"Aliza suka kak diva!!"
"gue gak suka Aliza!!"
"kak diva jahat!!"
"bodo amat"
apakah seorang Aliza akan melelehkan hati seorang ketua OSIS yang terkenal dingin dan cuek itu?atau Aliza akan menyerah dengan cintanya itu?
"Aliza,kenapa ngejauh?"
"kak diva udah pacaran sama Dania"
"itu bohong sayang"
"pret"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon akuadalahorang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
diva dihukum,chapter 11
"Wait tehdehedeg... wait! Tedededenggg!"
Aliza dengan semangat menari mengikuti tren TikTok yang sedang booming. Saking semangatnya, ia bahkan menyapa guru di depan kelas, sesuatu yang jarang sekali ia lakukan. Biasanya, ia dikenal sebagai siswi yang jarang bertegur sapa dengan guru.
Ketika Aliza memasuki kelas, ia merasa suasana sangat aneh. Meski banyak teman yang sudah datang, kelas terasa sepi. Ia segera duduk di dekat Cesya, yang biasanya ramah, tapi kali ini hanya diam sambil fokus pada ponselnya.
"Cesya? Kok lo diem aja? Biasanya lo nyapa gue," gumam Aliza.
Velyn dan Zia duduk di sisi lain, hanya diam sambil memandang Cesya dari belakang. Aliza yang penasaran akhirnya mendekat. Ia terkejut saat melihat air mata menetes di pipi Cesya.
"Lo nangis? Cesya? Are you okay? Siapa yang udah nyakitin lo?! Jawab, Cesya!" Aliza panik sambil menggoyang tubuh Cesya.
Namun, Cesya hanya mendorong tangan Aliza perlahan tanpa berkata apa-apa dan kembali fokus pada ponselnya.
"Astaga, gue diginiin?! Jahat banget lo, Cesya!" kesal Aliza sambil bangkit dari kursinya.
"Gue tau! Ini pasti ulah si Jack Mokondo, kan? Udah gue bilang jangan ganggu Cesya! Lo tau Cesya suka ngebatin, dan sekarang gini jadinya!" Aliza mulai mengomel panjang lebar.
"Heh, bisa gak lo diem? Nyerocos mulu! Pusing gue dengernya," potong Velyn kesal.
"Tega banget lo! Mana Cesya yang gue kenal? Gue gak kenal dia yang sekarang. After break, kita cari si Jack dan kasih pelajaran buat dia. Deal?" tantang Aliza.
"Deal!" sahut Velyn sambil menjabat tangan Aliza.
Zia yang sejak tadi fokus pada ponselnya hanya diam tanpa ikut campur. Dalam hati, ia merasa ingin pergi saja dari situ karena merasa lelah menjadi bahan ejekan mereka.
---
Bel istirahat berbunyi.
Kelas 12 IPS 2 langsung bubar begitu guru keluar dari ruangan. Diva, yang duduk di depan, masih sibuk mencatat pelajaran di papan tulis. Tapi Jack, yang duduk di belakang, terus mengganggu Gavin.
"Duh, bisa gak lo diem, Jack?" tegur Diva sambil menoleh.
Jack hanya tersenyum mengejek.
Saat Gavin mencoba menghindar, Jack justru semakin mengganggu. Diva mencoba tetap sabar, tapi akhirnya emosinya memuncak ketika Jack mulai berulah lagi.
DUGHHH
Diva menendang meja Jack dengan keras.
"Bisa gak lo diem?! Ganggu mulu!" bentak Diva, matanya tajam menatap Jack.
"Maksud lo apa, hah?!" Jack tak terima dan balas berteriak.
"Lo ngajak ribut?" tantang Diva sambil tersenyum sinis.
Jack baru hendak merespons, tapi tiba-tiba suara Aliza memotong.
"Ribut sama gue aja, Jack!" Aliza datang bersama Velyn dan Zia. Mereka mendekati keributan itu.
