Widuri memilih kabur dari rumah, pergi jauh dari keluarga kakeknya yang tiba tiba menjodohkannya dengan sesosok pria yang bahkan tidak dia kenal.
Akibat perbuatannya itu sang kakek murka, tidak hanya menarik uang sakunya yang fantastis, sang kakek juga memblokir kartu kredit, mobil bahkan kartu kartu sakti penunjang hidup dan modal foya foya yang selama ini Widuri nikmati.
Akankah Widuri menyerah ataukah bersikeras pada pendiriannya yang justru membuatnya semakin terjerumus masalah??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kaa_Zee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab.25
"Tiga bulan. Cukup tiga bulan saja, setelah itu aku tidak akan meminta bantuanmu lagi, aku janji ini yang terakhir, setelah semuanya selesai aku akan pergi jauh. Sangat jauh sampai kita tidak akan bertemu satu sama lain," ucap Widuri dengan ekspresi mengiba.
Marcel menggelengkan kepala dengan cepat. Apalagi hanya tiga bulan, tidak bertemu lagi pula. Pokoknya tidak mau.
"Aku tetap tidak tertarik!" Marcel kembali memusatkan diri ke ipad miliknya walau fikirannya berantakan. "Kau bukan tipe ku!" kata itu meluncur tiba-tiba saja guna menutupi keresahan hati.
"Itu mudah saja, kau bisa mencarinya walau pernikahan dilaksanakan. Aku tidak akan mencampuri urusan pribadimu."
"Itu namanya berselingkuh, bukankah pernikahan itu dilakukan di catatan sipil. Semua data akan berubah begitu juga status, semua orang akan menganggap aku tipe suami tidak setia. Reputasiku akan hancur dan aku hanya mendapatkan sebuah saham. Dan juga artinya aku dituntut untuk bekerja memperbaiki perusahaanmu dengan saham yang akan kau berikan itu karena jelas aku tidak akan mungkin diam saja dengan saham itu! Itu yang kau harapkan dengan meminta bantuanku bukan?" kata Marcel panjang lebar.
Mulut Widuri menganga dibuatnya, sejak mengenal Marcel hampir dua bulan. Ini kali pertama percakapan mereka dengan durasi lama, tidak seperti biasanya Marcel juga yang mengeluarkan banyak alasan. Walau tetap lugas dan tentu saja selalu terinci pada titik inti.
Namun Widuri kembali sadar, dia melangkah semakin dekat, "Lalu kau ingin apa? Apa yang kau mau dariku agar kau mau membantu. Katakan, aku akan melakukannya, apapun itu!"
Marcel mendongak ke arahnya, menatap Widuri dengan sangat teliti dari atas sampai bawah kakinya dengan sedikit gusar. Dia menelan saliva, andai saja mampu mengatakannya dan keadaan yang lebih baik mungkin tidak akan menunda-nunda lagi.
Tapi Marcel tidak ingin mengambil kesempatan dari sebuah masalah. Dia ingin semua tampak natural tanpa sebuah keterpaksaan. Berharap rasa cinta yang tumbuh perlahan dihatinya akan bersambut dengan indah.
"Ayo, kenapa kau diam saja!" sentak Widuri yang langsung menatap curiga. "Jangan bilang kau ingin tubuhku ini!" ucapnya dengan lirih.
Marcel bangkit dari duduknya dan berdiri tepat di hadapan Widuri, "Apapun itu kau bilang?"
Widuri mengigit bibirnya pelan, dia salah bicara. Harusnya tidak perlu memancing seperti ini karena pasti akan celaka, seekor kucing sekalipun tidak akan menolak jika disuguhi ikan.
"Kau yakin itu." kata Marcel yang membuat Widuri menundukan kepalanya dan terangguk begitu pelan.
Ya. Apapun itu Widuri akan lakukan agar semuanya berjalan lancar. Hanya Marcel kandidat yang pasti akan direstui kakeknya secara keseluruhan. Materi, kekuasaan dan juga tak kalah penting dia tampan. Tidak akan membuatnya malu didepan Reno demi membuktikan perkataannya walau kenyataannya hanya kepura-puraan.
Marcel berdecih, tidak menyangka sama sekali Widuri rela melakukannya demi mendapat bantuan.
Marcel menarik pelan kaos sabrina yang dikenakan Widuri saat ini hingga bahu putihnya terlihat, menyentuh bahu putih itu dengan lembut hingga bulu kuduk Widuri meremang. Namun gadis itu hanya diam dengan kedua mata terpejam dan jelas detak jantungnya kini berirama.
Perlahan namun pasti Marcel mendorongnya hingga Widuri bersandar ditembok, pria itu juga langsung mengapitkan tangan pada tengkuk Widuri hingga keduanya saling bertatapan.
Widuri menelan saliva, tak kuasa memberikan pemberontakan karena ini pilihannya. Semoga dengan pengorbanan ini semua jalannya terbuka lebar dan terbebas dari permasalahan dengan kakeknya sendiri.
Wajah Marcel semakin mendekat hingga tersisa beberapa inci di depan wajahnya, hembusan nafasnya hangat menerpa dan jantung Widuri semakin cepat berpacu.
Dia memejamkan mata dan siap menerima segala sesuatu yang akan dilakukan Marcel padanya. Perlahan pakaian yang dikenakan Widuri melorot hingga batas dadanya, menampilan garis tengah dari dua benjolan yang terhimpit. Entah apa yang terjadi setelah itu yang pasti Widuri tidak akan menyesalinya.
Namun, Marcel tetap diam tak bergerak bahkan sekedar untuk mencium bibirnya seperti yang dilakukannya beberapa waktu lalu. Pria itu justru mengeratkan kelima jarinya.
"Lihatlah, rendah sekali dirimu ini!" katanya tajam, membuat Widuri memejamkan mata merasa terhina.
"Kau bahkan rela berbuat seperti ini! Murahan!"
Marcel melepaskannya dengan kasar, setelah itu ia mundur namun tetap sejajar dengannya. Pria itu bahkan menampilkan wajah menyeramkan yang tidak sedikitpun berniat membantu.
Widuri yang sebelumnya menundukan kepala kini mendongak, menatap tajam pria tanpa hati nurani didepannya, bulir bening perlahan turun mengaburkan pandangannya.
"Karena aku tidak punya pilihan lain, aku tidak ingin menghabiskan hidupku dengan pria yang bahkan tidak tahu bagaimana caranya hidup sebagai pria sejati. Aku tahu itu hanya sebuah orientasi sek sual yang entah dosa atau tidak. Yang jelas Tuhan menciptakan manusia berpasang-pasangan dan aku yakin kalau di zaman sekarang masih banyak orang yang tidak menormalisasikan hal itu!" teriaknya marah. Dia mendorong dada Marcel dan berjalan ke arah pintu keluar. Percuma meminta bantuan padanya, yang ada dirinya justru dihinakan. Sebelum membuka pintu, dia kembali menoleh ke arah belakang.
"Aku akan mencari jalan dengan caraku sendiri. Ku pastikan kau akan menyesal nanti Marcel!"