Seorang wanita desa bernama Kirana Naraya akan dinikah dengan pria tua kaya yang punya istri 4, untuk membayar hutang orang tua nya. Kirana kabur ke kekota dan bekerja sebagai pelayan pria yang anti dengan wanita. bagaimana Kirana akan menjalani kehidupan nya,
nantikan kisah nya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon WAHILDA YANTI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 28. BMS
"Maaf atas kelalaian saya tuan,
Anda bisa menghukum saya" Bastian menundukkan kepalanya. ia sudah berbuat kesalahan, seharusnya ia Bastian tidak membiarkan angel masuk ruangan itu. harus nya Bastian bergerak cepat.
"Ya kau memang harus dihukum" Barra berjalan mendekat di Bastian.
bugh!!
Barra langsung memukul wajah Bastian. sedangkan Bastian hanya berdiri Diam tidak berbuat apa-apa. terlihat jelas darah di ujung bibirnya. Kirana hampir saja berteriak kalau tidak cepat-cepat menutup mulutnya.
"Pergilah dan obati lukamu" ucap Barra yang melihat luka di bibir nya.
"Baik Tuan" Bastian langsung pergi meninggalkan ruangan itu. sebenarnya hukumannya kali ini termasuk ringan, bastian pernah babak belur oleh Barra untung berhasil di lerai. tapi karena Bastian adalah asisten paling setianya. ia menerima semua hukuman dari tuan nya, ia sudah berjanji pada mendiang ayahnya untuk setia pada keluarga robertson yang telah berjasa pada keluarga nya.
kejadian tadi membuat Kirana bungkam, ia tak berani buka mulut . ia takut dengan hukuman Bastian, ia berpikir bagaimana kalau ia yang melakukan kesalahan apakah akan seperti itu juga?
Tiba-tiba Barra menoleh ke arah Kirana .
"Duduk" ucap Barra menyuruh Kirana duduk di dekatnya .
tanpa banyak kata Kirana Segera duduk di samping Bara, tanpa bicara Barra terus memandang Kirana. entah apa yang ada di dalam pikirannya.
Tiba-tiba Barra mendekati kirana dan tidur di pangkuannya. ia ingin istirahat sebentar dan Kirana adalah tempat yang cocok. ia tak peduli pada Kirana yang seorang pria atau wanita. kalau mencium aroma tubuhnya Kirana ia menjadi tenang tapi yang bawahnya yang malah meronta.
"Tuan??"ucap Kirana dengan suara pelan. tapi tidak ada respon dari Barra. pasti tuan nya ini sudah tidur pikirnya, jadi Kirana membiarkan Barra tidur di pangkuannya.
"sampai kapan dia akan tidur disini?" Kirana menggaruk-garuk dahi nya sambil terus menatap wajah Barra yang terlelap dari samping.
setelah Menunggu lama akhirnya ia ikut tertidur di sofa. bahkan mulut Kirana sampai menganga.untung saja tidak sampai ngiler.
Mereka berdua tidur di sofa Hingga jam pulang tiba.
Bastian mengetuk pintu beberapa kali. tapi karena tidak ada jawaban jadi Bastian masuk dilihatnya Barra tertidur bersama Kirana.
Bastian menautkan alis nya sambil memandang mereka berdua, apakah bos nya ini benar-benar menyukai Kiran? ini tak boleh dibiarkan pikirnya.
Tak lama Kirana membuka mata dan melihat Bastian yang berdiri di ruangan itu. luka di bibirnya juga masih terlihat sepertinya Bastian belum mengobati nya.saat Kirana akan bicara Bastian segera menempelkan jari telunjuknya dibibir tanda diam.
Berapa menit menunggu akhirnya Barra bangun, ia merasakan tidur nyenyak , biasanya Ia hanya tidur beberapa jam sehari, sekarang ia merasa seperti tidur berhari-hari.
"Kenapa kau tidak membangunkan ku bas? Barra melihat jam di pergelangan tangannya.
