NovelToon NovelToon
ARUNA

ARUNA

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama
Popularitas:5.7k
Nilai: 5
Nama Author: Sandri Ratuloly

Aruna, namanya. Gadis biasa yatim-piatu yang tidak tau darimana asal usulnya, gadis biasa yang baru memulai hidup sendiri setelah keluar dari panti asuhan di usianya yang menginjak 16 tahun hingga kini usianya sudah 18 tahun.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sandri Ratuloly, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

tiga puluh tiga

Tama panik bukan main, pagi ini Aruna mengatakan kalau perutnya nyeri, mungkin saja Aruna akan segera melahirkan mengingat kandungan sang istri sekarang sudah menginjak sembilan bulan, tinggal menghitung hari maka bayi mungil mereka akan segera menyapa dunia.

Tapi pagi ini yang di khawatirkan malah masih santai sembari menikmati buah-buahan yang berada di hadapannya, menatapi Tama yang berdiri tidak jauh sembari menatapnya dengan khawatir, sesekali Aruna tertawa karena tingkah panik Tama yang terlihat sekali, untung saja ini hari sabtu dan besok hari minggu, jadi Tama tidak ada jadwal masuk kuliah.

"Sayang, ayo kita kerumah sakit sekarang. " ajak Tama entah untuk ke berapa kalinya.

"Nanti dulu, lagian juga aku bakalan lahiran secara caesar, gak usah buru-buru banget. " Aruna melahirkan secara caesar karena keadaan fisik dan mentalnya yang tidak memungkinkan untuk melahirkan secara normal.

Mendengar jawaban Aruna, Tama mendekat dan menangkup pipi Aruna dengan gemas, "Mangkanya itu, nanti kalau kita udah di rumah sakit kalau ada apa-apa langsung ada dokternya di sana, nanti kalau tiba-tiba kamu melahirkan di sini bagaimana, sayang? "

Aruna tertawa, gemas sekali melihat tingkah suaminya ini. Dia yang mau melahirkan kenapa jadi Tama yang sibuk sendiri, apakah ini yang di namakan suami siaga? Aruna tidak peduli sih, yang dia tau Tama lucu sekali di matanya.

"Iya, Tama... Jam sepuluh, yah? Oke? Sebentar lagi loh, sejam kurang lebih. " kata Aruna, dia senyum-senyum sendiri karena berhasil melihat raut frustasi di wajah Tama.

"Sejam lagi, lama sayang. Kamu mau masak, baca buku, dengerin lagu juga masih bisa itu. " protes Tama, dia tak henti-hentinya menatap cemas ke arah Aruna.

Aruna tertawa mendengarnya, benar juga sih. Alhasil dia menghentikan acara makan buahnya, menarik tangan Tama untuk dia suruh duduk di kursi yang tak jauh dari mereka, Aruna tersenyum lembut, menggenggam erat tangan Tama yang berada di genggamannya.

"Aku beneran gapapa, Tama. Kamu jangan terlalu khawatir, ya? "

"Tapi–

–udah, nanti kalau feel aku udah menunjukkan mau melahirkan, udah pasti aku ajak kamu langsung ke rumah sakit. " ujar Aruna dengan tenang, dia tersenyum kembali di ujung kalimatnya. Hal yang berhasil membuat Tama sedikit tenang, laki-laki itu akhirnya mengangguk, memeluk tubuh Aruna dengan erat penuh sayang, sungguh, Tama takut sekali rasanya. ajak kamu langsung ke rumah sakit. " ujar Aruna dengan tenang, dia tersenyum kembali di ujung kalimatnya. Hal yang berhasil membuat Tama sedikit tenang, laki-laki itu akhirnya mengangguk, memeluk tubuh Aruna dengan erat penuh sayang, sungguh, Tama takut sekali rasanya.

"Ayo kita siapin baju princess nya buat kita. " Aruna terkekeh, dia berdiri dengan di bantu oleh Tama. Sedangkan Tama, laki-laki itu tertawa dengan kata-kata yang baru saja dia katakan.

