Bagi Krittin, pernikahan ini bukanlah tentang cinta—melainkan tentang balas dendam. Bertahun-tahun ia menyimpan kebencian mendalam terhadap keluarga Velora, yang dianggapnya telah menghancurkan keluarganya dan merampas segalanya darinya. Kini, dengan perjodohan yang dipaksakan demi kepentingan bisnis, Krittin melihat ini sebagai kesempatan emas untuk membalas semua rasa sakitnya.
Velora, di sisi lain, tidak pernah memahami mengapa Krittin selalu dingin dan penuh kebencian terhadapnya. Ia menerima pernikahan ini dengan harapan bisa membawa kedamaian bagi keluarganya, tetapi yang ia dapatkan hanyalah suami yang memandangnya sebagai musuh.
Ruang hati sang kekasih adalah kisah tentang pengkhianatan, luka masa lalu, dan perjuangan antara kebencian dan cinta yang tak terelakkan.
bagaimana kisah mereka? yuk kepoin kelanjutan nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yarasary, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2 (prahara yang tak pernah berakhir)
Pagi ini Velora kembali menyiapkan sarapan untuk sang suami. Seperti biasa, ia akan menunggu di meja makan sambil mengamati pintu kamar Krittin yang masih tertutup rapat. Menunggu dengan sabar dan menampilkan senyum indah yang tak luntur menghiasi wajah cantik itu. Hingga tak menunggu lama, sosok pria yang sangat ia cintai muncul bergerak menuruni anak tangga. Dari pintu depan terlihat Jayden yang merupakan asisten pribadi Krittin tengah berjalan menghampiri sang majikan. Menunduk sopan pada Velora yang lekas di balas anggukan kepala juga senyuman lembut.
" Kita berangkat sekarang. " Ucap Krittin pada Jayden.
" Tapi sarapannya sudah siap... " Suara Velora tertahan kala mata elang suaminya menatap tajam tanpa sepatah kata. Siapapun yang mendapat tatapan itu pasti sudah sangat ketakutan detik itu juga, tak berbeda dengan Velora yang seketika bungkam namun tak berniat berhenti membujuk suami nya.
" Apa aku menyuruh mu untuk melakukan itu? " Tanya Krittin datar hendak melangkah pergi namun suara Velora kembali terdengar menyalakan api amarah yang berusaha ia tahan.
" Sayang... " Velora bergerak cepat meraih pergelangan tangan Krittin, belum lama menggenggam namun langsung di tepis kasar oleh sang empunya.
" JANGAN MENYENTUH KU! " bentak Krittin yang sekali lagi membuat Velora tersentak kaget.
" Kenapa? Kenapa aku tidak boleh menyentuh mu, bukankah aku berhak melakukan itu." Ucap Velora, dengan suara bergetar karena perih di tenggorokan akibat menahan air mata yang ingin menerobos keluar.
" Punya hak kata mu? Sejak kapan? SEJAK KAPAN AKU MEMBERIMU HAK UNTUK MENYENTUH KU, APA KAU LUPA AKU SELALU MENYURUH MU UNTUK MENJAUH, MENJAUH LAH DARI KU! APA KAU TAK MENGERTI DENGAN KATA ITU HAH!!" Krittin geram hingga tanpa sadar mencengkeram dagu Velora yang semakin terisak, bahkan tak peduli dengan rintihan wanita itu karena terlalu kuat cengkraman tangan nya.
Velora berhasil lepas, tatapan nya nanar melihat ke arah Krittin yang masih menatap nya tajam.
Krittin mencoba mengatur nafas nya, kembali berbicara dengan nada se normal mungkin "Dan satu yang perlu kau ingat, jangan pernah memanggilku dengan sebutan menjijikkan itu lagi, paham." Ujar nya penuh dengan penekanan.
" Sebenarnya apa yang salah, aku istri mu dan aku... "
" Oh... Jadi karena kamu istri ku makanya kamu bilang berhak menyentuh ku sesuka mu begitu? " Sela Krittin tersenyum sinis.
Melihat ke terdiam an Velora, Salah satu sudut mulut Krittin melengkung ke atas, pandangan mata nya tak berubah masih tajam dan menekan.
" Apa kau juga berharap aku akan menyentuh mu, kau ingin kita melakukan hubungan intim. "
" TUAN. " Bentak Velora yang sudah kehilangan kendali.
" Kau berani membentak ku. "
Prankk...
Guci yang semula terlihat cantik kini sudah tak berbentuk lagi, pecahan nya berserakan. Krittin dengan sadar melempar benda beling itu tepat di sebelah tubuh Velora, hingga tanpa di duga beberapa kepingan beling nya menggores betis wanita itu. Jayden hanya mampu memejam dan menarik nafas, meski bukan pertama kali melihat Krittin menghancurkan barang-barang rumah nya dan membuat istri nya terluka juga ketakutan ketika meluapkan amarah, tetap saja Jayden tak tega melihat Velora yang menangis gemetar.
Padahal aku sudah berusaha untuk menjadi lebih baik, tapi tetap aku yang memulai pertengkaran ini sampai membuat mu kembali emosi, maafkan aku Tin... Sungguh aku tidak berniat membentak mu.
Velora terisak dengan tangan memegang dada nya yang terasa sesak, rasa bersalah menyelimuti nya karena tanpa sadar selalu dia yang menjadi penyebab kebencian Krittin bertambah.
