Blurb :
Ling, seorang Raja Legendaris yang bisa membuat semua orang bergetar saat mendengar namanya. Tak hanya orang biasa, bahkan orang besar pun menghormatinya. Dia adalah pemimpin di Organisasi Tempur, organisasi terkuat di Kota Bayangan. Dengan kehebatannya, dia dapat melakukan apa saja. Seni beladiri? Oke! Ilmu penyembuhan? Oke! Ilmu bisnis? Oke!
Namun, eksperimen yang dia lakukan menyebabkan dirinya mati. Saat bangun, ternyata ia bereinkarnasi menjadi pria bodoh dan tidak berguna yang selalu dihina. Bahkan menjadi tertawaan adalah hal yang biasa.
Popularitas yang selama ini ia junjung tinggi, hancur begitu saja. Mampukah ia membangun kembali nama besarnya? Atau mungkin ia akan mendapat nama yang lebih besar?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Daratullaila 13, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Raja dan Ratu Legendaris
Di dalam rumah sakit, suasana terasa tenang ketika seorang wanita anggun dan cantik memasuki ruangan Wuzhou. Dengan senyuman hangat, ia melangkah maju dan mengambil tempat di samping Wuzhou.
"Bagaimana kabarmu? Apakah kau sudah merasa lebih baik?" tanya Chen Lin sambil memeriksa suhu tubuh Wuzhou dengan penuh perhatian.
"Sudah, Bu. Aku merasa lebih baik," jawab Wuzhou sambil tersenyum lebar.
"Bu, kakak tidak mengurungku di lemari pendingin," ucap Wuzhou, teringat pada ancaman Ling tadi.
Lin mengangguk, tampak mengerti dengan situasi yang terjadi. "Aku mengerti. Apa kata dokter tentang keadaanmu?" tanya Lin lagi, menunjukkan kepeduliannya.
"Aku meminta untuk bisa pulang lebih cepat, dan dokter mengatakan bahwa aku hanya perlu beberapa hari lagi di sini sebelum bisa kembali ke rumah. Aku tidak ingin terlalu lama meninggalkan sekolah," jawab Wuzhou, suaranya sedikit meredup.
"Kesehatanmu adalah prioritas utama. Kamu akan dirawat di sini sampai benar-benar sembuh. Aku juga akan mengirimkan seorang guru privat untuk mengajarkanmu pelajaran yang tertinggal. Mengenai materi sekolah, aku akan menghubungi langsung pihak sekolah untuk memastikan kamu mendapatkan semua yang kamu perlukan. Fokuslah pada pemulihanmu dulu," ucap Lin sambil mengelus lembut rambut Wuzhou, memberikan rasa nyaman.
"Terima kasih, Bu," jawab Wuzhou dengan wajah bahagia. Ia merasa sangat beruntung memiliki ibu yang begitu menyayanginya dan mendukungnya sepenuhnya.
Kemudian, Chen Lin mengeluarkan sebuah map kuning dan menyerahkannya kepada Wuzhou. Di bagian depan map tersebut, tertulis jelas 'Chen Company' dengan huruf besar.
Dengan hati-hati, Wuzhou membuka map itu dan mengeluarkan dokumen di dalamnya.
Penolakan kontrak? pikirnya dalam hati, merasa terkejut dengan isi dokumen yang dilihatnya.
"Maaf, Nak. Proposal yang kamu ajukan telah kami tolak karena beberapa alasan, terutama karena kamu masih dalam masa sekolah. Terlebih lagi, kamu sudah memasuki tahun terakhir, jadi pasti akan sulit bagimu untuk menangani banyak hal sekaligus. Kami menghargai bakatmu yang luar biasa, dan proposal yang kamu buat juga sangat mengesankan. Chen Company sangat berterima kasih padamu atas semua bantuan yang telah kau berikan dalam mengembangkan perusahaan. Namun, kami percaya kamu perlu lebih fokus pada pendidikanmu saat ini," ucap Lin dengan lembut, berusaha untuk memberikan pengertian yang baik kepada Wuzhou.
Wuzhou menggenggam erat file yang ada di tangannya, mencoba menahan emosi yang berkecamuk di dalam hati. "Baiklah, Bu, aku mengerti," ujarnya dengan usaha tersenyum, meskipun senyumnya itu tidak mampu menyembunyikan rasa frustrasinya.
"Bagus, itu saja untuk saat ini. Guru privatmu akan mulai datang besok dan membawakan materi pelajaran untukmu," kata Chen Lin sambil berdiri, meraih tas kecilnya. Ia melangkah keluar dari ruangan, meninggalkan Wuzhou dalam keadaan yang masih penuh dengan gejolak.
