Kebangkitan Sang Jenderal Di Dunia Modern

Hector duduk diam di depan dua makam yang masih dipenuhi bunga segar. Wajahnya yang dulu penuh arogansi kini tampak hancur, dibalut kesedihan mendalam. Angin pagi berembus lembut, namun tidak mampu menghapus rasa penyesalan yang menusuk jiwanya.

Istri dan putrinya—nyawa yang paling berharga baginya—kini hanya tinggal nama yang terukir di nisan. Akibat rencana liciknya yang gagal, mereka menjadi korban dari ambisi buta yang telah membawanya pada kehancuran.

Di kejauhan, berdiri Ethan dengan ekspresi dingin yang tak tergoyahkan. Matanya yang tajam menatap tanpa belas kasihan ke arah Hector yang terpuruk. Dia tidak bergerak, tidak berkata apa pun. Hanya keheningan yang menjadi saksi pertarungan batin di antara mereka.

Hector perlahan mendongak, tatapannya penuh kebencian dan rasa bersalah bercampur jadi satu. "Kau puas?" tanyanya dengan suara serak dan getir.

Ethan tetap diam, membiarkan tatapannya yang dingin menjadi jawaban.

Tanpa berkata banyak, Ethan berbalik pergi, meninggalkan Hector yang terjebak dalam jurang penyesalan. Di balik semua kebencian, ada pesan jelas—Ethan bukanlah pria yang bisa dihancurkan tanpa konsekuensi.

Tuan Besar Long berdiri tegak dengan aura penuh wibawa di tengah pemakaman yang sunyi. Matanya menatap tajam ke arah Hector, Damian, dan Rosa yang berdiri di depannya. Suara tuan besar yang tegas dan berwibawa memecah keheningan.

"Jangan pernah bermain api lagi, terutama dengan darah dagingku," ucapnya dingin namun penuh ancaman. "Aku sudah cukup memberi peringatan. Jika kalian masih bodoh dan mencoba melawan Ethan, maka konsekuensinya akan jauh lebih berat. Ingat, kalian hanya anak tiri yang sudah aku besarkan. Jika bukan karena aku menghormati mendiang istriku, mungkin aku sudah membunuh kalian."

Ya, Hector dan ketiga saudaranya hanya anak tiri. Di mana, saat tuan besar Long menikahi istrinya yang telah menjadi janda anak tiga yang masih kecil-kecil.

Hector yang masih diliputi kesedihan hanya menunduk tanpa mampu membalas, sementara Damian dan Rosa berdiri diam dengan tangan mengepal kuat. Wajah mereka memerah menahan amarah yang terus membara.

Namun, mereka tahu betul bahwa ancaman dari Tuan Besar Long bukan sekadar omong kosong. Kekuatan keluarga Long berada jauh di luar jangkauan mereka, terutama sekarang dengan Ethan di puncaknya.

Tanpa basa-basi, Tuan Besar Long berbalik meninggalkan mereka dengan langkah mantap, meninggalkan Hector dan kedua saudaranya yang masih diliputi kebencian dan rasa malu yang menyesakkan dada.

*****

Di ruang rapat pribadi di kediaman Ethan, suasana terasa serius namun penuh dengan aura kepercayaan diri.

Ethan duduk di kursi utama dengan postur tegap, sementara tim intinya berdiri di sekeliling meja, mendengarkan setiap kata yang diucapkannya.

"Sudah waktunya kita memberikan pelajaran pada keluarga cabang dan saudara Zhao Rong," ucap Ethan dengan suara tenang, tetapi penuh dengan determinasi. "Mereka terlalu lama bertindak semena-mena tanpa ada yang menghentikan. Aku tidak akan membiarkan mereka melangkah lebih jauh."

Alex Sing, dengan senyuman kecil di wajahnya, menjawab, "Berikan saja perintahnya. Kalau mereka perlu ditundukkan, aku siap mengincar target."

Victor, yang berdiri dengan tangan bersilang, menambahkan, "Kalau mereka mencoba perlawanan fisik, aku akan pastikan tidak ada satu pun yang bisa melawan balik."

Derek Wu mengangguk perlahan sambil berkata, "Dan jika perlu sesuatu yang lebih halus, aku punya cara untuk membuat mereka tidak bergerak tanpa menyentuh mereka langsung."

