Nazwa Kamila, seorang perempuan cantik yang pernah gagal dalam pernikahannya lantaran ia tidak bisa memiliki keturunan. Keluarga suaminya yang terlalu ikut campur membuat rumah tangganya hancur. Hubungan yang ia pertahankan selama tiga tahun tidak bisa dilanjutkan lagi lantaran suaminya sudah menalaknya tiga kali sekaligus.
Kehilangan seorang istri membuat hidup seorang Rayhan hancur. Ia harus kuat dan bangkit demi kedua buah hatinya yang saat itu usianya masih belum genap dua tahun. Bagaimana pun hidupnya harus tetap berjalan meski saat ini ia bagaikan mayat hidup.
Suatu hari takdir mempertemukan Nazwa dan Rayhan. Akankah mereka berjodoh?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunda RH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berakting
Nazwa masih terpaku di tempatnya. Ia bingung harus berkata apa.
"Mami, kenapa Mami nggak ngenalin kita ke mereka?" Sahut Anggi.
"Duh apa lagi ini? Sepertinya mereka mengajakku berakting" Batin Nazwa.
"Papa, tadi Om ini bilang kalau Mami simpanannya Om om. " Sahut Anggun.
Rayhan tersenyum sinis.
Fanya dan Soni masih tertegun. Mereka malah fokus dengan apa yang menempel di tubuh Rayhan. Mulai dari kaos, sepatu, dan jam tangan yang bermerk.
"Kamu.... "
"Dia Papa kita, calon suami Mami Nazwa. Kenapa Om?" Sahut Anggi.
"Tidak mungkin." Ujar Soni.
"Kenapa tidak mungkin? Ada masalah?" Tanya Rayhan.
Tiba-tiba manager restoran menghampiri mereka karena mendapat laporan dari salah satu pegawainya.
"Maaf Pak, apa ada masalah?" Tanya manager.
"Sebenarnya kami tidak ada masalah Pak, tapi dua orang ini berbicara tidak sopan kepada orang ku. Tolong urus mereka, kami ingin makan dulu."
"Baik, Pak. Mohon maaf atas ketidaknyamanannnya, Pak Ray."
"Iya. Ayo kita makan, kalian pasti sudah lapar."
Dengan terpaksa Rayhan menggandeng tangan Nazwa untuk lebih meyakinkan mereka. Anggi dan Anggun hanya bisa nyengir melihat akting sang Papa yang cukup meyakinkan.
Sedangkan Fanya dan Soni sedang diurus oleh manager. Manager meminta agar mereka tidak bersikap arogan. Akhirnya mereka pun duduk di salah satu kursi yang tidak jauh dari pintu masuk.
"Sayang, kalau benar dia calonnya Nazwa berarti selama ini dia sudah selingkuhi kamu. Ini tidak benar!" Ujar Fanya.
"Siapa dia? Sepertinya orang berpengaruh. Manager restoran ini saja sangat menghormatinya." Sahut Soni.
"Halah paling juga koruptor. Udah ah yang, jangan bahas mantanmu lagi! Nanti selera makanku turun. Aku kan ke sini karena ngidam."
"Eh iya, ayo pesan dulu."
Sementara kita kembali ke ruang VIP.
Rayhan meminta maaf setelah memegang tangan Nazwa.
"Maaf."
"Terima kasih, Pak. Tapi tidak seharusnya tadi berbohong kepada mereka."
"Nggak pa-pa, Nany. Kan Papa nggak keberatan." Ujar Anggun.
"Hehe... tadi aktif g kita keren kan?" Ujar Anggi.
Nazwa mengulum senyum melihat ekspresi lucu si kembar. Nazwa pun memakluminya. Namun ia tidak menyangka jika Rayhan akan berakting sekeras itu. Masih terasa hangatnya tangan Rayhan saat menggandengnya.
"Jangan baper, Wa." Batinnya.
Sebenarnya bukan tanpa alasan Rayhan keluar dari ruangan itu dan menemui mereka. Tadi pada saat Anggi berbisik pada, Anggun, mereka sengaja menghubungi Papanya, lalu membiarkan Papanya mendengarkan pembicaraan mereka. Rayhan pun keluar untuk membela mereka.
"Nany, ayo makan."
"Ah iya."
Perasaan Nazwa masih bercampur aduk. Namun ia berusaha untuk tetap tersenyum di hadapan mereka.
Selesai makan, mereka pun keluar dari restoran. Mereka melewati meja Fanya dan Soni. Namun mereka pura-pura tidak melihat mereka. Karena penasaran, Soni dan Fanya memperhatikan mereka sampai keluar. Keduanya terkejut saat melihat mereka masuk ke salah satu mobil yang paling mentereng di parkiran saat ini.
"Dasar matre!" Umpat Soni.
"Huh... tidak diragukan lagi, makanya dia mau segera cerai sama kamu karena dia sudah menemukan orang yang tajir."
