Wanita Tangguh-Ku

Weni sampai di Apartemen jam 9 malam, dia langsung sqja memencet kode Apartemennya.

Ceklek.

"Wah wah siapa ini yang baru pulang? Dari mana kau?" tanya Aldi dengan sorot mata tajam.

Weni langsung menunduk takut, ia meremas ujung baju nya dengan kuat.

"Ya habis cari uang lah sayang, kan dia tidak kamu kasih jatah" celetuk Lauren yang baru saja datang dari kamar nya.

Weni merasakan sesak di dada nya, ia tidak menyangka bahwa Aldi akan berani membawa kekasih nya ke Apartemen.

"Kerja apa kamu jam segini baru pulang?" tanya Aldi dengan datar.

"Jadi Koki di Restoran" jawab Weni lirih.

"Apa? Kata Bunda kamu dia lulusan fakultas ternama dengan nilai terbaik, tapi apa barusan dia hanya menjadi Koki" ejek Lauren.

Weni kembali menundukan kepala nya, ia hanya bisa sabar dan ingin segera masuk ke kamar nya.

"Mungkin Bunda tertipu oleh wajah lugu tapi b*d*h" ucap Aldi dengan santai.

"Apa kamu pikir aku akan percaya? Mana ada kerja di Restoran pakaian mu begini hah. Awas saja kalau kau membuat nama keluarga ku jelek" ucap nya lagi dengan memandang Weni yang berpakaian agak terbuka.

"Kamu tenang saja, Mas. Aku tahu apa yang harus aku lakukan dan aku juga benar bekerja di Restoran. Ini aku pinjam dari teman ku karena aku tidak ada ganti lagi" balas Weni dengan menahan sesak di dada nya.

"Kamu juga semalam tidak pulang kan? Wanita macam apa kau itu" hardik Aldi dengan kejam.

Sedangkan Lauren, dia duduk dengan santai nya di sofa sambil melihat Weni dan Aldi yang sedang berdebat.

"Aku akan terus membuat kalian bertengkar dan Aldi menceraikanmu, Weni" batin Lauren tersenyum smirk.

"Aku menginap di mes Restoran, Mas" balas Weni

"Kau jujur saja lah, Wen. Kau bekerja di C*ub kan, untuk m*mu*skan para lelaki hidung belang" cibir Lauren

"Jaga omongan mu ya, Lauren. Saya ini bukan kamu yang dengan mu*ahan nya menggoda dan bermain di Apartemen lelaki yang sudah menikah" bentak Weni dengan emosi.

Plak

Weni memegang sebelah pipi nya yang di tampar oleh Aldi, ia merasa sangat sakit tetapi bukan karena tamparan nya melainkan dengan kata-kata Lauren yang sangat pedas.

"Kau yang harus menjaga omongan mu, berani sekali kau membentak wanita ku. Kau yang wanita mu*ahan, kalau bukan karena kau membujuk Bunda dan Ayah ku saat ini aku sudah menikah dengan Lauren" bentak Aldi dengan wajah memerah.

Tes.

"Kau wanita m*skin yang tidak tahu malu, andai saja Ayah tidak mengancam ku lebih baik aku mati saja daripada harus menikah denganmu, dan sekarang kau dengan bebas nya berkeliaran diluar sana. Apa benar kau me*jual d*r* mu di luaran sana, hah" teriak Aldi di depan wajah Weni yang sudah meneteskan air mata nya.

"Percuma kau menangis di hadapan ku, tidak akan dapat mengubah semua nya bahkan saat ini aku sangat jijik dengan-Mu, Weni" ucap Aldi penuh penekanan.

"Hiks sayang" panggil Lauren

"Jangan nangis oke, aku akan membuat nya jera karena sudah berani membentak mu, sayang" ucap Aldi dengan memeluk Lauren lembut.

Sedangkan Weni, wanita itu meremas dada nya dengan kuat, ia sangat sakit sungguh sakit. Seumur hidup nya, baru kali ini dia di hina dan di bentak seperti ini.