" Sampai kapan kau akan menangis, sudah cukup, kau semakin membuat ku muak. "
Velora sebisa mungkin meredam sesenggukan nya, mendongak untuk melihat sang suami yang sekarang mulai melangkah menjauh dengan langkah cepat dan tenang, tak terburu-buru meski emosi pria itu tak stabil. Jayden mendekat, memunguti beberapa beling yang berserakan hingga tak sengaja netra nya melihat luka menganga di betis Velora yang mengeluarkan darah segar. Sekali lagi Jayden hanya mampu menarik nafas, tak bisa melakukan apapun karena memang ia tak sedang berada dalam posisi bisa memperbaiki hubungan majikan nya yang sudah lama berantakan.
" Sebaiknya anda mengobati luka anda nyonya. " Ucap Jayden dengan tutur kata lembut, tersenyum simpul lalu bergerak cepat menyusul Krittin ke luar.
Tak lama suara mobil Lamborghini Aventador milik Krittin terdengar mulai meninggalkan mansion. Para pelayan yang sejak tadi bersembunyi kini berhamburan keluar mengelilingi Velora, bertanya dengan penuh kecemasan dan bertindak cepat untuk mengobati sang majikan.
" Aku tidak apa-apa, kalian tenang saja. " Ucap Velora setelah berhasil menenangkan diri sendiri dan kembali menampilkan senyum manis nya. meski sakit di hatinya tak dapat ia pungkiri begitu dahsyat hingga membuat kepala nya pening.
" Oh astaga, apa yang sebenarnya terjadi." Gena datang dengan ekspresi terkejut nya, tatapan wanita paruh baya itu berpindah-pindah antara pelayan yang membersihkan lantai dan pelayan lain yang membantu mengobati luka Velora.
" Nyonya bagaimana anda bisa terluka seperti ini? " Tanya Gena setelah mendudukkan diri di samping Velora yang seketika itu di tinggal berdua oleh para pelayan di sana, kembali ke kesibukan masing-masing dan membiarkan sang nyonya mengistirahatkan tubuh dan juga pikiran nya.
" Bukan masalah besar, aku hanya terlalu ceroboh. " Jawab Velora masih dengan senyum tulus yang mengembang indah.
Tapi itu tak dapat membohongi Gena yang langsung tahu setelah melihat pecahan Guci mahal milik majikan nya, meski tak melihat kejadian nya langsung, tetapi Gena sempat melihat tuan besar nya berjalan ke arah mobil dengan wajah merah padam dan tatapan tajam yang menakutkan. Dari situ saja Gena bisa menebak jika pasangan suami istri itu kembali berdebat, perdebatan yang seperti nya tak akan ada habisnya dan berlangsung lama hingga salah satu dari mereka memilih menyerah atau menghilang.
" Nyonya... Apa anda tidak lelah? " Gena tak bisa lagi menahan kesedihan nya, meski Velora tak pernah memperlihatkan itu, ia tahu wanita itu terluka sedalam- dalamnya. Merasa sakit hingga tak mampu membedakan apakah ia bahagia atau sedih karena harus di paksa untuk selalu tersenyum setiap saat agar terlihat kuat.
Velora terdiam, kepala nya tertunduk memikirkan perkataan Gena. Apa aku tidak lelah? Aku juga tidak tahu kenapa aku seakan tak memiliki rasa lelah meski di perlakuan begitu kasar, sekali saja Tin tak pernah bersikap lembut aku tetap tak memiliki kelelahan untuk mengejar nya, aku mencintai nya, sangat amat mencintai dia... Dan mungkin karena itu tubuh ku menolak untuk menyerah.
" Gena..? " Panggil Velora.
" Iya nyonya? "
" Sebenarnya kenapa tuan Krittin menerima perjodohan ini? "
" Untuk itu saya tidak tahu, hanya tuan besar yang mengetahui alasannya, nyonya. " Suara gena lirih penuh perhatian.
" Aku bingung Gena, kenapa dia sangat membenciku. apa mungkin aku tak sengaja melakukan kesalahan... Tapi seharusnya dia memberi tahu ku, aku janji akan berusaha memperbaiki diri. Aku sungguh tak mengerti kesalahan seperti apa sampai tuan Krittin menganggapku Begitu hina... "
" Nyonya, " Gena meraih tangan Velora untuk digenggam erat, mata nya berkaca-kaca ikut merasa sesak setiap kali melihat Velora yang begitu rapuh.
" Aku akan istirahat di kamar, dan tolong jangan beri tahu ayah tentang apapun yang terjadi di sini. " Pinta Velora, mengusap sisa air mata di pipi dan lekas beranjak menuju kamar nya setelah mendengar jawaban Gena.
" Baik nyonya, istirahatlah dengan tenang. " Gena tersenyum sendu melihat punggung Velora yang perlahan menjauh dari pandangan nya. Velora selalu mengatakan itu setiap kali terjadi pertengkaran. padahal meski tak di minta Gena juga tetap akan diam saja. Wanita itu tak mungkin membuat keadaan nyonya muda nya semakin sengsara karena pertengkaran dua kubu. Meski ia sedikit curiga dengan rencana perjodohan yang di lakukan tuan Orion, tapi Gena lebih tak tega melihat tekanan bertambah yang di dapat Velora selain dari suaminya. Gena percaya suatu saat majikan nya pasti akan membuka hati, meski tak tahu kapan waktu itu datang, tapi dengan penuh harap Gena berdoa semoga Krittin bisa secepatnya sadar dan tak menyesali keputusannya untuk berbuat kasar pada wanita yang begitu mencintai nya.
" Tuhan lindungilah mereka semua. "
Next
Terimakasih sudah mampir, btw ini karya terbaru aku setelah lama hiatus. Nggak tau ya apa ini cocok di selera kalian atau gimana? Tapi sungguh sangat senang kalo seandainya kalian terhibur dengan ini.
please like komen dan subscribe
Lop youu