Benar, princess nya mereka. Anak Tama dan Aruna memang berjenis kelamin perempuan saat di periksa, dan Tama sangat senang dan tidak sabar menunggu kehadiran princess kecil mereka ke dunia ini, ingin menggendong dan memeluknya penuh kehati-hatian.

Baru saja mereka sampai di dalam kamar, suara dering handphone milik Aruna terdengar begitu nyaring, Tama dengan kepekaan yang luar biasa kini mengambil ponsel yang di simpan di atas meja nakas dan di berikannya kepada Aruna.

"Siapa? "

"Mama." jawab Aruna, lalu setelahnya mengangkat panggilan telepon tersebut.

"Hallo, mah? "

"Hallo, Aruna. Nanti kamu kerumah sakit nya jam berapa? " tanya Aretha di ujung telepon sana.

"Nanti mah, sebentar lagi. Ini kita lagi siap-siapin baju untuk dedek bayinya. " Aruna berjalan mendekat ke arah ranjang, dan menduduki dirinya pinggir ranjang tersebut dengan sedikit perasaan lega karena tadi sempat dirinya berdiri cukup lama di pintu kama. Sedangkan Tama, laki-laki itu sudah menggeret koper untuk menyiapkan baju-baju Aruna dan juga calon anak mereka nanti.

"Oh iya, nanti kalau udah di jalan jangan lupa ngabarin mama ya, sayang? "

Aruna mengangguk tanpa sadar sebagai jawaban, yang pastinya tidak akan di ketahui Aretha di ujung telepon sana. "Iya, mah. "

Aruna tiba-tiba tersenyum penuh haru saat tidak sengaja mendengar di ujung telepon sana, Arjun terlebih begitu heboh saat mengetahui Aruna akan melahirkan dan tidak sabar menunggu kehadiran ponakan kecilnya.

"Mas Arjun gak ke cafe, mah? " tanya Aruna saat suara Arjun tidak terdengar kembali.

"Gak, hari ini katanya libur dulu karena kamu mau lahiran, dia gak sabaran banget mau ketemu ponakan kecil pertamanya. " Aretha di ujung sana terkekeh kecil mengingat bagaimana hebohnya Arjun saat mengetahui bahwa Aruna akan melahirkan.

Aruna juga ikutan terkekeh kecil mendengar, setelah perbincangan kecil lainnya. Sambungan telepon keduanya berakhir.

"Sayang, menurut kamu bagus yang mana? Biru atau kuning? "

Aruna menyimpan ponselnya di atas kasur, menatap ke arah Tama dan tiba-tiba saja terkekeh lucu. "Bawa dua-duanya juga gapapa, mungkin kita bakalan lama di rumah sakit. "

Tama mengangguk, memasukan kedua baju tersebut kedalam koper. Dan setelah di rasa selesai semuanya, dia menutup koper tersebut dan di letakkan di samping lemari pakaian, lalu mengambil kembali koper yang satunya untuk dia isi dengan pakaian Aruna.

"Eh, barang aku gak usah. "

Tama mendongak, dan menatap Aruna dengan bingung. "Kenapa? "

"Biar aku sendiri yang siapin baju-baju aku, kamu duduk aja disini. "

Tama menggeleng, "Gak, kamu aja yang duduk di situ, nanti kalau ada ngerasain apa-apa bilang ya? "

Aruna cemberut, berbanding terbalik dengan hatinya yang menghangat. Beruntungnya Alana waktu itu ya, apakah nanti dia akan seberuntung Alana juga? Entahlah.

"Nanti kamu yang pilihin baju-bajunya, aku yang masukin ke dalam koper, oke?"

"Yaudah."

Tama mengangguk, mulai membenahi kembali apa yang perlu Aruna bawa ke rumah sakit nanti. Aruna kembali memperhatikannya, dia tersenyum lagi melihat bagaimana baiknya Tama sekarang kepadanya.

"Tama... "

Tama mendongak, menatap Aruna dengan penuh pertanyaan.

"Makasih ya. " Aruna tersenyum di ujung kalimatnya.

