Dalam keluarga yang terhormat dan terpandang, Andi dan Risma hidup bahagia dengan dua anak laki-laki mereka. Namun, kebahagiaan itu berubah menjadi tragedi ketika Risma meninggal setelah melahirkan anak ketiga mereka yang diberi nama Annisa.
Andi yang sangat mencintai Risma, tidak dapat menerima kenyataan bahwa Annisa adalah penyebab kematian istrinya. Ia membenci Annisa dan tidak pernah menyentuhnya, bahkan ketika Annisa dewasa dan menderita penyakit serius.
Annisa yang sadar ayahnya membencinya, selalu mencari cara untuk mengambil kasih sayang Andi. Ia berusaha untuk menjadi anak yang baik dan membuat ayahnya bangga, namun Andi tetap tidak mau menerima Annisa.
Kisah ini menggambarkan konflik antara cinta dan kebencian, serta perjuangan Annisa untuk mendapatkan kasih sayang ayahnya. Apakah Annisa dapat membuat Andi mengubah pendapatnya dan menerima Annisa sebagai anaknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dini Nuraenii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22
"maafin Aris kak" Aris menundukkan kepalanya di hadapan Anton , Anton melihat penyesalan yang sangat dalam pada diri Aris ,semakin membuat Anton penasaran apa yang sudah terjadi pada adik laki - laki nya itu.
"Ngomong Ris !" Anton memegang pundak Aris dan bicara dengan lantang nya ,meminta penjelasan Aris secepatnya.
"Intan kak , Intan pacar Aris, dia hamil kak " ucap Aris bergetar.
Plakk.. !!
Sebuah tamparan keras mendarat di pipi Aris ,membuat Aris sedikit goyah dan meringis menahan sakit dan perih di pipi nya, Anton yang terpancing emosi dengan pengakuan Aris tanpa sadar melayang kan tamparan ke pipi Aris.
"anak lu?" Anton yang kini tengah di kuasai emosi setelah mendengar satu kalimat yang terucap dari Aris.
Aris mengangguk, lututnya sudah sangat lemas Aris terduduk dihadapan Anton, Anton memalingkan tubuh nya , tubuh nya pun goyah,menerima kenyataan mengejutkan dari Aris.
"ARRRRGH !!" Anton berteriak sekeras yang ia bisa , suara nya terdengar menggema.
Anton menatap Aris yang masih terduduk dan menunduk pasrah.
"gue gak tau reaksi papa bakal kayak gimana , yang pasti sebagai laki - laki , lu harus tanggung jawab sepenuh nya" Anton berjalan meninggalkan Aris setelah melontarkan ucapan nya.
Anton melajukan mobil nya dengan kecepatan penuh , meninggalkan kos - kosan Aris.
"ARGHH !! " Aris berteriak dan memukul - mukul kepalanya, Aris begitu frustasi ,ia telah membuat kesalahan yang sangat fatal, bukan Aris tak ingin bertanggung jawab kepada Intan pacar nya ,namun Aris tak ingin papa nya kecewa.
..
"Assalamu'alaikum" Anton memasuki rumah Andi , dengan senyum yang Anton paksakan ,walau Andi pasti akan kecewa ,tapi Anton tak ingin itu terjadi sekarang, Anton tak ingin menambah beban Aris , Anton memberi Aris waktu untuk tenang sebelum Aris memberitahu Andi.
"Wa'alaikumsalam" jawab Andi dan Mirna yang tengah menonton tv ,menunggu kepulangan Anton.
"gimana keadaan Aris?" Mirna menyambut suami nya dan segera bertanya.
"ah anak itu kebanyakan main game jadi meriang , nanti juga dia pulang sendiri ke rumah" jawab Anton yang terpaksa harus berbohong.
"Syukurlah walau pun dia lagi sakit ,tapi kalau udah ada yang lihat kondisi dia secara langsung ,papa jadi tenang" ucap Andi , bersyukur karena tak ada yang serius dengan Aris.
"sayang , kayak nya aku masuk angin deh " Anton sedikit meringis seraya mengurut - urut tengkuk nya.
"aduh ,yaudah aku kerokin yuk " Mirna yang khawatir mengajak Anton ke kamar untuk mengurus sakit nya itu.
"yaudah pa, Anton ke kamar dulu yah" Anton pamit pada Andi , Andi mengangguk dan tersenyum melihat rumah tangga anak sulung nya yang begitu harmonis , Andi jadi teringat akan mendiang istri nya Risma.
Anton menuntun Mirna ke kamar , Anton menutup rapat - rapat pintu kamar , ia mulai merebahkan tubuh nya.
"tunggu yah sayang aku ambil kayu putih sama koin buat kerokan sebentar" Mirna hendak menyiapkan peralatan untuk kerokan ,namun Anton memegang tangan Mirna untuk menghentikan nya.
"aku gak apa - apa sayang ,maaf yah aku bohong ,aku cuma pengen ke kamar ,ada yang penting yang mau aku sampein ke kamu" Anton mengubah posisi nya menjadi duduk di kasur, Mirna yang penasaran segera bertanya.
