Dia Bukan Janda
********
Lusiana Pov
Hai, aku Lusiana usiaku 18 tahun bulan Mei lalu. Meskipun aku masih muda, namun tidak ada satupun orang yang bisa menghalangi diriku meraih mimpiku yaitu menjadi orang kaya. Ha..ha..ha ... mimpi yang sebenarnya kebanyakan orang mau menjadi kaya. Namun alasanku lain, ada hal yang membuatku merasa harus menjadi kaya sebagai pembuktian pada mereka yang sudah memandang keluargaku dengan sebelah mata. Hanya karena kesederhanaan kami, mereka selalu mengatai kami miskin.
Meskipun usiaku baru 18 tahun jangan pernah remehkan kemampuanku dalam mencari Uang. Karena sejak usiaku 16 tahun aku terjun langsung menjadi reseller beberapa agen pakaian kekinian untuk teman-teman sekolahku. Bahkan guruku pun ikut menjadi pelanggan setiaku. Hasil dari jualan selalu aku sisihkan, setiap terkumpul dalam sebulan aku selalu memasukkannya ke bank. Selain itu aku juga seorang writter di sebuah aplikasi novel online. Yah lumayan lah, penghasilannya bisa buat tambah-tambah uang jajan. Aku bahkan bisa membeli laptop sendiri setelah beberapa karyaku mendapat kontrak dari platform.
Aku gadis yang pandai bergaul. Namun aku selalu menghindar terhadap teman laki-laki. Entah mengapa setiap berdekatan dengan sosok laki-laki membuatku merinding. Karena ada kisah yang belum bisa aku ungkap tentang ayahku yang menjadikanku sedikit ilfil terhadap laki-laki.
*
*
*
Delano Pov
Aku Delano Wibisana usiaku 27 tahun. Aku adalah pebisnis yang memiliki jam kerja tinggi. Aku sudah menikah dengan wanita yang selama ini aku cintai. Kebahagiaan kami bertambah saat ku tahu istriku sedang hamil, dan yang lebih membuatku tak sabar menanti kelahiran mereka karena istriku akan memiliki bayi kembar.
Ya bayi kami di ketahui kembar sejak usia kandungan istriku menginjak usia 4 bulan. Aku tak heran karena istriku memang memiliki saudari kembar yang katanya lahir terpaut 20 menit lebih dulu darinya.
Tapi aku tak menyangka, dihari yang seharusnya Aku bahagia menanti kelahiran buah hati kami. Adalah menjadi hari terakhirku melihat istriku tanpa bisa melihat anak-anakku. Saat itu aku belum tiba di rumah sakit karena harus meeting dengan beberapa klien. Dan aku mendapat kabar dari ibuku jika istriku telah melahirkan dengan selamat kedua bayi kembar kami yang berjenis kelamin laki-laki. Namun beberapa jam kemudian ibuku kembali menelepon dan histeris karena istriku membawa cucu-cucu ibuku pergi mengendarai mobil dengan kencang tanpa bisa di cegah. Dan tak lama sore harinya aku mendapatkan kabar jika istriku ditemukan meninggal dalam kecelakaan tunggal dan anak-anakku tidak ada di dalam mobil itu. Lalu kemana mereka?
Author Pov
Lusiana sedang duduk bersandar di sebuah taman yang tak jauh dari rumah kontrakannya. Sayup-sayup dia mendengar suara tangisan bayi dan bersahutan. Tubuh Lusi seketika merinding karena hari memang hampir gelap apalagi suasana sangat sepi saat itu karena hari akan hujan.
Namun karena rasa penasarannya Lusiana mencari ke sumber suara tangisan bayi itu. Mata Lusiana tertuju pada kardus besar yang ada di dekat pohon. Ia lalu mendekatinya karena memang suaranya berasal dari sana. Mata Lusiana membola seketika melihat ada dua bayi yang masih merah berada di dalam kardus itu.
Bunyi petir semakin menggelegar dan gerimis mulai turun. Tanpa berpikir panjang Lusiana mengangkat kardus itu dan membawanya pulang ke rumah kontrakannya. Beruntung dia mengontrak di ujung jalan dan ia tak banyak memiliki tetangga karena kebanyakan mereka bekerja dan jarang ada di kontrakan.
Lusiana dengan tangan bergetar mengangkat bayi bayi itu dan meletakkannya Di kasur. Di dalam kardus ada diapers, beberapa potong baju, dan yang lebih mencengangkan ada amplop berwarna coklat berisi uang yang tebal.
"Bagaimana ini? apa yang harus aku lakukan pada kalian?" gumam Lusiana. Saat itu juga Lusiana teringat dengan teman sekolahnya yang ibunya adalah seorang bidan. Kedua bayi itu kembali tenang saat mereka menghi_sap jari tangan mereka sendiri. Lusi mengeluarkan ponselnya dan melakukan panggilan.
