Surat keterangan infertil dari rumah sakit, membuat hidup Anyelir seketika hancur. Tidak ada kebanggaan lagi pada dirinya karena kekurangan tersebut. Namun sebuah kesalahan semalam bersama atasannya, membuat dia hamil. Mungkinkah seorang wanita yang sudah dinyatakan mandul, bisa punya anak? Atau ada sebuah kesalahan dari surat keterangan rumah sakit tersebut?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yutantia 10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TATM BAB 17
"MasyaAllah, repot-repot amat sih, Sera," Bu Dini tersenyum bahagia, menerima sekotak besar kue dan satu keresek buah-buahan. Gadis tersebut datang bersama dengan Robby karena sejak hari ini, Sera sudah diterima kerja di perusahaan tempat Robby bekerja.
"Gak repot kok, Tante. Ini gak sebanding dengan bantuan yang dikasih Mas Robby," Sera menoleh pada Robby yang berdiri di sebelahnya. "Kalau bukan atas bantuan Mas Robby, aku gak bakalan bisa dengan gampang diterima kerja disana."
"Aku cuma ngasih info aja, gak bantu apa-apa," Robby merendah. Sebenarnya, dia memang meminta bantuan salah satu temannya di bagian HRD, itu semua atas desakan Raisa yang ingin dirinya makin dipandang tinggi di keluarga Aiman.
"Ayo, masuk-masuk!" Bu Dini masuk lebih dulu, meletakkan pemberian Sera di dapur lalu kembali ke depan. Terlihat Sera sudah duduk manis di sofa panjang, sementara Robby jaga jarak, duduk di sofa single. "Wah, sekarang jadi bisa ketemu Robby tiap hari dong," ia duduk di sebelah Sera.
Sera tersenyum menatap Robby. Sejak pertama kali Raisa memperkenalkannya dengan Robby, dia memang langsung jatuh hati pada pria tersebut. Awalnya ragu karena Robby sudah punya istri, tapi karena didukung terus oleh Raisa dan Bu Dini, dia jadi yakin untuk maju. Dia sudah tahu tentang istri Robby yang mandul, menurut mudah sekali untuk menyingkirkan wanita tersebut, hanya perlu mengambil hati Robby dan memberinya anak, pasti istri pertamanya akan tersingkir.
"Tapi rumah kamu kan jauh dari kantor, gimana dong?" tanya Bu Dini.
"Rencananya sih, aku mau nyari kos yang deket kantor, Tante."
"Daripada nyari kos, mending pulang kesini aja tiap hari. Ibu kan hanya berdua dengan Raisa di rumah, masih ada 1 kamar kosong. Bisalah, kamu tiap hari berangkat dan pulang bareng Robby."
"Bu, ya gak bisa gitu dong," Robby menyatakan keberatannya. "Anye gak akan setuju kalau aku tiap hari bareng Sera. Lagian gak pantes juga dilihat tetangga."
"Ya kalau gak pantes, mending kamu nikahin aja Sera."
"Astaghfirullah, Bu, Robby ini udah punya istri."
"Halah, istri mandul aja, gak guna." Bu Dini kembali menoleh ke arah Sera. "Mau kan, tinggal disini sama Tante?"
"Em... " Sera menatap Robby, pura-pura ragu, namun sebenarnya dalam hati, dia sangat senang dengan tawaran tersebut.
"Mau ya," desak Bu Dini, menggenggam tangan Sera. "Raisa pasti seneng ada temannya."
"Ya udah deh, Bu, Sera mau," mengangguk sambil tersenyum.
"Gitu dong."
Anye yang baru pulang kerja, mendapati pintu rumah masih terkunci, padahal mobil suaminya sudah terparkir di halaman. Robby bukan tipe laki-laki yang suka nongkrong dengan teman-teman, dia yakin, suaminya itu ada di rumah ibunya. Malas sekali kalau dia harus ke rumah itu, mending nungguin di rumah saja.
Sampai hampir maghrib, Robby tak kunjung pulang, membuat Anye terpaksa menyusul ke rumah sebelah. Ini pasti gara-gara tadi dia kirim pesan kalau lembur, tapi ternyata gak jadi lembur karena mulai besok, dia pindah bagian. Ia masuk lewat pintu belakang, dan langsung ke depan karena mendengar suara obrolan yang berasal dari ruang tamu.
"Malam ini, kamu nginep sini aja, daripada pulang kejauhan. Nanti hari minggu, biar diantar Robby pulang buat pindahan kesini."
"Apa, pindah kesini!" seru Anye yang sempat mendengar ucapan mertuanya.
"Sayang, kamu kok tiba-tiba muncul dari belakang? Katanya kamu lembur," Robby bangkit, menghampiri Anye.
Anye dan Sera, kedua wanita itu terlibat adu tatap. Ini untuk pertama kalinya, mereka bertemu secara langsung. Sera merasa jika Anye lebih cantik aslinya daripada di foto yang ditunjukkan Raisa. Pantas saja sulit membuat Robby berpaling dari wanita itu.
"Sera akan pindah kesini," ujar Bu Dini. "Jarak rumahnya ke kantor jauh, kalau disini, bisa barengan Robby karena sekarang, mereka satu kantor."
"Apa-apaan ini, Mas?" Anye menatap Robby tajam, kedua telapak tangannya mulai terkepal. Mengapa dia tak tahu apapun tentang ini?
"Aku bisa jelasin, Nye. Ayo kita pulang!" Robby meraih tangan Anye.
"Tunggu!" cegah Bu Dini sembari berdiri. "Kamu gak usah marah-marah sama Robby, ini ide Ibu. Ibu sudah muak sama kamu. Robby harus segera move on dan menikah lagi agar punya ketu_"
"Ibu," sela Robby. "Harus berapa kali Ro_"
"Halah, ibu gak peduli," ganti Bu Dini yang menyela. "Kamu itu jadi laki-laki jangan cemen, jangan kalah sama istri. Dia gak bisa ngasih keturunan, ya kamu boleh nikah lagi. Kalau dia gak mau, kamu boleh menceraikan. Ibu sudah nanya ke Pak Ustad, katanya boleh laki-laki poligami dengan alasan keturunan. Bahkan pengadilan agama pun, akan mengizinkan kamu poligami karena istri kamu itu mandul." Setiap kata pedas yang keluar dari mulut Bu Dini, menyakiti hati Anye. Belum lagi bibir Sera yang tampak menyunggingkan senyum, sungguh, sakit sekali.
"Kamu itu jahat Anye," Bu Dini belum puas mencecar menantunya tersebut.
"Bu," Robby mencoba menghentikan.
"Diam kamu, Rob," bentak Bu Dini. "Ibu cuma ingin Anye sadar diri. Dia yang mandul, tapi kamu yang sehat, ikut kena imbasnya, jadi gak punya keturunan. Ini gak adil buat Robby."
Sudah berusaha untuk kuat, tapi tetap saja gak kuat. Tanpa pamit, Anye langsung berlari ke dapur, keluar melalui pintu belakang.
karena perlakuan keluargamu.
ternyata si Robby yg mandul
pantesan kekeuh nggak mau cerai..
ia masih bersama Robby..
apa udah cerai ya???
kalo masih bersama Robby....
maukah Robby terima annak itu..
akakah perstlingkuham itu dimaafkan Robby?
❤❤❤❤❤
sdh hsl di manipulasi
saudqra sm ibu nyakiti anye g dibela
kamu yg tdk sempurna.