Tama sendiri hanya balas dengan tersenyum, dan kembali melanjutkan kegiatannya. Dia tidak perlu menjawabnya, karena Tama tau ini memang tugasnya untuk selalu membantu istrinya.

••••••••••

Sekarang Aruna dan Tama sudah berada di rumah sakit, mereka sudah sampai sekitar dua puluh menit yang lalu. Untungnya mereka mendapatkan kamar yang sudah dokter kenalan sang bunda siapkan.

Lagi-lagi Aruna hanya duduk saja sembari memperhatikan Tama yang sibuk menata barang-barang yang mereka bawa. Aruna tidak berbohong, dia tersentuh akan hal itu.

"Kamu udah kabarin tante Aretha kalau sekarang kita udah di rumah sakit? " tanya Tama, sampai saat ini dirinya masih memanggil Aretha dengan sebutan tante, entah karena alasan apa, Aretha juga pun tidak masalah akan hal itu.

"Oh iya, akun lupa. Aku hubungi sekarang. " Aruna dengan cepat mengambil ponselnya, mendial nomor Aretha untuk dia beritahu bahwa kini Aruna juga Tama sudah tiba di rumah sakit, tidak lupa juga Aruna menghubungi mertuanya.

"Aku juga udah kasih tau bunda kalau kita sekarang udah di rumah sakit. "

Tama mengangguk saja, dirinya juga lupa untuk memberitahukan orangtuanya karena sibuk dengan persiapan mereka di rumah sakit, ponselnya juga entah di mana simpannya, Tama tidak tau.

Tak lama kemudian, sang dokter yang membantu persalinan Aruna datang bersama satu orang asistennya.

"Hallo, Aruna. Gimana udah siap belum? "

Aruna tersenyum ramah, dia mengangguk sebagai jawaban. Dia sudah sangat siap sekali, sebab proses persalinan ini sudah di rencanakan, Aruna juga sudah banyak makan di rumah tadi karena dia diwajibkan untuk berpuasa selama delapan jam sebelum menjalani proses operasi nanti.

"Bagus deh, jangan takut ya. "

"Siap, dok. " Aruna lagi-lagi tersenyum dengan ramah.

"Nanti akan saya cek selama satu jam sekali ya, kamu tadi udah makan, kan? "

"Udah, dok. Udah satu jam - an yang lalu kayaknya. " jawab Aruna.

Dokter itu mengangguk, "pokoknya aman lah, nanti saya ke sini buat kabarin bisa masuk ruang operasi ya? "

Aruna lagi-lagi mengangguk, setelahnya dokter mempersilahkan asistennya untuk memasangkan selang infus pada tangan Aruna. Setelah selesai, asisten tersebut tersenyum lalu keluar menyusul dokter yang sudah lebih dulu pergi.

"Sakit gak? "

Aruna menggeleng, menjawab pertanyaan Tama apakah tangannya yang baru saja di masukan jarum infus itu sakit apa tidak.

"Beneran? " tanya Tama kembali memastikan.

Aruna mengangguk, entahlah. Perempuan itu tiba-tiba membisu setelah dokter dan asistennya pergi, di tambah selang infus yang sudah terpasang di punggung tangan kanannya.

"Hei, kalau sakit bilang aja, biar aku peluk. Ada aku disini, jangan ragu untuk ungkapin apa yang kamu rasakan. " Tama tersenyum, mengusap pucuk kepal Aruna dengan lembut.

"Sakit, aku belum pernah di infus kayak gini. " Aruna tiba-tiba saja menangis, emosinya tiba-tiba meningkat, ternyata anak ini diam karena mungkin ini yang pertama kali baginya. Wajar saja, itulah kenapa Tama ada untuk Aruna.

"Gapapa, lama-lama gak akan sakit lagi kok, tenang aja. "

"Mau peluk... "

Tama tertawa sambil mendekat, "iya-iya, ini aku kasih pelukan sekarang. "

Keduanya sama-sama tertawa setelahnya, saling memeluk untuk memberikan sebuah ketenangan pada masing-masing diri mereka. Itulah mengapa pasangan diciptakan, untuk saling menjaga juga memberi dukungan bagi pasangannya sendiri.

