih.." Bella berdecih pelan namun tertangkap indra pendengaran Mirna.
"Begini Bu, kedatangan saya kesini yaitu untuk membahas pengalihan harta warisan Nona Bella dari anda selaku Wali dari Nona Bella" Jelas Bambang menyodorkan beberapa lembar kertas ke depan Mirna.
"Maksud Bapak apa? Bukannya saya masih wali dari Bella, kenapa harus di alihkan sekarang. Bella juga belum bicara apa-apa sama saya. Iya kan sayang?" Mirna beralih menatap Bella.
"Sesuai yang tertulis di dalam surat wasiat itu jika harta warisan Tuan satya akan sepenuhnya jatuh ke tangan Nona Bella jika sudah menikah. Dan kini Nona Bella telah memenuhi syarat itu, jadi tidak ada yang perlu di tunda lagi. Silahkan ibu tanda tangan di atas materai yang tertera nama Ibu di bawahnya" Sebenarnya Bambang juga geram dengan wanita sok berkuasa di depannya. Namun ia juga harus bekerja secara profesional sehingga menahan segala emosinya.
"Tapi kenapa harus secepat ini, saya juga harus bicara dulu sama keponakan saya. Dia siap atau tidak menerima semua ini secara mendadak begini" Mirna masih dnegan sikap ramah dan sopan menghadapi Bambang.
Bella sedari tadi hanya memainkan kuku di jarinya yang lentik tanpa menggubris ocehan Mirna.
"Tapi itu sudah tertulis jelas di surat perjanjian Bu. Dan jika Bu Mirna berkelit dan dengan sengaja menghambat maka Bu Mirna juga bisa terkena kasus hukum!!" Bambang menegaskan kalimatnya.
"Tapi Pak"
"Silahkan Bu Mirna, saya sudah tidak punya banyak waktu lagi. Jika anda menolak saya benar-benar membawa anda ke pengadilan!!" Ancam Bambang.
Akhirnya Mirna menandatangani surat yang sudah berada di depannya, Mirna membubuhkannya di samping nama Bella.
"Silahkan Nona giliran anda" Bambang meminta tanda tangan Bella setelah dia sendiri juga membubuhkan tanda tangannya di kertas itu.
"Selamat Nona kini semua harta warisan dari Tuan Satya sudah berpindah atas nama anda. Selebihnya tentang balik nama kepemilikan dan yang lainnya saya akan mengurusnya setelah ini" Bambang menyerahkan surat itu kemudian menjabat tangan Bella.
"Terimakasih Pak Bambang atas semua bantuannya" Bella tersenyum tulus kepasa Pengacara tua itu.
"Sama-sama, kalau begitu saya permisi Nona, Bu Mirna" Bambang menganggukkan kepalanya kepada Mirna namun wanita itu sama sekali tak menggubrisnya.
Setelah kepergian Bambang Mirna masih berdiri menatap Bella dengan tajam. Namun Bella sama sekali tidak takut, Bella mengeluarkan senyuman liciknya.
"Tante tenang saja, Aku tidak akan mengusir tante hari ini juga. Yah paling tidak aku berbaik hati memberikan tante waktu untuk membereskan semua barang-barang berharga milik tante termasuk anak kesayangan tante itu. Apa dua hari cukup?" Tanya Bella dengan sikapnya yang angkuh.
"BELLA!!" Bola mata Mirna seperti akan keluar.
"Oh no no no, Satu hari!! Besok kalian harus mengangkat kaki kalian yang kotor itu dari rumah ini!!"
"Keterlaluan kamu!! Setelah kamu merebut calon suami Marisa kini dengan berani mengusir kami dari rumah kakakku sendiri?" Mirna menangis di hadapan Bella. Namun percuma saja karena Mirna berhadapan dengan manusia tak punya hati.
"Kakak tiri lebih tepatnya!! Lalu apa bedanya dengan anak pungut sepertiku?" Balas Bella santai tanpa ada guratan kemarahan di wajahnya.
Cep.. Mirna kalah telak dengan ucapan Bella.
"Bella kenapa kamu memperlakukan Tante dan Marisa seperti ini. Selama ini Tante yang merawat mu dengan kasih sayang yang sama seperti Tante menyayangi Marisa"
"Jadi ini alasan kamu menjebak Elang? Kamu tega menghancurkan hidup orang lain hanya untuk keuntungan mu sendiri? Kau melakukan ini semua hanya demi hatra warisan? Dimana hati nurani mu Bella? Kau sungguh perempuan licik!!" Bella merasa aneh dengan Mirna yang tiba-tiba menangis saat memarahinya. Tapi Bella tetaplah Bella yang acuh tak peduli apapun.
"Hahahaha itu bukan licik Tante Mirna sayang, tapi pintar!!" Bella menutupi tawanya dengan surat perjanjian yang masih di bawanya.
"ARABELLA!!" Teriak seseorang dari belakang Bella.
-
-
-
-
Maaf kalau masih banyak typo, semoga suka dengan alur ceritanya. Happy reading dan jangan lupa tinggalkan jejak kalian readers😘