"Halo Lusi ada apa?"
"Aku butuh bantuan Lisa .. "
"Bantuan apa jika aku boleh tahu?"
"Bisakah kau menanyakan pada ibumu susu apa yang bagus untuk bayi baru lahir sedangkan asi dari ibunya tidak keluar sama sekali." Bohong Lusi dan beruntungnya Lisa mempercayai ucapannya.
"Kata ibuku banyak merk tapi jika kau mau yang bagus kata ibuku belikan susu merk ini L**cto****."
"Baiklah, lalu dotnya bagaimana?"
"Sebenarnya kau bertanya seperti itu ada apa? apa kau habis melahirkan?"
"Lisa, bisakah kau bawa ibumu kemari. Ada banyak hal yang ingin aku tanyakan pada ibumu."
"Ok .. tunggu sebentar aku akan segera kesana." Lisa langsung menutup sambungan teleponnya.
Jantung Lusiana berdebar kencang. Ia dalam dilema sekarang. Jika ia serahkan anak-anak ini pada polisi ia khawatir jika nantinya mereka hanya akan di taruh di panti asuhan. Lusiana menatap sedih kearah dua bayi itu. Tak lama pintu kontrakan Lusiana di ketuk, Lusiana bergegas membuka pintu. Saat melihat Lisa dan ibunya Lusiana langsung menengok kiri dan kanan lalu menarik tangan mereka dan memasukkannya ke rumah kontrakannya.
Mata Lisa dan ibunya membulat saat melihat ada 2 bayi ada di atas ranjang Lusiana.
"Ini bayi-bayi siapa Lusi?" tanya ibu Lisa.
"Bu, Lusi bakalan cerita semuanya tapi ibu tolongin Lusi." Ujar Lusiana dan ibu Lisa mengangguk.
"Tadi Lusi nemuin mereka bu, di dalam kardus dan ditutupi semak-semak. Lusi ga tega bu, jadi Lusi bawa pulang mereka. Lusi ingin melaporkan mereka tapi Lusi pikir jika Lusi bawa mereka ke kantor polisi Lusi ga tega jika mereka ditaruh di panti asuhan. Ibu bisa bantu Lusi ga?"
"Apa ..? Tega banget sih yang buang mereka." Seru Lisa marah. Namun beberapa menit kemudian gadis itu sudah sibuk menoel pipi dua bayi itu.
"Bantu apa Lusi, merawat bayi itu ga gampang Lusi, apalagi ini dua bayi. Kesulitan kamu akan bertambah kali lipat." terang ibu Lisa.
"Lusi akan belajar Bu, yang penting ibu mau bantu Lusi. Please bu cuma ibu harapan satu-satunya Lusi." Ujar gadis itu terus mengiba. Lisa tak memperdulikan percakapan ibu dan sahabatnya. Ia seolah tersihir dengan wajah tampan bayi-bayi itu.
"Bantu apa nak?" tanya ibu Lisa pasrah, susah memang membujuk sahabat putrinya itu karena gadis itu memang sedikit keras kepala.
"Pertama bantu Lusi mengurus mereka bu, Ibu ajari Lusi pokok-pokok yang harus Lusi lakukan untuk merawat mereka." Kata Lusi.
"Baiklah, ini tadi ibu bawa sampel susu tapi ibu tidak bawa dot." Ujar Ibu Lisa mengalah.
"Ga apa-apa bu, biar Lisa yang cari dotnya." Sahut Lisa.
"Beli tambahan susunya satu kardus dan beli 4 dot yang sama persis seperti milik Bumi ya." Kata ibu Lisa. Lusiana segera mengambil tasnya dan menyerahkan beberapa uang pada Lisa, uang yang seharusnya ia tabung di bank seperti biasanya.
"Lusi, ini tanggung jawab yang berat. Kau harus mengurus mereka membesarkan mereka kau akan kehilangan separuh kebebasanmu. Dan lagi kelak siapa yang akan mau menikah denganmu jika kau memiliki anak diluar nikah." Ibu Lisa mencoba berbicara lagi pada gadis itu. Ia takut gadis itu hanya bersemangat diawal saja.
"Aku sudah punya mereka. Aku bisa cari penghasilan sendiri Bu, aku tidak butuh ada pria yang mau menikahi ku. Karena memang aku tidak ada niatan mau menikah." ---- Lusi
Setelah kepergian Lisa, Lusiana kembali berucap. "Bantu Lusi juga untuk membuat surat kelahiran untuk mereka Bu!"
💫💫💫💫💫💫💫💫💫
Cerita baru semoga kalian suka ya.
jempolnya di tekan dan jangan lupa vote dan gift nya. 🥰🥰🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 130 Episodes
Comments
Mas Sigit
mampir kk
2024-09-23
0
Zerro007
pengalaman pribadi😅😅
2024-09-18
1
Zerro007
ikut suprt novelnya...👌
2024-09-18
1