TAHAP REVISI PERBAIKAN MUNGKIN AKAN ADA BANYAK KATA YANG DI UBAH BIJAK LAH DALAM MEMBACA 🙏
Menceritakan kisah seorang gadis bernama Adinda Amaliya yang rela menggantikan kakaknya menikah karena kabur di hari pernikahan nya, karena belum mengenal calon suaminya bahkan bertemu saja tidak .
Farel Maherza Argadinata, itulah nama nya, pria yang terkenal Dingin dan Arogan, pria yang bahkan sangat membenci pernikahan, karena luka di masa lalu nya, dan karena desakan Papanya pun pria itu mau menikah, dengan gadis yang sangat mirip dengan masa lalu nya.
Apa kah Dinda sanggup menghadapi kemarahan pria itu, jika pria itu tahu kalau wanita yang akan menikah dengan nya kabur atau justru Dinda bisa merubah pria itu?
Dan bagaimana setelah kakaknya tahu jika pria yang di tinggalkannya adalah pria kaya dan sangat tampan? .
Di bumbui dengan kisah persahabatan dan konflik .
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anisa Kalista putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kembali Sekolah
Jam menunjukkan pukul 04 .30 pagi
Dinda terbangun dari tidurnya dan segera membereskan bekas tidur nya dan menaruh nya di tempat biasa, lalu bergegas ke kamar mandi .
Setelah beberapa menit kemudian.
Dinda keluar dari kamar mandi, segera masuk ke ruangan walk in closet dan mengambil pakaian dalam kopernya, membuka semua barang-barangnya yang kemarin di antarkan oleh seseorang yang Devit suruh, setelah itu Dinda menjalankan ibadah subuh nya .
Setelah selesai melakukan sholat subuh, Dinda memakai pakaian sekolah nya, mengikat rambut nya menjulang tinggi, lalu memakai sepatu nya dan mengambil beberapa buku, yang harus di bawa, setelah itu Dinda keluar dari ruangan walk in closet, melihat Farel yang masih tidur segera bergegas ke kamar mandi untuk menyiapkan air untuk Farel .
Farel mengerjapkan matanya ketika suara alarm berbunyi, menunjukkan sudah pukul 06.00 dan seger duduk mengambil air minum yang ada di meja samping tempat tidur.
Tiba-tiba Dinda keluar dari ruangan walk in closet.
"Pagi, Tuan," sapa Dinda yang sudah keluar dari ruangan walk in closet, membuat Farel menoleh karena terkejut refleks menjatuhkan gelas yang di pegang nya .
Pyaaaar ..
"Tuan, apa anda baik-baik saja?" tanya Dinda merasa khawatir saat gelas yang di pegang Farel jatuh .
"Kau sangat jelek, membuat ku kaget" kilah Farel dengan suara parau, padahal pria terkejut saat melihat Dinda mengenakan seragam SMA.
"Maaf, Tuan, membuat anda kaget," ucap Dinda merasa bersalah, Farel tak menggubris perkataan Dinda, lalu segera bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya, karena pagi ini ada rapat penting. Dinda yang melihat Farel masuk ke kamar mandi segera membersihkan pecahan gelas tersebut .
"Apa? dia bilang Aku jelek?" gumam Dinda sambil bercermin tak percaya dengan apa yang pria itu katakan .
Tak beberapa lama kemudian Dinda sudah menyelesaikan tugas nya dengan baik. Pagi ini Farel tak banyak bicara seperti kemarin, Dinda segera bergegas mengambil tasnya sambil membawakan tas Farel dan mengikuti Farel menuruni anak tangga .
Di meja makan rupanya sudah pada duduk menunggu kedatangan Farel, Amanda dan Stella juga sudah rapi, mereka bertiga menatap Dinda dengan tak percaya memakai seragam SMA.
"Aku nggak menyangka? memiliki kaka ipar yang lebih muda dari ku, bahkan Stella aja kalah," gumam Amanda didalam hatinya melirik sang adik, karena merasa tidak percaya dengan apa yang di lihat nya.
"Pagi,Farel," sapa nyonya besar seperti biasanya sambil tersenyum.
"Pagi Mah," jawab Farel singkat .
Nyonya besar pun menatap Dinda dengan tidak suka, saat Dinda duduk di samping Farel, sementara Stella pun sama melirik tidak suka, berbeda dengan Amanda yang melihat dengan takjub. Mereka pun makan tanpa suara hanya suara sendok yang terdengar, Stella yang merasa kesal tiba-tiba menginjak kaki yang menurut nya kaki Dinda .
"Aaaaaw..." pekik Farel saat merasa ada yang menginjak kaki nya.
"Siapa yang menginjak kaki ku?haaah!" sambung nya dengan tatapan mata tajam.