"ada apa sayang?" tanya Mirna dengan nada yang penuh kekhawatiran, karena Anton sampai berbohong kepada Andi untuk mengatakan ini.
Anton menarik nafas dan menghembuskan nya dengan berat , Anton menatap mata Mirna .
"jangan kaget yah sayang , aku gak bisa merahasiakan ini dari kamu , kamu sama dede harus kuat dengar ini" ucap Anton ,takut Mirna kaget mendengar apa yang akan ia sampaikan.
"ih ! ada apa sayang " Mirna semakin penasaran.
"Intan hamil anak nya Aris " ucap Anton singkat ,seraya menatap mata istrinya , Mirna mengangkat alis nya ,tak percaya dengan apa yang Anton sampaikan.
"Intan pacar nya Aris? hamil?" Mirna bertanya untuk memastikan ia tak salah dengar , Mirna belum pernah bertemu Intan , tapi mereka sudah tahu Intan adalah pacar Aris ,namun Aris belum mengenalkan Intan secara resmi kepada keluarga.
Anton mengangguk , menanggapi pertanyaan Mirna.
"Astaghfirullah!" Mirna memegang kepalanya , ia sangat shock mendengar berita ini , Anton memeluk Mirna agar Mirna tenang, ia sangat amat tahu istiri nya ini sangat menyayangi kedua adik nya , Mirna pasti sangat kaget mendengar berita ini.
"Aris , kenapa dia bisa senekad itu!" Mirna mulai menangis , hati nya seolah hancur mendengar kabar buruk dari adik ipar nya.
Anton mengusap - usap Mirna yang tengah menangis di pelukan nya , air mata Anton juga sudah tak bisa di tahan lagi.
..
Aris masih terduduk bersandar pada tembok di balkon nya , pikiran nya jauh melayang , Aris kebingungan ,entah apa yang harus Aris lakukan , karena kapan pun ia akan bicara pada Andi, pada saat itu juga Aris akan mengecewakan Andi.
"Bodoh !" teriak Aris pada diri nya sendiri,andai saja ia bisa mengontrol nafsu nya , ini semua tak akan pernah terjadi.
Sudah puluhan pesan dan panggilan masuk dari Intan , yang khawatir dengan kondisi Aris ,karena setelah Intan memberitahu hasil tes-pack nya yang positif dan bahkan Intan sudah memeriksakan kandungan nya kepada dokter ,untuk memastikan kehamilan nya.
Aris sama sekali belum menghubungi Intan, sedikit terbesit rasa khawatir pada diri Intan ,khawatir Aris akan pergi meninggal kan nya, di tambah Aris belum memperkenalkan nya kepada keluarga Aris.
Aris yang sudah mulai tenang ,akhirnya mengambil ponsel nya dan menulis pesan untuk Intan.
"Beri waktu aku buat sendiri dulu yah , jangan khawatir aku bakal tanggung jawab penuh , kamu harus banyak istirahat "
Aris mengirimi Intan pesan ,agar Intan tak khawatir , Intan lega membaca pesan dari Aris , Intan mengerti dan membiarkan Aris untuk menenangkan diri nya , begitupun juga Intan, ia masih butuh waktu untuk menerima kenyataan ini.
Aris bangkit dari posisi nya , ia mulai melihat kamar nya yang berantakan , akibat ulah nya subuh tadi , setelah menerima kabar dari sang pacar akan kehamilan itu , Aris tak bisa menahan emosi nya dan meng acak - acak seisi kamar.
Aris mulai membereskan kamar nya yang berantakan itu , mulai menerapkan pikiran positif kepada diri nya, hidup harus tetap berjalan ,entah itu pahit atau pun manis semua ada masa nya.
..
"Wah , chef Ica luar biasa yah " Maulida memuji masakan Annisa yang sangat nikmat.
"ini benar - benar masakan paling enak yang pernah aku makan" Ningsih ikut memuji masakan Annisa di ikuti anggukan dari Wirda dan Arina yang juga mengakui kehebatan Annisa dalam memasak.
"baiklah dengan ini ,kita putuskan Annisa sebagai kepala chef di kamar ini !" ujar Maulida ,memutuskan untuk menjadi kan Annisa sebagai tukang masak .
Semua orang bertepuk tangan dan setuju Annisa merasa tersanjung dengan pujian dan lantikan nya sebagai penanggung jawab dalam masak - memasak.
"loh ! tunggu dulu , berarti aku yang masak setiap hari dong?" Annisa mulai menyadari sesuatu.
"iyalah , biasanya kita masak gantian tiap hari , sekarang Ica yang bakal masakin kita setiap hari" jawab Maulida, yang lain mengangguk dengan semangat ,setuju dengan Maulida ,masakan Annisa sangat enak mereka tak akan bosan jika harus memakan masakan Annisa setiap hari.
"waduh baru nyadar aku " Annisa menepuk kening nya , baru saja menyadari bahwa tugas memasak akan ia lakukan setiap hari.