Keira, yang memegang laptopnya, menatap Ethan serius. "Aku akan mengawasi keuangan mereka. Jika ada celah, aku pastikan mereka tidak akan bisa bergerak lagi."

Ethan mengangguk puas mendengar kesiapan timnya. "Kita akan mulai dengan mengacaukan fondasi mereka. Keira, awasi aliran dana mereka dan laporkan setiap kelemahan yang bisa kita manfaatkan. Alex, Victor, dan Derek, kalian tahu tugas masing-masing. Jangan beri mereka ruang untuk bernapas. Kita hancurkan terlebih dahulu."

Tim itu menjawab serempak, "Siap, Tuan Ethan!"

Ethan berdiri dan menatap mereka satu per satu. "Ingat, ini bukan hanya soal balas dendam. Ini tentang menegakkan keadilan. Pastikan setiap langkah kita terukur dan tidak meninggalkan jejak."

Dengan semangat baru, tim inti Ethan bergerak menjalankan misi mereka, membawa kehancuran yang tak terhindarkan bagi keluarga Zhao cabang.

 *****

Zhao Lei yang biasanya melangkah dengan percaya diri kini berhenti di tengah lobby perusahaannya dengan wajah penuh keterkejutan. Asistennya, seorang pria muda dengan keringat bercucuran di wajah, berlari menghampirinya dengan napas tersengal.

"Tuan Zhao, ini ... ini bencana," ujar sang asisten dengan suara gemetar. "Mitra bisnis kita dari tiga proyek besar baru saja membatalkan kontrak secara sepihak. Mereka mengatakan sudah menemukan mitra baru."

Zhao Lei membelalakkan matanya. "Apa maksudmu? Mereka tidak mungkin begitu saja memutus kontrak tanpa pemberitahuan!"

"Asisten Liu sudah mencoba menghubungi mereka, tetapi semua panggilan diblokir, dan email tidak mendapat respons," lanjut sang asisten dengan nada penuh kekhawatiran.

Rahang Zhao Lei mengeras. "Bawa semua laporan ke ruanganku. Aku ingin tahu siapa yang berani bermain kotor di belakangku!"

Namun di dalam hatinya, Zhao Lei mulai merasakan firasat buruk. Ia tahu betul siapa yang mungkin berada di balik kekacauan ini — Ethan Long.

Sambil melangkah cepat menuju kantornya, Zhao Lei tidak menyadari bahwa setiap langkahnya telah diawasi dengan rapi oleh tim Ethan yang bergerak tanpa meninggalkan jejak.

Ethan tidak hanya menyentuh fondasi bisnis keluarga Zhao cabang, tetapi juga mulai mengacaukan stabilitas kekuasaan mereka secara sistematis dan tak terhindarkan.

Di ruang kerjanya yang megah, Ethan duduk dengan tenang di balik meja besar berlapis kayu mahoni. Jari-jarinya mengetuk permukaan meja dengan ritme lambat sementara senyum tipis tersungging di wajahnya. Pikirannya melayang pada kenangan kelam milik Ethan Zhao asli.

Zhao Lei. Nama itu mengingatkannya pada luka yang bukan hanya fisik, tetapi juga penghinaan yang sulit dilupakan.

Ethan teringat momen di mana Ethan asli, yang saat itu penuh luka dan tak berdaya, dipaksa untuk menjilat makanan yang jatuh di lantai oleh Zhao Lei. Gelak tawa dari istri dan anak Zhao Lei saat menyaksikan pemandangan memalukan itu masih terngiang jelas di telinganya.

Mata Ethan yang dingin kini berkilat tajam.

"Giliran mereka sekarang yang menjilat debu kehancuran," gumamnya dengan suara rendah namun penuh ketegasan.

Victor masuk ke ruangan dengan laporan terbaru. "Semua rencana berjalan lancar, Tuan Ethan. Kontrak Zhao Lei terus terputus, dan mitra bisnis mereka mulai berpindah ke pihak kita."

Ethan mengangguk ringan. "Pastikan tidak ada jalan kembali untuk mereka. Buat mereka merasakan apa yang pernah aku alami — tanpa ampun."

Victor tersenyum kecil. "Siap, Tuan."

Ethan tahu, ini bukan sekadar balas dendam biasa. Ini adalah penegasan bahwa dia, Ethan Long, tidak akan pernah lagi dipermalukan oleh siapa pun.