Lusiana menemukan kardus yang berisi bayi kembar, ia pun membawanya pulang dan berinisiatif untuk merawatnya.
Delano Wibisana harus kehilangan istri dan kedua anaknya tepat di hari kelahiran bayi kembarnya. Entah mengapa hari itu setelah melahirkan, istri Delano membawa kedua bayi kembarnya pergi hingga kecelakaan itu terjadi dan menewaskan Karina istri Delano. Lalu dimana anak-anak Delano? sedangkan pada saat evakuasi hanya di temukan Karina seorang diri.
Dilarang plagiat Ok!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon emmarisma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DBJ 6. Masa lalu Lusiana
******
"Maaf nak, melihat mereka saya jadi teringat mendiang cucu-cucu saya." Ujar nyonya Diana sendu.
"Ah tidak apa-apa nyonya, apa anda ingin berkenalan dengan mereka?" Tawar Lusi yang tak enak hati mendadak wajah calon pelanggannya berubah sendu.
"Devan, Davin sini sayang. Eyang mau kenalan sama kalian." Lusi memanggil kedua putranya dengan lembut. Nyonya Diana tersenyum melihat cara Lusi memperlakukan kedua anaknya
"Aku Devano dan ini adikku Davino." Ujar Devan memperkenalkan dirinya dan sang adik.
"Bahkan nama kalian pun hampir sama .." Ucap Diana dalam hati. Air matanya tak terbendung lagi. Ia memeluk tubuh kedua pria kecil yang tampan itu.
"Apa anda baik-baik saja nyonya?" tanya Lusi, Diana mengangguk. Dia terlalu merindukan cucu-cucu yang tak sempat ia peluk dan ia gendong.
"Saya baik-baik saja. Terimakasih sudah mengijinkan saya mengobati rindu saya pada cucu-cucu saya." Ujar Diana, Lusiana mengangguk dan tersenyum ramah.
"Sama-sama nyonya, anda tidak perlu sungkan."
Diana akhirnya mengalihkan kesedihannya pada buku katalog design Lusiana. Matanya tertuju pada design sebuah long dress yang di padukan dengan kain batik. Terlihat simpel namun mewah.
"Kalo yang ini gimana Claire?" tanya Diana seraya menunjuk gambar yang menarik minatnya.
"Terserah mama saja, itu juga bagus." Ucap Claire.
"Ya sudah saya mau yang ini saja nak. Nanti tolong siapkan model untuk anak laki-laki saya. Besok datanglah ke Zenon corporation bilang saja ke resepsionis jika saya sudah membuatkan janji temu dengan Delano anak saya." Ujar Diana, Lusi mengangguk meskipun sebenarnya dia ingin sekali menolak.
Setelah kesepakatan terjadi dan Diana sudah membayar separuh dari harga pemesanan. Lusiana mengantar pelanggannya itu hingga pintu keluar toko. Diana tampak kagum melihat berapa ramainya toko Lusi ini. Padahal menurut informasi dari putrinya jika toko milik Lusi ini terbilang masih baru satu tahun.
"Bagaimana ini?" Lusi mengusap keningnya. Kepalanya mendadak pusing mengingat besok dia harus bertemu dengan seorang laki-laki. Bahkan kepada kakak Lisa saja Lusiana tidak terlalu dekat.
Lusiana bersandar di sofa menatap anak-anaknya.
"Kamu bisa Lusi, lupakan kejadian itu. Jangan diingat-ingat lagi. Tidak semua laki-laki seperti itu."
Lusiana memejamkan matanya dan menutup matanya dengan sebelah tangannya.
Flashback on
Lusiana tinggal bersama ibu dan neneknya di kola Solo, saat itu Lusiana masih berumur 8 tahun, ia melihat ibunya bertengkar dengan ayahnya.
"Apa yang kau katakan Mita, kurang baik apa aku padamu? bahkan aku menerima Lusiana anak harammu dengan laki-laki itu. Laki-laki yang meninggalkanmu demi wanita lain." Hardik Jaka ayah yang selama ini Lusi kira adalah ayah kandungnya.
"Cukup mas, hanya karena dia kau jangan ungkit pria itu lagi. Apa sekarang kau menyesal menikahiku. Jika begitu pergilah dengan wanitamu itu! aku bisa mengurus Lusi sendirian." Pekik Mita ibu Lusiana.
"Ck .. bisa apa kau tanpaku? kau akan beri makan apa ibu dan anakmu?"