Teman - teman nya tertawa , Maulida menggelengkan kepalanya dan mulai menjelaskan lebih detail agar Annisa paham.
"kamu bagian masak ,artinya kamu gausah bebersih lagi ,biar kita yang bersihin kamar dan juga kamar mandi , mencuci piring dan juga baju kalau kamu males bisa nyuruh kita juga" Maulida menjelaskan bahwa semua pekerjaan rumah akan dibagikan dengan adil.
"Ah begitu !" Annisa mengelus dada ,lega mendengar penjelasan dari Maulida, jadi Annisa hanya perlu memasak , lagipula Annisa sangat suka memasak jadi itu merupakan keuntungan tersendiri untuk Annisa.
"jangan lupa abis ini kamu ke kantor bu Ustadzah Halimah loh ca " Wirda mengingat kan Annisa, Annisa mengangguk ,ingat dengan perintah Ustadzah Halimah.
..
tok .. ! tok .. ! tok .. !
"Assalamu'alaikum" Annisa mengetuk pintu kamar ustadzah Halimah dan memberi salam.
"Wa'alaikumsalam , eh Annisa sudah selesai sarapan yah ? mari masuk" Ustadzah Halimah membuka pintu dan mempersilahkan Annisa untuk masuk , Annisa memasuki ruangan , Annisa melihat - lihat ruangan Ustadzah Halimah , kamar yang juga di jadikan kantor kerja Ustadzah Halimah.
Selain sebagai kepala kamar dan penanggung jawab santriwati disini , Ustadzah Halimah juga mengajar di MA pesantren , jadi sebagian kamar nya juga dijadikan kantor untuk bekerja.
"duduklah Annisa!" Ustadzah Halimah duduk di kursi kerja nya ,serta meminta Annisa untuk duduk berhadapan dengan nya , hanya meja kerja yang membatasi mereka.
Annisa berpandangan langsung dengan Ustadzah Halimah, Annisa sedikit bingung dengan perasaan yang kembali muncul , perasaan yang sama seperti yang Annisa rasakan saat mengintip Ustadzah Halimah malam tadi.
"kayak nya teman sekamar kamu sudah menjelaskan yah , sekolah masuk hari senin depan yah , kamu harus siapin diri , mungkin sekarang terlihat santai saja ,tapi kedepan nya kamu harus belajar untuk lebih rajin lagi, tak boleh bangun kesiangan ! tak boleh berlebihan membeli sesuatu ! "
Ustadzah Halimah mulai berbicara untuk mengingatkan Annisa agar disiplin.
"berapa banyak uang yang kamu bawa ?" Ustadzah Halimah bertanya karena kali terakhir Ustadzah Halimah melihat Annisa dan teman nya berbelanja secara berlebihan.
"100 juta bu " jawab Annisa seraya menunduk takut Ustadzah Halimah akan marah.
"Masya Allah kak Andi ! " Ustadzah Halimah menggelengkan kepalanya mendengar Annisa yang mengatakan ia membawa uang 100 juta.
"Annisa gak tau bu , papa yang nyiapin itu di tas Annisa" jawab Annisa memberi alasan yang jujur.
"yasudah , jaga baik - baik uang nya jangan sampai hilang , Annisa sudah bagus berbagi sama teman nya kok tapi jangan berlebihan yah sayang, yasudah , sekarang cap jempol ijazah smp kamu yah buat pendaftaraan ulang ke MA" ustadzah Halimah memberi nasihat dan akhir nya mulai mengurus dokumen untuk daftar ulang Annisa.
..
"Assalamu'alaikum" Aris akhirnya memberanikan diri untuk pulang.
"Wa'alaikumsalam,sehat nak?" Andi menyambut Aris dan merangkul anak keduanya itu , Andi mengajak Aris untuk duduk.
Anton dan Mirna yang mendengar kepulangan Aris , menghampiri dan ikut duduk di sofa, Anton dan Mirna merasa sudah lemas , khawatir dengan apa yang akan terjadi di rumah ini beberapa saat lagi jika Aris memang sudah siap untuk bicara kepada Andi.
"pa ? Aris boleh bicara?" Aris menatap sendu mata ayah nya ,rasa takut dan rasa khawatir mulai menjalar di tubuh Aris , tangan nya gemetar begitupun dengan bibir nya yang juga bergetar , Andi menatap tajam ke arah Aris melihat Aris yang mulai berkaca - kaca.
"apa nak? kenapa kamu?" Andi mulai bertanya.
Aris menunduk ,air matanya tak sanggup ia tahan , bahkan sebelum Aris berbicara kepada Andi , Aris sudah menangis.
"Maafin Aris pa " Aris benar - benar tak kuasa ,tapi ia harus mengatakan semua nya.
"ada apa !" nada bicara Andi mulai meninggi, Anton dan Mirna saling berpegangan tangan dan menunduk , Mirna menggelengkan kepalanya seraya ikut menangis.
"Intan pacar Aris ,hamil anak Aris pa" ucap Aris dengan gemetar.