dia menjadi seorang yatim piatu setelah ayahnya tiada.
dan meninggalkan dirinya yang sakit sakitan bersama sang ibu tiri.
perhatian orang baru dalam kegersangan dan kesendiriannya membuatnya sedikit terlena dan lupa.
setitik bahagia coba ia rajut bersamanya.
namun...
dia adalah kakak tirinya.
mampukah ia menata kembali hidupnya saat ia tahu siapa sebenarnya laki laki yang di perkenalkan sang ibu tiri sebagai kakak tirinya itu ?!
sementara sesuatu yang berharga miliknya telah di renggut oleh seseorang itu.
simak cerita baru aku ya....
cinta dalam bara.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon khitara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 17 kebenaran yang menyakitkan
Brak brak brak......
Suara gebrakan dari luar kamar tak membuat dua orang yang tengah terlelap dengan posisi saling berpelukan di bawah selimut yang sama di dalam kamar terusik sama sekali.
Kedua orang itu nampak sama sama terlelap.
Cklekk.....
" Leon...!!!! " sebuah teriakan yang menggelegar sontak membuat Raha dan Leon terkejut dan sontak bangun dari tidurnya.
Raha terkejut bukan main melihat siapa yang berteriak di dalam kamarnya.
Wanita itu nampak marah, wajahnya terlihat merah padam.
Matanya berkaca kaca.
Ada bulir bulir bening yang terlihat samar di mata wanita itu.
" tante Calista...." pekik Raha terkejut sambil memegang selimut yang menutupi tubuhnya dengan erat.
" Calista....." terdengar suara lain selain suaranya menyebut nama wanita itu.
Raha sontak menolah ke samping,
Matanya menatap aneh kepada Leon yang menyebut nama mama tirinya itu hanya dengan sebutan nama saja.
Mata Calista menatap tajam kepada Leon tanpa melihat sedikitpun kepada Raha cukup lama sebelum akhirnya wanita itu memutar tubuhnya dan melangkah keluar meninggalkan kamar itu dengan langkah lebar.
Bruakkkk....
Raha terjengkit karena Calista menutup pintu itu dengan membantingnya.
" Calista....!! " panggil Leon lagi, kali ini laki laki itu melompat dari atas tempat tidur dan segera memakai pakaiannya yang masih setengah basah karena kehujanan semalam dengan asal.
Kemudian ia berlari keluar menyusul Calista dan meninggalkan Raha yang masih termangu seperti orang bodoh di tempatnya begitu saja.
Mata Raha berkedip beberapa kali dan otaknya tiba tiba blank.
Ia tak mengerti dengan apa yang sebenarnya telah terjadi.
Ia sering melihat Leon dekat dengan Calista, mama tirinya itu.
Tapi kenapa ia merasa kali ini nampak berbeda di matanya.
Kenapa ia seperti melihat bias cemburu di mata mama tirinya itu pada Leon.
Atau ia salah lihat....?!
Raha merasa tak enak, dengan susah payah gadis itu berusaha turun dari atas tempat tidurnya.
Sungguh saat ini tubuhnya benar benar terasa sakit.
Tulang tulangnya seperti patah semua.
Dengan mati matian menahan sakit terutama rasa sakit di daerah sensitifnya.
Raha memakai kembali pakaiannya semalam.
Kemudian ia mulai menyeret kakinya keluar kamar.
Tujuannya hanya satu bicara dan menjelaskan semuanya pada Calista.
Ia tak ingin ada salah paham di antara mereka,
Mungkin Calista khawatir padanya dan menyalahkan Leon.
Tapi menurutnya,
Rasanya tidak apa apakan ia menikah dengan Leon, toh tidak ada hubungan darah di antara dirinya dan Leon.
Ia juga yakin,
Leon pun pasti akan menikahinya setelah apa yang mereka lakukan semalam.
Raha terus melangkah dengan tertatih menuruni anak tangga.
Menyeret kakinya dengan susah payah menuju kamar Calista yang ada di lantai bawah.
Namun....
Ketika ia sampai di sana, tiba tiba tubuhnya terasa membeku dan membatu seketika.
Pintu kamar itu tak tertutup seluruhnya juga tak terbuka seluruhnya.
Karenanya ia bisa melihat dengan jelas pemandangan di depan sana.
Kedua orang itu tengah berdiri dengan posisi membelakanginya.
Dan hal yang membuatnya seperti mayat hidup adalah posisi Leon yang tengah memeluk erat Calista dari belakang.
Wajah Raha seketika memucat, tubuhnya bergetar hebat.
Ia tak tahu apa yang sebenarnya terjadi, usianya masih terlalu muda untuk bisa mencerna semua yang kini tengah ia lihat.
Apalagi kata kata yang keluar dari bibir mama tirinya itu semakin membuatnya seperti orang bodoh.
" apa yang sudah kau lakukan di belakangku bersamanya Leon... ?!
