NovelToon NovelToon
Hot Duda Mafia

Hot Duda Mafia

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Duda / Janda / Cinta Terlarang
Popularitas:3.3k
Nilai: 5
Nama Author:

"Kau masih gadis?"

"I-iya, Tuan."

"Bagus. Kita akan membuktikannya. Kalau kau berbohong, kau akan tahu apa akibatnya."

Bab 6

Arthur mencondongkan tubuhnya ke depan, menunjukkan keseriusan. "Dan pernikahan adalah cara paling efektif untuk menyakinkan semua orang. Pernikahan juga bukti tanggung jawab, kematangan sebagai seorang pemimpin dan pebisnis. Kau tidak memiliki istri dan anak, sama saja seperti kau belum masuk ke dunia kami. Kau tidak bisa terus menghindarinya."

Carlton menatap kembali amplop cokelat berisi foto dan profil para kandidat yang disodorkan kakeknya.

Wajah-wajah itu menatapnya dengan senyuman palsu, dibalut riasan tebal dan gaun mahal.

Ia merasa mual hanya dengan melihatnya.

Wanita-wanita ini tidak ada bedanya dengan ibunya -seseorang yang hidupnya hanya untuk kemewahan, intrik, dan pengkhianatan.

"Aku akan memikirkannya," ucap Carlton dingin, menutup amplop itu dan meletakkannya di meja.

Arthur tersenyum penuh kemenangan.

"Bagus, aku tahu kau akan membuat keputusan yang tepat."

**

Setelah makan malam selesai, Carlton memilih untuk berjalan-jalan sendiri di halaman belakang mansion kakeknya.

Malam di Brooklyn terasa dingin, tetapi Carlton menyukainya.

Hawa dingin membantu menenangkan pikirannya yang sedang kusut.

Ia menyalakan rokok, mengisapnya perlahan sambil menatap bintang-bintang yang samar terlihat di langit kota.

Bayangan masa lalu melintas di benaknya.

Ayahnya pria yang hebat, dia ayah yang baik meskipun selalu sibuk.

Meskipun dia payah dalam beberapa hal, ayahnya hebat dalam hal startegi pasar.

Sayangnya pria itu kalah ia mengalami gangguan mental setelah mengetahui ibunya berselingkuh.

Kejadian itu bukan hanya menghancurkan ayahnya, tetapi juga menghancurkan Carlton kecil yang manis, yang membuat anak laki-laki itu mulai membangun tembok tebal di hatinya.

Ia berjanji, sejak hari itu, untuk tidak pernah membiarkan dirinya menjadi seperti ayahnya yang begitu mencintai seseorang bahkan nyaris seperti memujanya.

"Kau tahu, rokok itu bisa membunuh lebih cepat daripada bisnis kita," suara kakeknya tiba-tiba terdengar dari belakang.

Carlton menoleh, melihat pria tua itu berdiri dengan mantel tebal yang melindunginya dari dingin.

"Kau juga masih minum es teh rendah gula itu, Kakek. Tidak ada yang benar-benar sehat dalam keluarga kita," balas Carlton dengan senyum tipis.

Arthur tertawa kecil, lalu berjalan mendekat.

"Aku tahu kau tidak menyukai ide pernikahan ini, Carlton. Akan tetapi kau harus mendengarkanku. Aku sudah hidup lebih lama darimu, dan aku tahu apa yang dibutuhkan untuk bertahan hidup di dunia ini."

"Kakek berpikir aku lemah jika tidak menikah ?" Carlton bertanya dengan nada datar.

"Tidak, Nak. Kau kuat. Bahkan mungkin lebih kuat dari ayahmu, tetapi kekuatanmu saja tidak cukup. Kau perlu sesuatu yang bisa menopangmu- keluarga, aliansi, sesuatu yang lebih besar daripada dirimu sendiri."

Carlton mengisap rokoknya lagi, membiarkan ucapan kakeknya menggantung di udara. Ia tidak setuju, tetapi ia juga tidak ingin memulai perdebatan.

"Aku akan mempertimbangkan apa yang Kakek katakan," akhirnya Carlton menjawab.

Arthur menepuk bahu cucunya, lalu berbalik menuju mansion.

"Kau punya waktu seminggu untuk memutuskan, Nak. Jangan kecewakan aku."