Aldi menyeret Weni masuk ke kamar nya setelah menenangkan Lauren.

Plak.

Plak.

Aldi menampar kedua pipi Weni dengan kuat, bahkan bekas tamparannya pun sangat merah.

"Kenapa kau baru sekarang menolak ku, Mas? Kenapa tidak dari dulu saja, aku menyesal telah mencintai mu Mas, aku mencintai mu karena kau lembut, penyayang dan sabar. Apa ini? Apa ini sifat mu yang asli hah" teriak Weni dengan berderai air mata.

"Diam kau, aku melakukan itu semua karena perintah Ayah dan Bunda. Aku lebih menyesal karena menikahi mu, kau bukan saja tak tau diri tetapi kau juga wanita m***han" bentak Aldi dengan mengcengkram dagu Weni.

"Ingat ini, jika kau berani lagi membentak kekasih ku maka aku akan melakukan hal yang tak pernah kau bayangkan dan perlakukan dia dengan baik karena mulai saat ini dia akan tinggal disini" ucap Aldi penuh tekanan.

Aldi melepaskan cengkraman tersebut dengan sekali hentakan, bahkan dagu Weni sampai memerah.

Brak.

Aldi menutup pintu dengan sangat kuat, ia merasa kesal saat melihat wajah sedih Lauren.

Sedangkan Weni, ia merosot ke bawah dengan perasaan hancur dan sakit. Ia meremas kembali dada nya yang sesak.

"Kenapa sangat sakit sekali, aku sudah belajar melupakan dan mengubur rasa ini tetapi kenapa masih ada. Kenapa kau sangat jahat, Mas. Aku ini Istri mu bukan dia" gumam Weni dengan lirih.

"Hiks, Ayah, Ibu, rasanya aku ingin sekali kembali pada kalian dan memeluk kalian. Tetapi aku takut, aku takut membuat kalian sedih dan marah" gumam nya lagi.

Weni mencoba berdiri dan berjalan menuju ke kamar mandi di dapur. Ia membersihkan diri dengan air dingin, ia ingin sekali berteriak dan memaki nya tetapi dia tidak bisa bahkan tidak sanggup.

Setelah di rasa selesai dengan rutinitas nya, Weni keluar dan berjalan ke arah kulkas. Dia akan mengambil minuman dingin agar melegakan dahaga nya.

Tetapi ia sangat terkejut saat melihat adegan dewas di ruang tamu, dimana Suami dan wanita lain sedang melakukan hubungan suami istri.

Weni kembali meneteskan air mata nya, ia merasa sangat tidak di hargai, bahkan mereka dengan berani melakukannya di ruang tamu.

E*angan dan d*s*han sangat mencekam di telinga Weni. Bahkan ia langsung saja berlari ke kamar nya dengan perasaan hancur.

"Aku benci kalian, aku benci kamu Aldi" pekik Weni dengan tertahan.

Dia menangis dan meraung di dalam kamar kecil tersebut. Bahkan suara mengerikan tersebut terdengar sampai ke kamar nya.

Hingga tengah malam pun dia belum juga bisa memejamkan mata nya. Ia masih mengingat hinaan dan luka dari suami serta selingkuhannya.

Ceklek.

Pintu terbuka dan munculah Lauren dengan gaun yang sangat sexy.

"Kau harus tahu posisi mu, Aldi itu hanya milikku dan akan tetap menjadi milikku. Bersiaplah karena sebentar lagi kau akan di ceraikan oleh nya" ucap Lauren dengan senyum bahagia nya

Weni hanya diam dan diam tanpa menoleh sedikit pun kepada Lauren.

"Kau Istri nya tetapi aku yang mendapatkan gelar Istri dari Aldi, bahkan kau dengan sedih nya tinggal di kamar pembantu" ucap Lauren kembali dengan senyum mengejek.

Setelah berbicara seperti itu Lauren langsung saja pergi dari sana dengan senyum bangga nya.

"Lihat saja Mas, aku akan membuatmu menyesal dengan semua ini. Aku benci padamu, Mas" batin Weni dengan sakit.

.

.

.