Apa kau sudah sering melakukannya dengannya ?! " suara Calista terdengar bergetar seperti menahan tangis.
Leon terlihat menggeleng.
" tidak....
Aku tidak pernah melakukannya dengannya sebelumnua.
Maafkan aku..." Leon membantah dan meminta maaf.
" sungguh tak bisa ku peracaya....Kita baru saja kehilangan anak kita dan kau tahu sendiri aku baru saja keguguran.
Tapi kau malah meninggalkanku begitu saja di rumah sakit dan tidur dengannya.....!!
Ini kah yang kau bilang dia hanya anak kecil ?! " terdengar suara Calista lagi dan kali ini di sertai dengan suara tangisan tergugu.
Suara tangisan wanita itu terdengar begitu menyayat hati.
Raha benar benar mematung mendengar ucapan perempuan itu.
Anak.....?!
Anak apa.... ?! siapa... ?!
Keguguran.... ?!
Apa maksudnya ini.... ?!
Dan apa katanya tadi ?!
Apa ia tak salah dengar ?! Dirinya masih di anggap anak kecil oleh Leon ?! Lalu apa semalam ?!
Otak Raha benar benar blank.
Mendengar semua kata kata Calista ia tiba tiba menjadi orang tolol.
" aku hanya memintamu mendekatinya dan merayunya agar ia mau menandatangai surat surat penyerahan hak waris itu.
bukan menidurinya seperti ini... Leon !!
Apa kurangnya diriku padamu, aku sudah menyerahkan semua tubuhku padamu.
Aku bahkan sudah seperti jalang hanya untuk memanjakan hasratmu.
Apa aku masih kurang memuaskanmu hah....?!
Kenapa kau masih menidurinya ?! " sentak Calista lagi masih dengan tergugu.
Leon terlihat mengeratkan pelukannya dan itu sungguh membuat Raha tergugu. Dan kemudian jawaban yang keluar dari bibir laki laki itu membuat hatinya sakit bagai tersayat sembilu sekaligus remuk redam.
" maaf.....
Aku khilaf....." terdengar jawaban Leon yang pelan namun masih bisa di dengar oleh Raha yang berdiri tak jauh di belakang keduanya dengan jelas.
Tubuh Raha seketika seperti mengeras mendengar jawaban laki laki itu.
Khilaf katanya..... ?!?
mata gadis itu terpejam sejenak demi menetralisir detak jantungnya yang seketika tak baik baik saja demi mendengar jawaban laki laki yang semalam telah menikmati tubuhnya dengan begitu penuh puja itu.
Tubuhnya kini terasa kian membeku mendengar kata kata laki laki itu.
Tak lama, tubuhnya yang tadi membeku kini melunglai bagai tak bertulang.
Tangannya perlahan memegangi dadanya yang terasa nyeri tiba tiba.
Hatinya sungguh sakit mendengar ucapan Leon itu. Ia merasa hancur dan hina.
" memangnya apa yang kau harapkan dari gadis sekecil itu,
Miliknya bahkan tak akan bisa memberimu kepuasan seperti yang selama ini sudah ku berikan padamu. Bahkan mungkin walau hanya sedikit.
Katakan...
Kau tidak mungkin mencintainya kan....?!
Kau hanya main main dengannya kan Leon ?! " cecar Calista masih dalam posisi membelakangi Leon namun ia berada dalam dekapan laki laki itu.
" Calista...sudahlah...." Leon mencoba menghentikan kemarahan Calista.
Entah kenapa ia tak suka mendengar Calista bicara seperti itu tentang Raha.
Karena yang sebenarnya,
Yang di katakan Calista tidaklah benar. Raha justru mampu memberinya rasa luar biasa yang belum pernah ia dapatkan selama ini.
" menurutmu....
Apa dia tidak akan membencimu saat dia tahu, kau juga terlibat dalam kematian papanya....?! "
Duar.....
Bagai petir yang menyambar di siang bolong. Raha terkejut bukan main mendengar ucapan mama tirinya itu.
Papanya....
Meninggal karena mereka ?!.
Ada apa ini, siapa sebenarnya Calista dan Leon ?!
Apa hubungan mereka dengan kematian sang papa.
Apa papanya.....
Tubuh Raha kini semakin bergetar hebat. Keringat dingin mulai membasahi tubuhnya.
Kedua tangannya mencengkeram kuat ujung piyamanya.
Air matanya luruh begitu saja membasahi pipinya yang seputih salju.
Tubuhnya kian terasa lunglai kini.
" jadi kalian dalang di balik kematian papaku ?!! " Raha tak mampu lagi menahan diam, sebuah kata terlontar dari bibirnya dengan suara yang bergetar.
Calista dan Leon sontak menoleh kebelakang.
" Raha......" pekik Calista kaget, sementara Leon dengan cepat melepaskan pelukannya pada Calista.
kok gak hubungi dokter xani..
penjahat kelamin sekelaa leon tak akan mudah mati...
😀😀😀❤❤❤❤