NovelToon NovelToon
My Beautifull Ugly Wife

My Beautifull Ugly Wife

Status: sedang berlangsung
Genre:Konflik etika / Diam-Diam Cinta / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:4.2k
Nilai: 5
Nama Author: Siska

Jelita Parasnya, wanita cantik yang berpura-pura tampil jelek agar suaminya tidak mencintainya.

Sakura Lerose, pria tampan yang tak pernah tahu bahwa istri jeleknya sedang menjebaknya untuk berkencan dengan wanita cantik.

Siapakah yang akan terjebak dalam jebakan cinta ini?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siska, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

021 - Memulai Kencan Jebakan

Jelita mengulas senyumnya, ia sungguh masih tak percaya bahwa pria itu begitu mudah terprovokasi.

Mengapa rasanya mudah untuk menjebak pria itu dalam rencana Jelita yang begitu berbahaya?

Jelita mengajak pria itu untuk pergi kencan yang menantang adrenalin, dan pria itu menyetujuinya.

Jelita benar-benar harus waspada karena Saka adalah pria yang begitu licik. Jangan sampai ujung-ujungnya, justru pria itu yang menjebak Jelita.

Jelita sudah berada di ruang tunggu keberangkatan internasional saat Saka datang menghampirinya.

Saka menghampiri wanita yang menjanjikannya untuk pergi ke tempat kencan yang menantang adrenalin.

Saka pun berpikir, apakah wanita ini sungguh seorang profesional yang bahkan mengajak kencan haruslah ke luar negeri?

Saka tidak banyak bertanya dan hanya menyetujuinya saja. Ia hanya ingin tahu permainan macam apa yang sedang disiapkan oleh wanita itu.

"Tuan, kita akan bertemu lagi nanti," kata Jelita pada Saka.

"Apa maksudmu?" tanya Saka.

"Penerbangan saya masih menunggu tiga jam lagi, jadi Anda bisa pergi lebih dulu," jawab Jelita.

"Huh?! Apa Anda sedang mencoba menipu saya?" tanya Saka keheranan.

"Saya tidak menipu Anda," jawab wanita itu sambil memperlihatkan tiket di tangannya.

"Karena kita menyiapkan akomodasi masing-masing, maka inilah yang terjadi, tapi tujuan kita tetap sama, dan kita akan melanjutkan kencan kita setibanya di tempat tujuan," wanita itu melanjutkan.

Saka menatap wanita itu dengan tatapan tidak percaya.

Wanita itu menolak saat Saka menawarkan untuk membiayai perjalanan mereka.

Jelita tentu tidak mau pria itu sampai meminta identitas asli Jelita, makanya Jelita bersikeras untuk membayar masing-masing saja.

"Bagaimana Anda bisa menjamin bahwa Anda tidak menipu saya? Memangnya apa yang bisa Anda jaminkan?" tanya Saka.

"Saya bahkan tidak tahu siapa nama Anda," kata Saka.

Wanita itu kembali tersenyum.

"Tuan, kita masih punya sembilan kali kencan yang bisa menjadi jaminan.”

"Lalu, ngomong-ngomong, nama saya.. Pretty," ucap wanita itu.

"Pretty?" alis Saka terangkat sebelah.

Jelita mengulas senyumnya, hanya kata itu yang terpikirkan dalam benak Jelita. Memang terdengar sangat norak, tapi, nama itu menjadi identitasnya yang baru di depan Saka.

"Siapa nama Anda?" tanya Jelita berpura-pura.

"Saka," jawab Saka dengan singkat.

"Baiklah, Tuan Saka, sampai bertemu lagi di negara tujuan," pamit Jelita.

Jelita segera mendorong kopernya untuk pergi meninggalkan Saka.

"Hmm, serius nama dia Pretty?” gumam Saka.

...***...

Saka kesal karena saat ini yang dialaminya sungguh di luar ekspektasi.