Setelah pintu tertutup, Wuzhou merasakan kemarahan yang membara di dalam dirinya. Ia menggertakkan giginya dan merobek-robek file yang kini menjadi sisa-sisa kertas. Rasa marahnya semakin membara. Bagaimana mungkin proposal yang telah ia kerjakan dengan penuh dedikasi dan tanpa henti itu ditolak begitu saja? Alasan klasik yang dianggap sepele itu jelas-jelas meremehkan usahanya hanya karena ia masih seorang pelajar.
Di tengah kegundahannya, Lu Yan memasuki ruangan dan segera menangkap ekspresi suram di wajah Wuzhou. Tanpa ragu, ia meraih kertas-kertas yang telah robek di tangan Wuzhou.
"Penolakan kontrak? Apa ini? Chen Company menolak proposalmu?" tanya Yan dengan nada emosional, merasakan ketidakadilan yang dialami temannya.
"Mengapa mereka bersikap tidak adil seperti ini? Mereka pasti takut jika aku akan menjadi lebih hebat dari mereka. Apa yang kurang dari proposalku? Kenapa mereka menolaknya?" Wuzhou tidak bisa menahan kemarahannya, berontak dan melemparkan segala benda yang ada di sekelilingnya.
Melihat kemarahan yang meluap-luap itu, wajah Lu Yan berubah merah. Ia merasa kesal, mengetahui bahwa Chen Lin melakukan semua ini demi Ling. Kenapa sampah keluarga itu masih saja mendapat perlindungan?
"Tenanglah, Wuzhou. Tidak ada yang bisa menandingi bakatmu. Ingat, kamu masih memiliki kesempatan untuk bergabung dengan Luo Company. Beritahukan saja kepada ayahmu, dan dia pasti akan mendukungmu. Tidak ada yang bisa menandingi ide-ide brilianmu. Percayalah, orang-orang di luar sana tahu mana yang berharga dan mana yang tidak," kata Lu Yan sambil merangkul Wuzhou, berusaha menenangkannya.
Mendengar kata-kata dukungan dari Lu Yan, Wuzhou merasa sedikit tenang.
*
Setelah selesai memindahkan semua rumput, Ling kembali melanjutkan perjalanannya di pasar. Ia masih membutuhkan beberapa tanaman tambahan untuk meramu ramuan yang diinginkannya.
Ia melangkah menuju sebuah toko kecil yang nyaris tidak terlihat jika tidak diperhatikan dengan seksama.
"Lho, sejak kapan ada toko ramuan di sini?" Liam bertanya, keheranan. Kebanyakan dari toko-toko ramuan di daerah ini merupakan milik keluarganya sendiri, dan ia tidak pernah melihat toko yang satu ini sebelumnya.
"Seharusnya kau lebih memperhatikan hal-hal kecil di sekitarmu," balas Ling dengan nada menohok, membuat Liam merasa tersentak oleh pernyataannya.
Ling pun meraih sebuah botol biru kecil yang berada di atas meja penjual. Ia membuka tutupnya dan menghirup aroma yang keluar dari dalam botol.
"Berapa harga ramuan ini, Paman?" tanya Ling kepada penjual yang tampak kurang ramah.
"Kau tampaknya cukup ahli. Harganya lima ribu koin," jawab penjual tersebut sembari mengamati Ling dengan seksama.
Liam langsung merasa tidak terima mendengar harga yang ditetapkan. "Ramuan sekecil ini lima ribu koin? Apakah kau senang korupsi begitu banyak?" Ia tidak bisa menahan protesnya.
Namun, Ling sudah mengambil langkah lebih cepat. Ia mengeluarkan sisa uangnya dari kunjungan ke salon sebelumnya dan membayar tanpa ragu. "Terima kasih untuk diskon 50% yang kau berikan," ujarnya, lalu dengan cepat keluar dari toko dan menyeret kerah baju Liam, menariknya untuk mengikuti.
"Tunggu! Bagaimana kau bisa tahu?" tanya penjual itu, terkejut. Ia memang benar-benar memberikan Ling diskon karena kemampuan bocah itu dalam mengenali ramuan yang berkualitas.
Ling tidak menjawab pertanyaannya. Sebagai gantinya, ia memasukkan tangan ke dalam sakunya dan melirik penjual itu dengan tatapan tajam. "Cobalah berendam dengan rumput Gruv selama seminggu berturut-turut. Darahmu yang menggumpal akan mengalir dengan lancar. Kau akan kembali sekuat sebelumnya," ia menasihatinya, seolah mengetahui keadaan penjual itu.