"ini sudah waktu nya pulang" Barra berdiri dan berkata pada Kirana.
"Bereskan meja kerjaku, kita pulang" ucapnya pada Kirana
Karena Barra tidur berjam-jam di pangkuannya, kaki Kirana terasa kaku.
"Tuan Kenapa kaki saya tidak bisa bergerak, apakah saya lumpuh??" ucap kirana terlihat panik.
Barra membawa kaki Kirana ke atas sofa kemudian mendiamkan nya Sebentar tak lama kaki Kirana bisa digerakkan lagi.
"Untunglah, aku pikir aku jadi lumpuh karena ditiduri tuan" ucapan Kirana membuat bastian melotot. kata ditiduri dalam artian apa? membuat otak bastian travelling kemana-mana.
"aku tidak meniduri mu, aku hanya meniduri paha mu" ucap Barra tak terima.
'Sama saja tuan" ucap Kirana sambil memijat kakinya.
"Jangan banyak omong ayo pulang" Kirana langsung mengikuti Barra keluar dari ruangan. mereka berjalan bertiga Tapi Kirana berada di belakang mereka.
'Kau jangan lagi memakai hitam-hitam di kulitmu itu" Barra menoleh ke arah Kirana.
"Iya Tuan Kirana" menganggukkan kepalanya. ia tidak mau membantah tuan nya.
Mereka berjalan menuju parkiran dan segera masuk ke mobil. Kirana duduk di depan samping kursi kemudi. Kirana melihat Bastian yang fokus mengemudi. ia memperhatikan bibir bastian Yang Terluka.
"Ini Tuan obat untuk lukamu, sepertinya anda belum mengobati ya" Kirana menyodorkan salep untuk luka pada Bastian tapi Bastian hanya melihatnya saja dan tidak mengambilnya.
"Ya sudah kalau tidak mau" Kirana mengambil lagi obat yang ia berikan pada Bastian, terlalu sombong pikirnya.
Semua interaksi itu dilihat oleh Bara dari belakang, ia tidak suka Kirana yang perhatian pada Bastian.
Bastian merasa suhu di ruangan itu terasa dingin, ia melihat ke arah spion depan terlihat sang bos yang sedang menatapnya tajam.
Apa ia berbuat kesalahan lagi pikirnya.
Tidak ada percakapan lagi di dalam mobil sampai tiba di mansion. Kirana langsung masuk ke dalam mansion menuju kamarnya. terlihat Oma dan Lilyana masih ada di sana.
"Kiran kamu baru pulang?" tanya Lilyana yang melihat Kirana berjalan tergesa-gesa menuju paviliun belakang.
"Iya Nyonya, aku akan bersih-bersih dulu" Kirana pergi melewati Oma yang duduk di sana.
"kenapa kiran tak dekil lagi" ucap Oma yang melihat kulit Kirana putih bersih. apa barra sudah mengetahui nya .
Tak lama barang muncul mendekati Lilyana dan Oma. Barra langsung memeluk Mereka bergantian.
"Kenapa kalian tidak bilang mau ke sini??" Barra memandang mereka berdua.
"Memangnya Oma mu ini harus bilang dulu kalau mau ke rumah cucu nya sendiri" mendengar ucapan Oma Barra langsung memeluk Omanya lagi.
"Tidak dong Oma" melihat kelakuan Barra seperti anak kecil, Lilyana hanya geleng-geleng kepala.
"Barra bersihkan dirimu dulu" ucap Lilyana.
Bara pun segera pergi menuju kamarnya.
"Bastian Kenapa dengan mukamu itu" Lilyana melihat wajah Bastian yang terluka.
"Tidak apa-apa Nyonya hanya terjatuh" ucapan Bastian tidak langsung dipercayai Lilyana dia tahu pasti ini ulah anaknya.
"Sini aku obati"ucap Lilyana.
"Tidak usah nyonya, saya akan obati sendiri, saya pamit " Bastian kemudian berjalan keluar menuju mobil yang pergi meninggalkan Mansion.