Mengenai hal yang ia bayangkan ketika wanita itu memprovokasi dengan mengatakan bahwa mereka akan pergi kencan yang benar-benar menantang adrenalin mereka.

Dalam benak Saka, ia membayangkan petualangan liar bersama wanita asing yang membuatnya sangat tertantang, terlebih wanita itu nampaknya seorang penggoda profesional yang begitu berani dan percaya diri.

Jauh-jauh mereka menyambangi negara tetangga hanya untuk pergi mengunjungi pusat hiburan dan rekreasi keluarga yang lokasinya berada di puncak kawasan pegunungan.

Dan sekarang, di sinilah Saka. Ia duduk di sebuah wahana permainan raksasa berbentuk pesawat tempur ruang angkasa. Ia tak bersemangat, berbeda dengan wanita di sampingnya yang terlihat begitu antusias.

"Inikah yang kau sebut kegiatan yang menantang adrenalin?" tanya Saka dengan nada sinis.

"Kau takut?" tanya Jelita.

"Aku takut pada permainan anak-anak begini?" Saka menjawab dengan nada sinis.

"Sungguh mengecewakan karena tidak sesuai dengan ekspektasiku," lanjut pria itu.

"Memangnya kau mengharapkan yang seperti apa?" tanya Jelita dengan nada provokatif.

"Yang jelas bukan memainkan permainan anak-anak seperti ini!" jawab Saka.

"Kita lihat saja, apakah permainan ini memang adalah permainan anak-anak.”

Saka kembali melihat senyum wanita itu nampak mengejeknya.

"Hands up!"

Terdengar perintah dari petugas wahana.

Jelita mengangkat kedua tangannya dan secara otomatis sabuk pengunci tubuh pemain segera terkunci.

Petugas wahana permainan berkeliling memastikan sabuk pengunci tubuh pemain benar-benar mengunci tubuh setiap pemain.

"Menantang adrenalin apanya? Permainan anak-anak begini sungguh konyol!" cibir Saka.

Terdengar alarm berbunyi dan wahana permainan pesawat raksasa itu mulai bergerak perlahan.

Saka terdiam saat wahana pesawat yang tadinya bergerak perlahan, seketika berubah menjadi kencang.

Teriakan histeris setiap pemain wahana mulai terdengar.

Saka ingin berteriak kencang saat wahana melaju semakin cepat, berputar hingga tiga ratus enam puluh derajat dalam kecepatan tinggi.

"Hahaha!"

Saka menoleh ke arah wanita di sampingnya yang justru tertawa menikmati wahana permainan.

Tidak! Turunkan aku! Turunkan!

Saka kembali menjerit dalam hati saat wahana pesawat menukik turun, membuat kakinya terangkat di udara dan kepalanya nyaris menghantam lantai.

"Haha! Seru sekali!"

Jelita bertepuk tangan saat turun dari wahana pesawat.

Ia menoleh ke arah Saka yang masih duduk terdiam dengan wajah merah padam seakan semua darah bermuara di wajah pria itu.

Jelita bisa melihat dengan jelas, tubuh Saka yang tinggi menjulang bak dihantam angin kencang saat pria itu mencoba berdiri, menginjak kembali lantai.

"Bagaimana? Seru sekali kan?!"

Saka melemparkan tatapan sinisnya ke arah wanita itu.

Ia berusaha menyembunyikan kakinya yang masih gemetaran.

"Apanya yang seru dari mainan anak-anak?!" ketus Saka.

"Hmm begitu ya, kalau begitu, mari kita naiki wahana yang itu.”

Jelita menunjuk wahana permainan berupa menara histeria di mana seluruh pemain akan menjerit histeris saat dihempaskan dari ketinggian yang membuat Saka terdiam.

Saka memperkirakan ketinggian menara histeria mencapai lima puluh meter.

Ini bukan hanya menantang adrenalin! Tapi menantang nyawa! Saka berteriak dalam diam.