"Itu urusanku .. kita selesai. Aku mau kita pisah." Mita meninggalkan Jaka dan pergi entah kemana. Lusiana yang saat itu pulang bermain tanpa sengaja mendengar semuanya. Bahkan ia melihat wajah sang ayah yang selama ini dia sayangi tak ada raut kesedihan yang ada dia terlihat sangat kesal. Setelah pertengkaran itu Jaka keluar rumah lewat pintu belakang dan Lusiana yang penasaran mengikutinya. Mata Lusi melebar saat ayahnya memeluk bibi Karmila janda di samping rumah. Dan tidak tau mengapa seperti ada magnet yang menariknya mengikuti ayah dan janda sebelah rumahnya itu. Setelah bibi Karmila menutup pintunya Lusiana hanya dapat mengintip dari jendela yang terbuka tirainya. Mata Lusi langsung membelalak lebar saat melihat Jaka dengan rakus melakukan hal yang tidak seharusnya dia lakukan pada tetangganya itu. Lusi menutup mulutnya. Air matanya mengalir deras. Saat ini yang ia tahu ayahnya ternyata menghianati ibunya.
Semenjak kejadian itu Lusi selalu menggosok-gosok tubuhnya. Ia merasa jijik pernah berdekatan dengan Jaka ayahnya. Hingga suatu ketika Jaka datang dan tiba-tiba memeluknya, namun sikap skeptis yang Lusi tunjukkan pada Jaka, Lusiana berteriak histeris hingga membuat Mita dan ibunya masuk. Lusi dijauhkan dari Jaka, Mita begitu khawatir melihat Lusiana seperti itu. Saat ditanya pun Lusi memilih diam semalaman badan Lusi panas, ia terserang demam hingga di larikan ke rumah sakit karena kejang.
Mita akhirnya tetap menggugat cerai Jaka. Meskipun ia masih mencintai Jaka, tapi apa yang Jaka perbuat tak berbeda jauh dengan ayah kandung Lusiana dan itu sudah membuat Mita cukup kecewa dan marah.
Hanya karena miskin mereka para laki-laki itu menginjak harga diri ibunya. Itulah mengapa cita-cita Lusi hanya ingin sukses dan kaya agar tidak ada seorang pun yang bisa menginjak harga dirinya.
Bahkan setelah berpisah dengan Jaka, ibu Lusi menjual rumah satu-satunya peninggalan almarhum ayahnya, Mita mengontrak rumah dan sisa penjualan rumah itu ia belikan ruko kecil di sudut kota. Mita mulai membuka usaha kecil-kecilan di bidang bakery. Awalnya kehidupan mereka sangat sulit. Karena tidak mudah membuka usaha baru dengan modal seadanya. Namun semua tak membuat Mita putus asa. Meskipun kini tokonya sudah mulai dikenal banyak orang namun tetap saja tak membuat Lusi bangga. Ia hanya ingin menjadi lebih kaya lagi. Hanya untuk membalas rasa sakit hatinya pada pria-pria masa lalu ibunya. Dan itulah sebabnya kenapa Lusi tidak ingin berdekatan dengan laki-laki.
Flashback end
Keesokan harinya Lusi sudah bersiap untuk ke Zenon Corporation tapi kedua putranya terus menangis dan merengek ingin ikut. Lusiana mendesah berat. Rasanya dia benar-benar gemas dengan tingkah kedua anaknya itu.
"Baiklah tapi janji sama bunda kalian tidak boleh nakal dan tetap berada di dekat bunda. Kalian mengerti?"
"Iya bunda .. " Jawab keduanya dengan wajah berbinar.
Akhirnya Lusi dan kedua putranya berangkat dengan memakai sarana transportasi taksi. Ia tak ingin membawa anak-anaknya naik motor karena bisa saja mereka akan banyak polahnya dan hal itu berbahaya sekali.
Lusi tiba di alamat yang nyonya Diana berikan, seketika kerongkongannya terasa kering, Lusiana kesulitan menelan salivanya. Ia mengingat betul kantor megah di hadapannya ini.
"Ya Allah, kenapa harus di sini?"
"Bunda kenapa? panas ya bunda?" Tanya Davin melihat Lusiana mengusap keningnya. Lusiana tersenyum kaku.
"Enggak sayang, bunda cuma gugup."
Akhirnya dengan langkah gontai Lusiana mencapai meja resepsionis.
"Selamat siang mbak, saya ingin bertemu dengan tuan Delano." Ucap Lusiana sopan kearah resepsionis cantik yang ada di hadapannya.
Resepsionis itu memandang Lusiana remeh. Ia mengira Lusiana adalah wanita yang ingin menggoda bosnya.
🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹
Selamat membaca 🥰🥰
like komen dan Giftnya jangan lupa ya guys.
favorit
👍❤
Lusi kan masih polos, masih muda
masak dapet suami udah tua duda pula
jahat bgt sih aku ini😭😭