"Persetan! Dia tidak akan mau sama Nazwa kalau tahu Nazwa itu tidak bisa hamil."
"Jangan lupa, kamu yang membuatnya tidak bisa hamil."
Soni langsung terdiam.
Mereka berempat sudah sampai di rumah Oma. Kebetulan orang rumah baru saja selesai makan malam.
"Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikum salam."
"Wah... kalian sudah datang."
"Iya Oma, seru sekali lho." Ujar Anggi.
"Iya Oma. Kapan-kapan Papa mau ajak kita jalan lagi katanya."
"Oh ya?"
Oma melirik Papa.
"Katanya sih, Oma. Hehe... "
Nazwa mengantar si kembar ke kamarnya. Ia menyiapkan baju ganti untuk mereka.
" Mandinya besok saja ya. Nggak baik mandi jam segini."
"Iya, Nany."
"Kalian pasti capek. Istirahat dulu ya. Langsung bobo."
"Iya, nany. Malam ini nany nggak usah dongengi kami. Nany juga istirahat ya."
"Uh kalian manis sekali sih."
"Nany, menunduklah!"
Nazwa pun menundukkan kepalanya. Tiba-tiba si kembar mengecup pipinya. Anggi sebelah kanan dan Anggun sebelah kiri.
"Kami sayang nany."
"Uh kalian bikin gemes. Nany juga sayang kalian. Selamat bobo, mimpi indah."
Nazwa pun mengecup kening mereka. Setelah itu ia mematikan lampu kamar dan menyalakan lampu tidur. Lalu ia keluar dari kamar mereka. Mata Nazwa berkaca-kaca mendapatkan perhatian kecil dari si kembar. Ia mengusap ujung matanya yang berembun.
Nazwa pun kembali ke kamarnya. Ia segera mengganti baju, berwudhu', lalu shalat Isyak.
Setelah selesai shalat, Nazwa masih mengingat kejadian di restoran tadi. Ia tidak habis pikir dengan sikap mantannya itu. Ia sampai geleng-geleng kepala sendiri.
Nazwa membaringkan diri di atas tempat tidur. Namun ia masih bermonolog.
"Capek sekali seharian ini. Tapi senang banget bisa melihat si kembar tersenyum dan tertawa lepas. Tapi es balok? Duh ngapain juga ngaku calon suami. Nanti kalau Soni mengira aku cewek gampangan gimana? Ah tidak-tidak, biarkan saja dia berpikir soal tentangku. Toh kita sudah pisah."
Keesokan harinya.
Nazwa bebas tugas karena waktunya libur. Ia berpamitan kepada Nyonya Salsa untuk keluar. Si kembar pun hari ini nampaknya akan bangun agak siang karena kecapean.
"Mau ke mana Wa?"
"Main ke rumah teman saya, bu."
"Biar diantar sopir ya?"
"Tidak perlu bu. Saya naik ojol saja."
Rayhan baru saja turun dari tangga. Ia membawa helm dan berpakaian seperti anak motor.
"Bang, kamu mau ke mana?"
"Ngumpul sama komunitas motor, Mi. Lama nggak ikut ngumpul."
"Wah kebetulan. Ini Nazwa mau keluar katanya, ikut kamu saja ya?"
"Eh tidak, bu. Saya mau naik ojol saja."
"Kan sama-sama naik motor. Udah nggak pa-pa ikut abang saja lebih aman." Ujar Mami.
"Nggak ada helm lagi, Mi."
"Ada punyaku, bang. Pakai aja." Sahut Rendra.
Terpaksa mereka menyetujuinya. Motor Rayhan yang masih tersisa di rumah itu adalah motor ninja H2 carbon. Motor itu sengaja ia tinggal di rumah orang tuanya, karena dulu Raya tidak suka kalau Rayhan naik motor itu.
Rayhan sudah memasang helm-nya dan naik ke atas motor. Nazwa memakai helm-nya, namun ia masih berdiri di tempat.
"Cepat naik!"
"I-iya Pak."
Dengan susah patah Nazwa naik. Untungnya ia memakai celana kulot, sehingga memudahkannya untuk berbonceng. Nazwa meletakkan tasnya di tengah untuk membatasi anatara dirinya dan Rayhan. Seperti yang biasa ia lakukan saat naik ojol.
Rayhan pun mulai tancap gas meninggalkan rumah. Mami masih sempat mengintil mereka dari balik jendela.
"Hus, Mi! Ngapain?"
"Papi ngagetin saja!"
"Habis Mami ngintip-ngintip kayak maling."
"Hehe, lagi ngintip putra kita. Akhirnya sekarang dia mau ngumpul sama orang lagi. Tuh buktinya dia mau ngumpul sama komunitas motornya lagi. "
"Hem bilang saja Mami lagi jadi mak comblang."
"Haha... Papi bisa saja."
Papi hanya bisa geleng-geleng kepala.
Bersambung...
...****************...
terimakasih bunda