Surat keterangan infertil dari rumah sakit, membuat hidup Anyelir seketika hancur. Tidak ada kebanggaan lagi pada dirinya karena kekurangan tersebut. Namun sebuah kesalahan semalam bersama atasannya, membuat dia hamil. Mungkinkah seorang wanita yang sudah dinyatakan mandul, bisa punya anak? Atau ada sebuah kesalahan dari surat keterangan rumah sakit tersebut?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yutantia 10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TATM BAB 7
"Kamu karyawan baru?" Pertanyaan Dion, asisten pribadi Sagara sontak membuat Anye mengalihkan tatapan dari Sagara.
"I-iya, Pak," sahut Anye sambil menunduk sopan. Dia membalikkan badan, menghadap ke arah pintu lift dan sedikit minggir dari hadapan Sagara. Tak mengira jika dunia yang katanya luas ini, dia kembali bertemu dengan mantan setelah bertahun-tahun.
"Apa kamu tidak pernah diberi tahu peraturan di perusahaan ini?" tanya Dion ketus. "Harusnya kamu menunggu lift berikutnya, bukan masuk ke dalam lift yang sama dengan Pak Saga."
Mata Anye melotot mendengar Dion menyebut nama Saga. Dia sering mendengar rekan kerjanya menyebut nama sang CEO tersebut, tapi tak menyangka jika Saga yang dimaksud adalah Gara alias Sagara, mantan kekasihnya waktu kuliah dulu. "Sa-saya minta maaf." Awalnya dia berharap kalau Sagara hanya salah satu vendor, tapi rupanya, dia adalah bos disini.
"Segera keluar saat pintu lift terbuka!" Dion menekan sebuah angka, dan beberapa saat kemudian, lift berhenti dan pintunya terbuka.
"Maaf, permisi," Anye menunduk sopan lalu keluar. Menunggu lift berikutnya untuk naik ke lantai tempat dia kerja.
Sagara masih saja memikirkan Anyelir hingga dia sampai di ruangannya. Setelah duduk di kursi kebesarannya, ia membuka laptop, tersenyum menatap foto-foto lamanya dengan Anyelir. "Aku gak nyangka, bakal ketemu lagi sama kamu, Nye," gumamnya.
Flashback on
"Maaf Mbak, gak ada kembaliannya. Ada uang kecil?" tanya penjual siomay yang mangkal tak jauh dari area CFD. Dia memang belum dapat penglaris hari ini, Anye merupakan pembeli pertamanya. Dan seperti pembawa keberuntungan, setelah Anye datang, di belakangnya malah langsung ada yang mengantri.
"Aduh, saya juga gak ada, Pak." Kebetulan Anye memang hanya membawa selembar uang 100 ribu.
"Biar saya saja yang bayar."
Anye menoleh mendengar suara dari belakang. Seorang cowok tampan yang mengantri tepat di belakangnya, tiba-tiba maju, mengulurkan uang 50 ribu pada penjual siomay.
"Saya satu bungkus juga, Pak," ujar Sagara. "Sekalian bayar buat Mbak ini," menoleh kearah Anyelir sambil tersenyum. "Kembaliannya buat Bapak aja."
"Wah! Makasih, Mas," penjual tersebut tampak senang. "Mas nya ini selain tampan, baik, juga dermawan," pujinya.
"Bisa aja," Sagara mengulum senyum.
"Makasih ya, Mas," ujar Anyelir.
"Sama-sama, Mbak. Saya Sagara," Sagara mengulurkan tangan.
"Anye," Anye menjabat tangan Sagara.
"Sendirian aja?"
Anye mengangguk.
"Sama dong," ucap Sagara meski tak ditanya.
Sebenarnya Sagara sudah mengincar Anye sejak melihat gadis tersebut sedang jogging tadi. Muncul ketertarikan dihatinya pertama kali melihat gadis cantik dengan tubuh tinggi semampai tersebut. Jiwa kelelakiannya langsung meronta-ronta, penasaran ingin kenal. Ia pun akhirnya memutuskan untuk mengikuti Anye. Ikut-ikutan ngantri siomay meski sesungguhnya tak suka makanan tersebut. Pucuk dicinta ulam pun tiba, gara-gara Anye yang tak punya uang kecil, dia jadi ada celah untuk masuk, bisa kenalan.