"Berani lo bikin Cesya nangis, hah?!" bentak Aliza sambil mendorong bahu Jack.
Jack mencoba membela diri, "Dia yang duluan!"
"Gak usah playing victim, Jack! Lo yang salah, sekarang malah nyalahin Cesya. Lo tuh cowok apaan?! Kalau gak cinta, omongin baik-baik! Bukannya jadi mokondo murahan!" Aliza makin marah.
Velyn ikut menyindir. "Seganteng apa sih lo? Mirip Woozi? Reza Rahardian? Atau malah kayak opet?"
Jack terlihat semakin kesal. "Dia kurang cantik!" teriaknya.
BUGHHH
Diva, yang tak bisa menahan emosi, langsung memukul Jack hingga tersungkur ke lantai. Semua orang yang ada di sana terkejut.
"Lo berani bentak Aliza lagi, hah?!" Diva menantang Jack.
Jack bangkit dan membalas pukulan Diva. Mereka pun saling serang, membuat suasana makin ricuh. Bagas dan Gavin mencoba melerai, sementara Nathan melindungi Aliza agar tidak terkena imbas perkelahian.
"DIVA! JACK! STOP!!!" teriak guru yang tiba-tiba datang.
Mereka pun terpaksa berhenti, namun suasana kelas sudah terlanjur panas.
---
Diva dan Jack sedang berhadapan dengan Bu Naomi, guru BK paling tegas di sekolah mereka. Dengan wajah serius, Bu Naomi menatap keduanya yang hanya bisa menunduk ketika dipanggil ke ruangannya.
"Diva, kamu ketua OSIS. Kenapa kamu malah bikin ulah? Seharusnya kamu jadi contoh yang baik untuk adik kelas dan teman-temanmu. Kalau adik kelasmu meniru tingkah laku seperti ini, bagaimana jadinya?" Bu Naomi mengomel panjang lebar. Diva hanya diam, tak berani membantah.
"Dan kamu, Jack! Berapa kali saya harus memanggil kamu ke sini? Kamu selalu saja bikin masalah! Sekarang, jelaskan, ada apa kalian sampai bertengkar seperti ini?" Bu Naomi menatap tajam ke arah Jack.
"Saya gak salah, Bu. Dia yang mulai duluan!" jawab Jack sambil melirik Diva.
Diva yang mendengar itu langsung melotot, tak terima. "Gak usah ngeles, lo! Dia ganggu Gavin waktu jam pelajaran, Bu!" Diva membela diri dengan nada kesal.
Jack langsung menyangkal. "Gak, itu gak benar!"
Diva makin kesal. "Jangan cari pembenaran kalau lo salah, Jack!" katanya dengan suara meninggi.
"Sudah!!" bentak Bu Naomi, membuat keduanya terdiam dan kembali menunduk.
Bu Naomi menghela napas panjang sambil memijat pelipisnya. "Begini saja, kalian berdua bersihkan toilet sekolah sekarang juga! Cepat pergi!" perintahnya tegas.
Meski dengan hati kesal, Diva dan Jack akhirnya meninggalkan ruangan. Mereka saling dorong di sepanjang lorong, masih tak akur.
Bu Naomi menggelengkan kepala sambil bergumam, "Aduh... bikin pusing saja."
---
"Kak Diva!"
Aliza muncul di depan toilet tempat Diva sedang dihukum oleh Bu Naomi. Matanya berkaca-kaca melihat kakak OSIS-nya membersihkan toilet. Diva menoleh dan tersenyum, mencoba menenangkan Aliza, namun Aliza hanya menggelengkan kepala, menahan tangis.
"Maafin Aliza, Kak... hiks..." Aliza mulai terisak, menutup wajahnya dengan tangan, merasa bersalah.
Diva menghela napas, lalu mendekat. "Lo gak salah, Za," katanya lembut, mencoba menenangkan Aliza yang mulai terisak lebih keras.