**

Dalam perjalanan kembali ke Vegas, Carlton duduk di kursi belakang limusinnya, memandangi isi dari amplop cokelat itu dengan pandangan penuh spekulasi.

Kepalanya berputar dengan berbagai hal.

Di satu sisi, ia tahu bahwa kakeknya tidak sepenuhnya salah.

Dunia bisnis dan kriminalitas tempat keluarga Rutherford beroperasi memang membutuhkan aliansi yang kuat, dan pernikahan adalah salah satu cara untuk mencapainya, akan tetapi di sisi lain, gagasan untuk terikat dengan seseorang-terutama seseorang yang tidak ia inginkan membuatnya merasa terjebak dan muak bahkan sebelum semua itu terjadi.

"James," panggil Carlton kepada asistennya yang duduk di kursi depan bersama sopir.

"Ya, Tuan?"

"Berhenti di kantor sebentar. Aku perlu mengambil beberapa dokumen."

"Baik, Tuan."

Limusin meluncur menuju kantor pusat Rutherford Enterprises, gedung pencakar langit yang berdiri megah di tengah kota Vegas.

Carlton keluar dari mobil dengan dikawal oleh beberapa bodyguard, langsung menuju lantai teratas, tempat kantornya berada.

Ketika pintu lift terbuka, Carlton disambut oleh Stella, asisten pribadinya yang selalu tampak rapi dengan setelan kerja formalnya.

"Selamat malam, Tuan Rutherford. Ada yang bisa saya bantu?"

"Tidak perlu, Stella. Aku hanya ingin mengambil beberapa berkas. Kau bisa pulang sekarang."

Stella mengangguk dan beranjak pergi. Carlton melangkah masuk ke kantor, menyalakan lampu, dan berjalan menuju meja kerjanya.

Ia dengan mudah mendapatkan berkas-berkas yang harus ia pelajari sebelum mengkonfirmasinya.

Entah bagaimana, Carlton mendadak saja merasa tertarik untuk membuka laci meja paling bawah dan mengeluarkan sebuah kotak kecil dari kayu mahoni di sana.

Di dalamnya, ada beberapa benda yang sudah lama tidak ia sentuh-foto ayahnya, kalung kecil milik ibunya, dan sebuah buku harian yang pernah ditulis oleh dirinya saat masih remaja dulu.

Carlton membuka buku itu, membaca beberapa halaman yang isinya penuh dengan luapan emosi seorang anak laki-laki yang kehilangan arah.

Ia membaca salah satu kalimat yang pernah ditulis dengan tulisan miring, "Aku tidak akan pernah mempercayai cinta, karena cinta hanya membuat orang menjadi lemah."

Ia menutup buku itu dengan kasar dan melemparkannya kembali ke dalam kotak.

Carlton menatap keluar jendela, memandangi gemerlap lampu kota Vegas yang tidak pernah tidur.

Sebuah pertanyaan muncul di benaknya.

Apakah ia benar-benar ingin hidup seperti ini selamanya-dingin, tanpa emosi, hanya fokus pada kekuasaan dan keuntungan?

Mungkin kakeknya benar.

Mungkin sudah waktunya ia memikirkan sesuatu yang lebih besar daripada dirinya sendiri.

Hanya saja pertanyaan yang lebih penting adalah, apakah ia mampu melakukannya tanpa kehilangan jati dirinya?

Carlton menarik napas panjang dan kembali memandang amplop di tangannya. Kali ini, ia membukanya dan mulai membaca profil para kandidat dengan lebih saksama.

Mungkin, pikirnya.

Ada cara untuk menjadikan situasi ini lebih menguntungkannya.

Jika ia harus menikah, maka ia akan memilih seseorang yang tidak hanya cantik, tetapi juga cukup cerdas untuk memahami dunianya-dan cukup lemah untuk tidak menghancurkannya seperti penyihir itu menghancurkan ayahnya.

"James?"

Asisten Carlton masuk, ia berdiri di depan meja kerja sang tuan.

"Ya, Tuan?"

"Bagaimana kalau malam ini kita berjudi?"

1
Kazuo
Wow, aku gak bisa berhenti baca sampai akhir !
Hoa thiên lý
Tidak sabar lanjut baca
yongobongo11:11
Duh, kalau dikasih pilihan 1 antara jalan-jalan atau baca cerita ini, pasti saya milih ini 😍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!