"Tama.... "

Tama berdehem sebagai jawaban, sedangkan Aruna sendiri cukup lama kembali membuka suara, menjelaskan apa tujuannya memanggil sang suami.

"A-aku sayang kamu, sangat. Aku cinta juga, boleh kan? "

Sekarang Tama tak merespon, dia lebih memilih untuk mengeratkan pelukannya pada tubuh Aruna. Apakah lewat pelukan itu Tama bisa mengatakan bahwa dirinya juga menyayangi perempuan yang berada di dekapannya ini?

"Tama? Kalau kamu belum bisa, gapapa, aku paham kok. "

Tama tersadar, dia menjauh untuk melihat wajah Aruna. "Maaf ya. "

"Gapapa."

Mungkin belum saatnya, sudah di katakan. Seharusnya Aruna tidak perlu memikirkan tentang hal itu, Tama sudah ada di sampingnya untuk mempertahankan rumah tangga mereka, bahkan bisa memperlakukannya dengan baik pun Aruna sangat berterimakasih untuk hal itu, mungkin Aruna harus perbanyak sabar lagi untuk kali ini.

1
Arieee
bagus menguras emosiiiii👍👍👍👍👍👍👍
Ita Sialagan Sanglir
semoga Aruna bahagia bersm klrg kecilnya
Ita Sialagan Sanglir
semangat ya Thor. aku msh menunggu up novel ini.
Arieee
ya diberesin dong netizen maha benar itu 😤😤😤😤😤😤😤😤😤
Arieee
Aruna 👍💪💪👍💪👍💪💪
Arieee
semangat Thor up nya q selalu menunggu 🥰
Sandri Ratuloly: makasih banyak atas dukungannya 😍😍
total 1 replies
Arieee
pergi Aruna cari kebahagiaan u sendiri💪💪💪💪💪💪💪💪👍👍👍👍👍👍👍
Arieee
Aruna 👍👍👍👍👍👍💪👍💪👍💪👍 berjuang utk kebahagiaan gak usah berharap ma tama
Black Moon
Thor, ini Helena siapa ya? Apa nama panjang Aruna 😁
Arieee
si Cindy belum kualat aja😡😡😡😡😡😤😤😤😤😤😤😤😤😤bukan hidup situ yg rusak kenapa jadi hakim
Black Moon
ko aku ngerasa, kalo Alana ini nantinya bakal jadi duri ya. Apalagi ditambah sama Tama yg memang ga tegas buat jadi suami 🤔
Sandri Ratuloly: masih labil jadi gak begitu tegas jadi suami, apalagi dia nikahin Aruna karena kepaksa😌🤭
total 1 replies
Arieee
approve ma temen" nya Tama yang waras😆👍👍👍👍👍👍👍
Sandri Ratuloly: untung teman-temannya gak gebukin kepala tama🤣
total 1 replies
Black Moon
setuju sama Aruma, kalo udah lahiran tinggalin aja laki modelan begitu. Ga cocok juga disebut laki-laki, lebih cocok disebut kaum berdaster 😒
Arieee
percuma gak ada sadar nya😡😡😡😡
Arieee
pergi aja lah si mertua juga gak peka 😡
Black Moon
Sejujurnya, ini menguras emosi 😭
Black Moon: Author sendiri kuat banget begadang sampe jam segini, tidur dulu Thor 🤭😁
Sandri Ratuloly: tidur kak, kamu kuat banget begadang baca cerita sampai jam segini😭😭
total 2 replies
Black Moon
Emang Dit, temen kamu itu 🤬🤬🤬🤬🤬 aku pun esmosi. Harus 🤾 pake bakiak
Black Moon
Aruna beruntungnya kamu punya keluarga yang sayang banget sama kamu, apalagi ini bukan keluarga sedarah. Jadi terhura, eh salah. Terharu maksudnya
Black Moon
Dasar laki-laki 🤬🤬🤬🤬🤬🤬🤬🤬🤬🤬
Black Moon
jahatnya, minimal peluklah dulu sahabat kamu Ra 🤬
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!