"Gara-gara Aliza, Kakak jadi dihukum. Kalau aja Aliza gak datang ke kelas Kakak tadi, pasti Kakak gak akan dihukum! Hiks... maafin Aliza... huaaa..." Aliza menangis lebih keras, sementara Diva langsung memeluknya.
"Udah, Aliza... Lo gak salah. Jangan merasa bersalah, ya? Semua ini bukan salah lo," ujar Diva sambil mengelus punggung Aliza dengan lembut, berharap bisa membuatnya lebih tenang.
Namun Aliza masih menggeleng di pelukan Diva. "Tapi Aliza salah, Kak... hiks... Maaf, Kak... hiks..."
Sebelum Diva sempat menjawab lagi, suara Jack yang kesal memecah momen itu. "Bisa gak Lo pada jangan bermesraan di depan gue? Gue gak mau nungguin lama-lama di sini! Cepet selesain nih hukuman!" omel Jack sambil bersandar di dinding.
Aliza melirik Jack dengan ekspresi kesal, sambil membatin, "Ganggu banget si babi ini."
Diva melepaskan pelukannya dan tersenyum kecil. "Lo ke kelas aja, Za. Ini udah mau masuk," katanya lembut.
Aliza mengangguk pelan, meski matanya masih basah. "Tapi nanti Aliza tunggu Kakak di parkiran ya? Nanti Aliza traktir Kakak!" ucapnya cepat, lalu berlari pergi dengan pipi yang memerah.
Diva hanya menghela napas. "Iya, iya, hati-hati."
Setelah Aliza pergi, Jack kembali mengomel. "Cepetan dong! Gue gak sabar di sini lama-lama."
"Sabar lah, Jack."
Jack mendengus, kesal. "Sabar, sabar! Lo bilang sabar mulu. Ini toilet gak akan bersih sendiri, tau!"
Diva langsung melotot, emosinya naik. "Lo mau gue tampol juga?" bentaknya sambil masuk lagi ke dalam toilet.
Jack hanya terkekeh kecil. "Iya-iya, bacot aja lo!" ledeknya, membuat Diva semakin kesal.
---
"Lo suka sama ketos, kan?"
Di tengah pelajaran, saat guru sedang menjelaskan materi dan mulai menulis di papan tulis, Cesya tiba-tiba berbisik kepada Aliza. Pertanyaan itu membuat Aliza terdiam sejenak, menahan senyum yang nyaris muncul. Dia menggeleng pelan, mencoba menyangkal.
"Gak usah bohong, deh," goda Cesya, memiringkan tubuhnya sedikit mendekati Aliza.
Aliza hanya menatap Cesya dengan mata menyipit, memberi tatapan sinis yang tidak terlalu serius.
"Kalau suka tuh gak usah dipendam. Gak baik buat kesehatan batin lo," lanjut Cesya dengan nada usil.
Aliza mendesah, berusaha mengabaikannya sambil kembali menulis. Namun akhirnya dia bersuara. "Gue tuh gak yakin sama perasaan gue. Jadi gue gak tahu gue suka sama Kak Diva atau enggak." Nada bicaranya terdengar santai, tapi jelas ada keraguan di dalamnya.
Cesya terkekeh. "Pret! Lo udah suka, Aliza. Udah, gak usah pura-pura."
Aliza terdiam, matanya menghindari Cesya.
"Iya kan?" tanya Cesya lagi, tidak mau menyerah.
"Cesya!" Aliza mendesis pelan, hampir seperti bisikan keras, mencoba menghentikan Cesya yang semakin usil.
Tapi bukannya berhenti, Cesya malah tertawa kecil. "Hahahaha, ketahuan banget, Za!" godanya sambil menutupi mulut, takut suaranya terdengar guru.
Aliza hanya bisa memutar mata, kesal. Sementara Cesya terus menahan tawanya, jelas menikmati reaksi Aliza.
---