"Ayo lekas, mumpung belum antri," ajak Jelita.

Saka tidak mungkin bisa menolak ajakan wanita itu, saat ini ia harus menunjukkan keperkasaannya sebagai seorang pria yang tak akan gentar hanya gara-gara naik wahana permainan anak-anak.

...***...

"Huekk! Huekk!!"

Jelita mengulum senyumnya saat membiarkan Saka muntah di rerumputan yang ada di taman.

Pria itu tak sanggup menahan rasa mualnya begitu turun dari wahana menara histeria.

Saka merasa separuh nyawanya masih tertinggal di atas menara histeria yang berhasil menghancurkan rasa gengsinya untuk tidak menjerit histeris.

Rasanya dihempaskan secara mendadak dari ketinggian lima puluh meter tentu membuat tubuhnya terguncang keras, bahkan nyawanya seakan dicabut secara paksa untuk meninggalkan raganya.

"Minumlah teh jahe ini.”

Jelita menyodorkan gelas kertas berisi teh jahe hangat untuk Saka yang sudah selesai memuntahkan isi perutnya.

"Kau tidak menambahkan racun di dalam teh ini kan?" tanya Saka.

Jelita mengulas senyumnya lalu meneguk satu tegukan.

"Lihatlah, jika aku memang menambahkan racun, aku tidak mungkin langsung meminumnya seperti ini.”

Saka masih melemparkan tatapan penuh selidik lalu ia mengambil gelas kertas itu dan meneguk teh jahe yang langsung menghangatkan perutnya.

"Bagaimana? Siap untuk wahana selanjutnya?"

"Uhuk! Uhuk!" Saka terbatuk.

Ia melemparkan tatapan ngeri ke arah wanita itu.

Jelita mengulas senyum penuh kemenangan melihat Saka yang justru terlihat K.O.

"Silakan kalau kau sudah siap. Yang pasti saat ini aku belum siap," jawab Saka.

"Hmm, begitu ya.”

Tatapan wanita itu seakan mengejek Saka, badan saja yang besar, nyali ambyar.

Seandainya aku dua puluh tahun lebih muda, aku tidak mungkin selemah ini, batin Saka.

"Baiklah, kalau begitu kita istirahat saja dulu," wanita itu kembali tersenyum.

"Bagaimana bisa kau nampak baik-baik saja? Apa kau sungguh tidak merasakan pusing atau pun mual?” tanya Saka.

"Saya merasa baik-baik saja, mungkin karena saya sangat menikmati semuanya. Rasanya begitu bebas, lepas, dan sangat menyenangkan," jawab Jelita.

Saka memandangi wajah wanita cantik dengan vibes yang begitu positif.

Entah mengapa Saka merasa nyaman berada di samping wanita itu.

Kehadiran wanita itu membuat Saka seakan tidak pernah mengingat rasa sedih dan kecewanya ketika memutuskan berpisah dari Sera.

"Tuan Saka, sepertinya cukup kencan kita hari ini," kata Jelita.

"Apa?" Saka terperangah.

"Ya, karena saya merasa sudah cukup menantang adrenalin saya," kata wanita itu.

Wanita itu mengeluarkan gawai cerdasnya, kemudian membuka foto selfie mereka berdua di restoran malam itu.

"Saya rasa kita tidak perlu berkencan sampai sepuluh kali hanya untuk menghapus foto ini. Jadi, kita akhiri saja pertemuan kita ini.”

"Tunggu! Mana bisa seperti itu!" cegah Saka.

"Kita tetap harus berkencan sampai sepuluh kali sesuai kesepakatan! Bukankah sudah kukatakan bahwa aku adalah pria yang pantang menarik kata-kata yang sudah kuucapkan?"

...----------------...

1
Uthie
coba mampir 👍
Diny Julianti (Dy)
jelita berarti udah ngga perawan dong
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!