Semua orang saling pandang, sementara Farel lalu tatapan nya beralih ke arah Stella.
"Ma-maaf ka, Aku tidak sengaja," ucap Stella terbata-bata karena merasa sudah kepergok.
"Tidak sengaja kau bilang? kaki mu ada di sana, kau bilang tidak sengaja! "ucap Farel menatap tajam adiknya membuat, suasana makan jadi mencengkam .
"Sialan! kenapa aku menginjak kaki kakak? harusnya kan kaki dia?" umpat Stella dalam hati nya sambil menelan ludah nya .
Farel yang tidak berselera makan, langsung berdiri tanpa melanjutkan makannya, Dinda pun reflek ikut berdiri hendak mengikuti Farel.
"Habis kan, makananmu!" ucap Farel sambil berjalan di ikuti Pa Beni membawakan tasnya .
Dinda pun duduk kembali, melanjutkan makannya tanpa memperdulikan sorot mata tajam dari ke tiga wanita di samping dan di hadapannya .
Setelah selesai makan Dinda hendak berdiri namun tiba-tiba.
"Kau puas, membuat ku di marahin oleh kakak, iya kan!" ucap Stella meluapkan amarahnya sambil mencengkram tangan Dinda .
"Mana mungkin saya berani Nona," jawab Dinda sambil menahan rasa sakit nya .
Sementara Ibu mertua nya pun hanya diam tersenyum jahat melihat putri bungsunya, memarahi Dinda, begitu juga dengan Amanda hanya melihat saja tanpa mau membantu .
"Nona, Tuan Muda, menunggu Anda di depan," ucap Pa Beni membuat Stella melepaskan cengkraman nya. membuat Dinda menghela napas lega lalu segera bergegas mengikuti Pa Beni
"Permisi semuanya, Saya pamit dulu," pamit Dinda sambil berjalan keluar .
Setelah beberapa saat kemudian, Dinda yang mengikuti pa Beni sudah berada di depan rumah, terlihat Farel sedang berdiri di depan mobil nya .
"Lama sekali, apa yang kau lakukan? haaah!" hardik Farel saat melihat Dinda .
"Maaf, Tuan, Saya tadi menghabiskan makanan Saya," jawab Dinda sambil menunduk .
"Ambil kan HP ku sekarang, Aku lupa membawa HP," perintah Farel sambil menatap tajam Dinda .
Dinda pun segera berlari masuk dan berjalan menuju tangga mengambil apa yang Tuan nya suruh .
"Huuuh, hanya mengambil HP kenapa menyuruh ku? kenapa tidak menyuruh Pa Beni saja? tadi kan dia masuk?" gerutu Dinda di dalam hati nya sambil berjalan menaiki anak tangga, hal itu membuat ke tiga wanita itu heran karena Dinda kembali masuk ke kamar, tapi tidak bisa bertanya.
Setelah beberapa saat kemudian
Dinda sudah memberikan HP nya pada Farel lalu Farel segera masuk kedalam mobilnya .
"Tuan, hati-hati" ucap Dinda setelah Farel masuk kedalam mobilnya, hanya Devit saja yang pamit untuk pergi, Dinda pun mengangguk mengiyakan, setelah itu menunggu kepergian mobil tersebut dan segera bergegas keluar dari halaman tersebut, setelah keluar dari halaman rumah, Dinda segera mencari angkot tak butuh waktu lama angkot pun berhenti tepat di depan Dinda. Dinda pun segera masuk karena rumah Farel memang dekat dengan jalanan .
Sementara di dalam mobil seorang pemuda sedang tertawa terbahak-bahak .
"Kau lihat tadi? jelek sekali, dia bahkan pergi ke sekolah dia tampil biasa saja, kau lihat tadi? saat di ikat menjulang tinggi terlihat sangat kampungan?" ucap Farel pada Devit sambil menahan tawanya.
"Iya tuan" jawab Devit dengan singkat sambil melirik kaca spion .
"Menurut ku tidak aneh, dia biasa saja, malah terlihat lebih manis," gumam Devit di dalam hati sambil menggelengkan kepalanya, karena baru kali ini tuanya menertawakan penampilan seseorang .
"Kau baik-baik saja Devit? " tanya Farel yang melihat Devit menggeleng kan kepalanya.
"Saya, Baik Tuan," jawab Devit langsung menunjukkan ekspresi biasa saja .
Sementara di tempat lain
Dinda yang sudah beberapa kali keluar masuk angkot akhirnya sampai juga di depan sekolah nya, dengan terburu-buru Dinda berjalan menuju gerbang .
"Tunggu, Pa Hardi," panggil Dinda saat sudah sampai di depan gerbang, Pa Hardi yang merupakan satpam penjaga segera menoleh saat namanya di panggil .