"Jodoh kali," celetuk penjual siomay. "Mas dan Mbak nya cocok, cantik dan ganteng, sama-sama suka siomay pula."
Sagara tersenyum kecut karena sesungguhnya, sangat tidak menyukai siomay. "Tinggal di deket sini?" ia mulai mencari tahu.
"Aku ngekos di jalan Mawar."
"Orang asli mana?"
"Tasik."
"Pantesan cantik."
Anye tersipu saat dipuji oleh cowok seganteng Sagara. Dia tak bisa berbohong, jika paras tampan dan tubuh altetis Sagara, membuat dirinya sampai salting saat ngobrol dengan cowok itu.
"Kerja or kuliah?" Sagara kembali bertanya.
"Kuliah, semester 5, kamu?"
"Sama, tapi udah semester 7."
Obrolan mereka terus berlanjut sampai akhirnya saling tukar nomor telepon. Seiring berjalannya waktu, hubungan mereka semakin dekat, sampai akhirnya jadian.
Flashback off
Anye gelisah di meja kerjanya. Gara-gara tahu jika sang mantan adalah bos disini, dia jadi kehilangan fokus kerja. Beberapa potongan kenangan masa lalu kembali mengisi kepalanya. Kenapa saat dia sudah berhasil move on dan bahagia bersama Robby, Sagara malah muncul kembali di kehidupannya?
"Ya Allah, skenario apa lagi kali ini," Anye bergumam pelan. "Belum cukupkah cobaan yang diberikan padaku, hingga masih harus bertemu kembali dengan Gara." Dia butuh waktu yang sangat lama untuk move on dari Sagara, sampai akhirnya dia bertemu Robby, laki-laki yang bisa membuat dia nyaman dan lupa pada Sagara.
"Nye, Anye!"
Anye terjingkat kaget saat mejanya ditepuk lumayan keras oleh Dirga, senior di divisinya.
"I_iya, Kak Dirga," sahutnya gelagapan. "Apa apa? Ada yang bisa aku bantu?"
Dirga meletakkan sebuah map di atas meja Anye. "Tolong antarkan berkas ini ke ruangan Pak Saga."
Mulut Anye langsung menganga dan matanya membulat mendengar nama Saga. Disaat masih memikirkan pria itu, dia malah disuruh untuk menghadapnya. Ini sebuah kebetulan atau apa sih?
"Kok malah bengong," Dirga memutar kedua bola matanya. "Buruan! Udah ditungguin Pak Saga."
Perasaan hampir sebulan ini kerja, gak pernah disuruh ke ruangan CEO, kenapa hari ini mendadak di minta kesana?
"Ha-harus aku ya?"
"Aduh, Nye, apaan sih pakai nanya gitu. Buruan, nanti Pak Saga marah. Aku cuma dapat perintah saja dari Pak Bondan, kalau kamu yang disuruh menghadap Pak Saga. Kalau mau protes, jangan sama aku, tapi langsung saja ke Pak Bondan."
Anye menghela nafas panjang sembari mengangguk. Pak Bondan adalah atasannya, sebagai staf baru, mau protes bisa-bisa langsung ditandai, dan kedepannya tidak akan baik untuk kariernya. Dengan langkah ragu-ragu, ia berjalan menuju ruangan Sagara. Langkah kakinya terhenti tepat di depan pintu ruangan pria itu. Tangannya ragu untuk mengetuk, membayangkan kembali mengobrol dengan Sagara setelah bertahun-tahun tak bertemu, rasanya dia sudah grogi duluan.
karena perlakuan keluargamu.
ternyata si Robby yg mandul
pantesan kekeuh nggak mau cerai..
ia masih bersama Robby..
apa udah cerai ya???
kalo masih bersama Robby....
maukah Robby terima annak itu..
akakah perstlingkuham itu dimaafkan Robby?
❤❤❤❤❤
sdh hsl di manipulasi
saudqra sm ibu nyakiti anye g dibela