Mendengar pernyataan Ling, penjual tersebut tampak semakin terkejut. Penyakit yang dideritanya hanya dia yang tahu. Bagaimana bisa seorang bocah, yang baru sekali bertemu, bisa mengetahui hal itu tanpa melakukan pemeriksaan tubuhnya?
Ling terus menarik Liam menjauh dari toko tersebut, tanpa menoleh. Namun, Liam merasa penasaran dan berbalik untuk melihat penjual yang tadi. Ia melihat penjual itu melambai dengan wajah ceria.
Apa-apaan ini? Mengapa dia terlihat begitu ramah setelah sebelumnya bersikap galak? batin Liam, merasa bingung dengan perubahan yang terjadi.
Mereka berhenti sejenak setelah menjauh dari keramaian. Ling memasukkan botol ramuan yang baru dibelinya ke dalam saku. Ia menatap Liam dengan ekspresi malas, seolah mengharapkan jawaban segera.
"Bicara," perintahnya dengan nada yang mendominasi.
Liam merasa sedikit goyah di hadapan Ling. Suara Ling seolah mengguncang kepercayaannya.
"Ramuan sekecil itu seharusnya hanya dihargai 1.000 koin. Bagaimana bisa ia dijual seharga 5.000 koin? Bahkan setelah diskon 50%? Jadi, harga aslinya 10.000 koin? Hanya ramuan tingkat tinggi yang seharusnya memiliki harga semahal itu. Walau kau tidak terlalu pintar, seharusnya kau bisa membedakannya. Ah, mungkin aku terlalu berharap banyak padamu," Liam meluapkan kekecewaannya.
Ling mengangguk, tampak memahami. "Awalnya, aku ingin menggunakan ramuan itu untuk diriku sendiri. Namun setelah mendengarkan nasihatmu yang sangat bermanfaat, sepertinya ramuan ini lebih cocok untukmu. Jangan lupa untuk meminumnya sebelum tidur," katanya sambil mengeluarkan botol ramuan dari sakunya. Ia kemudian beranjak pergi, meninggalkan Liam yang masih terperangah.
"Ling, tunggu!" Liam tersadar dan segera mengejar Ling yang sudah semakin menjauh.
*
Sementara itu, setelah mereka pergi, dua wanita melangkah keluar dari mobil yang terparkir di samping mereka. Salah satu wanita tampak tegas dan menawan, sedangkan yang lainnya terlihat santai, tetapi memiliki daya tarik yang sulit dijelaskan. Kehadiran mereka berdua seolah membawa aura keberuntungan.
Mereka adalah dua wanita yang sebelumnya ditemui Liam di lift rumah sakit.
"Ramuan sekecil itu dijual seharga 10.000 koin? Cih, hanya orang bodoh yang mau membelinya," ucap Yu Bin dengan nada menghina. "Sayang sekali, Tuan Muda dari keluarga Chen sebodoh ini," lanjutnya sambil menggelengkan kepala.
"Belum tentu begitu. Kau tidak bisa hanya menilai dari penampilannya saja," balas wanita di sebelahnya, memberikan senyuman tipis.
Yu Bin menghela napas, merasa jengkel. Mereka telah melihat sendiri dari dalam mobil bahwa itu hanyalah ramuan kecil. Bahkan Liam, yang dikenal sebagai ahli ramuan, menyatakan bahwa orang yang membeli pil itu bodoh. Seorang ahli ramuan pasti tidak akan salah dalam menilai sesuatu.
Tiba-tiba, Yu Bin teringat sesuatu. "Nona Zhuo, apakah kau sudah mendengar berita terbaru dari Kota Bayangan?" tanyanya dengan rasa ingin tahu.
Zhuo Xia hanya mengangkat kepalanya, menunjukkan sedikit ketertarikan. Melihat reaksinya, Yu Bin melanjutkan, "Raja legendaris dari Organisasi Tempur telah meninggal. Sekarang organisasi itu malah bersembunyi. Keseimbangan di Kota Bayangan sedikit terganggu. Biasanya, merekalah yang menjaga keamanan. Ketika mereka menghilang, tentu ini menjadi tugas kita."
Yu Bin kembali tersentak. "Andai saja dia belum mati, aku pasti bisa melihat raja dan ratu legendaris," ucapnya sambil melirik Zhuo Xia.
sibuk mengurusi orang lain, mengabaikan orang yang mencintai nya yg melakukan apapun untuk dirinya, saya rasa MC termasuk dalam katagori ap normal
Ya,, orang iri memang susah untuk membuka mata dan hati.