"Non Dinda, tumben telat?" ucap Pa Hardi yang mengenal Dinda .
"Iya Pa kesiangan," bohong Dinda sambil tersenyum kikuk .
"Ayo cepat Non, Pung-Pung guru belum masuk kelas," ucap Pa Hardi mempersilahkan Dinda untuk masuk. Pa Hardi memang mengenal Dinda dengan baik jadi langsung mengijinkan Dinda untuk masuk .
"Terima kasih," ucap Dinda sambil berlari menuju kelasnya .
Dinda segera masuk ke kelas nya terlihat semua anak-anak sudah pada berkumpul di dalam kelas .
"Kau tumben telat kemana saja?" ucap Citra yang merupakan sahabat Dinda .
"Aku kesiangan," Jawab nya singkat
Tak beberapa lama kemudian
Guru pun masuk langsung memulai pelajaran seperti biasanya .
Setelah jam pelajaran pertama selesai
Tiba waktunya untuk istirahat Dinda masih fokus dengan bukunya .
"Dinda, bagaimana pernikahan kakak mu? apa berjalan dengan lancar?" tanya citra ketika semuanya sudah pada keluar.
"Itu tidak ada" jawab Dinda yang tidak ingin menjelaskan.
"Katakan, kau tidak bisa menyembunyikan sesuatu dari ku," ucap Citra yang tau sahabatnya memang tidak bisa berbohong padanya.
"Tidak ada Cit," jawab Dinda menggeleng dengan cepat berusaha menutupi ke kegugupannya.
"Benarkah? kalau begitu aku cari tau sendiri?" tanya Citra mencoba membujuk Dinda .
Dinda yang memang tidak bisa menyembunyikan sesuatu dari sahabatnya, akhirnya mengajak Citra ke tempat sepi untuk bercerita .
"Apa? dasar si Clara sialan, egois, bisa-bisa nya kabur dan membuat kau dalam masalah," maki Citra saat mendengar perkataan Dinda sambil mengepal tangan nya geram .
"Tapi, dia kakak ku, seburuk-buruk nya, Dia tetep kakak ku," ucap Dinda sambil menenangkan sahabatnya .
"Kakak? hanya kau yang menganggap nya kakak, dia yang tidak pernah mengakui mu sebagai adik, bahkan kau selalu saja mengalah pada nya, kakak mana sih yang selalu menindas adiknya?menuduh kematian ayah nya semua salah mu, padahal itu semua sudah takdir. kau tidak ada kaitannya dengan meninggalnya ayah mu," celoteh Citra panjang lebar tak habis pikir dengan Dinda .
"Sudah, aku rela melakukan semua ini," jawab Dinda Masih berusaha menenangkan sahabatnya.
"Bagaimana? apa suaminya jelek? gendut, botak, dan tua? sampai si Clara kabur dari pernikahan nya, padahal yang ku dengar orang kaya ?"tanya Citra saat sudah mulai tenang. Dinda hanya menggeleng saja.
"Loh ko cuma menggeleng?seperti apa? ceritain dong," tanya Citra semakin penasaran, saat melihat sahabatnya hanya menggeleng.
"Tapi kau janji ya, jangan cerita kan ini semua sama Daniel," pinta Dinda meyakinkan sahabat nya.
"Baik, tapi seperti apa? Aku penasaran, sampai si Clara bodoh sekali," jawab Citra sambil mengangguk menatap sahabatnya penasaran .
"Dia tampan sekali, tapi sayangnya dia sangat galak," ucap Dinda sambil mengingat-ingat wajah Farel.
"Apa dia memarahi mu? sini biar aku becek-becek," tanya Citra sambil meremas tangan Dinda membuat Dinda meringis kesakitan .
"Kau berani membecek-becek dia? yang ada saat ketemu kamu nanti yang ketakutan, atau bahkan terpana melihat wajah tampan nya," celoteh Dinda sambil tersenyum jahil.
"Ah masa sih? setampan apa? apa setampan pangeran modern yang terkenal di sekolah?" tanya Citra menunjuk ke arah Juan yang sedang bermain basket .
"Itu mah kalah," jawab Dinda sambil membayangkan wajah Farel tadi pagi yang terlihat tampan namun tiba-tiba ada seseorang yang mengagetkan keduanya.
"Kalian ternyata ada di sini?" ucap seseorang lalu menghampiri kedua nya .
"Daniel, kau sejak kapan ada di sini?" Tanya Dinda dengan panik .
Daniel pun enggan untuk menjawab pertanyaan Dinda.
"Siapa pria yang kau sebut tampan?" tanya Daniel membuat keduanya saling pandang .
BERSAMBUNG