(Gak jamin kalau kamu bakalan nangis bombay)
Audrey, seorang wanita pekerja keras yang mengabdikan hidupnya untuk karier. Dia tidak tampak tertarik dengan hubungan percintaan apalagi pernikahan. Di usia 28 tahun, ia bahkan tidak memiliki seorang kekasih ataupun teman dekat. Tidak ada yang tahu kalau Audrey menyimpan beban penyesalan masa lalu . Namun, kehidupannya yang tenang dan monoton mendadak berubah drastis ketika ia bertemu kembali dengan sahabat masa kecilnya, Sofia. Audrey tidak pernah menyangka kalau Sofia memintanya menikahi calon suaminya sendiri. Akankah pernikahan Audrey menjadi mimpi buruk atau justru kisah cinta terindah untuk seumur hidupnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ICHA Lauren, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
05 Ada apa dengan Sofia
Sepanjang perjalanan, Sofia tak henti-hentinya membicarakan Rein. Dari makanan kesukaan Rein, hobinya menjelajah alam, hingga kejutan-kejutan kecil yang diberikan Rein kepada Sofia. Walaupun banyak orang menganggap Rein sosok pria yang dingin dan arogan, tapi bagi Sofia, dia adalah pria terhangat dan termanis yang pernah dikenalnya. Dari cerita Sofia, Audrey sangat mengerti bahwa Sofia begitu mencintai Rein.
"Kita sudah sampai. Itu rumahku," kata Sofia mengarahkan telunjuknya ke gerbang megah berwarna putih di hadapan mereka. Dua orang security berseragam lengkap segera membukakan gerbang agar mobil Sofia bisa masuk. Audrey berdecak kagum melihat rumah milik Sofia. Rumah berlantai tiga dengan pilar-pilar putih besar dan pintu-pintu kaca di beberapa sisinya. Di halaman depan terhampar taman yang dihiasi berbagai jenis bunga warna-warni dan tanaman hias langka yang hanya pernah dilihat Audrey dari internet. Audrey sendiri tidak tahu berapa harga sesungguhnya dari semua tanaman itu. Seingat Audrey, dia pernah main beberapa kali ke rumah Sofia sewaktu mereka SD. Tapi rumah Sofia yang sekarang dua kali lipat lebih mewah daripada rumah masa kecilnya.
Sofia menepuk bahu Audrey yang sedang bengong untuk menyadarkannya.
"Rumah ini hadiah dari Rein untuk pernikahan kami nanti," bisik Sofia. "Ayo kita masuk," ucap Sofia seraya menggandeng tangan Audrey.
Beberapa orang pelayan menyambut kedatangan mereka di pintu rumah.
"Selamat datang Nona," sapa seorang pelayan wanita yang berumur lima puluh tahunan. Sepertinya dia adalah kepala pelayan di rumah itu.
"Bi Mila, tolong bawakan dua coklat hangat dan beberapa makanan ke kamarku. Aku mau langsung ke kamar bersama Audrey," perintah Sofia masih menggandeng tangan Audrey. Kepala pelayan itu menganggukkan kepala dengan hormat dan memberikan instruksi kepada pelayan lain. Sementara, Sofia menaiki tangga ke lantai dua diikuti Audrey.
"Duduk disini, Drey. Anggap saja kamarmu sendiri. Aku mau ganti baju sebentar."
Sofia melangkahkan kakinya ke kamar mandi yang ada di dalam kamarnya. Audrey menunggu Sofia sambil mengagumi kamar milik Sofia yang mirip dengan sebuah kamar hotel bintang lima. Semua didominasi perabotan berwarna pink. Pandangan Audrey beralih pada foto-foto yang ada di kamar itu. Ada foto Sofia berpelukan dengan Rein di tepi pantai dan foto mereka di sebuah acara pesta.
Mereka pasangan yang sangat serasi. Putri cantik dan pangeran tampan, batin Audrey.
Ada pula foto papa dan mama Sofia. Audrey masih ingat bagaimana Ny. Ferina, mama Sofia, sangat ramah dan lembut. Sebagai istri seorang diplomat, Ny. Ferina tidak pernah membeda-bedakan status sosial. Ia selalu bersikap welcome terhadap Audrey, bahkan membiarkan putrinya berteman akrab dengan Audrey, seorang anak dari kalangan menengah ke bawah.
...----------------...
Sofia sudah keluar dari kamar mandi mengenakan setelan santai berwarna pink. Audrey pun memberanikan diri bertanya pada Sofia, "Gimana kabar mama dan papamu, Sof? Aku tidak melihat mereka dari tadi."
"Papa masih harus stay sebagai diplomat satu tahun lagi. Jadi belum bisa pulang bersamaku. Kalau mama..." Belum selesai Sofia melanjutkan kalimatnya, tiba-tiba ada cairan berwarna merah keluar dari hidungnya. Darah segar yang mengalir dari kedua hidung Sofia, sontak membuat Audrey panik.
"Sof, duduk dulu kamu mimisan," ucap Audrey khawatir sembari mengelap hidung Sofia dengan tissue. Audrey membantu Sofia duduk di ranjangnya dengan hati-hati. "Apa kamu sering mimisan seperti ini? Kamu pasti kelelahan. Sebaiknya istirahat dulu."
"Aku sudah biasa mimisan seperti ini, Drey. Sebentar juga berhenti."
"Kalau gitu, aku pulang aj supaya kamu bisa istirahat."
"Jangan, Drey, please. Aku butuh teman sekarang," pinta Sofia memegang erat kedua tangan Audrey.
"Oke, aku akan tetap disini menemanimu," jawab Audrey mengalah.
"Kamu ingin tau kabar mamaku? Mama sudah meninggal sembilan tahun yang lalu karena penyakit kanker darah. Aku sangat kehilangan mama," ucap Sofia sedih.
Audrey memeluk Sofia untuk mengurangi kesedihannya, "Maaf, Sof, aku benar-benar gak tau kalau beliau sudah meninggal. Maaf sudah membuatmu sedih."
Ketukan di pintu membuat suasana di dalam kamar kembali tenang.
"Permisi Nona, ini minuman dan makanannya," ucap Bi Mila. Suara Bi Mila berubah panik ketika melihat bekas tissue bernoda darah yang tergeletak di meja.
"Nona, Anda mimisan lagi? Saya akan panggil dokter sekarang untuk memeriksa Nona."
Sofia buru-buru mencegah Bi Mila yang hendak keluar dari kamar, "Jangan, Bi. Mimisanku sudah berhenti. Tolong jangan panggil dokter dan jangan laporkan masalah ini ke Rein. Hari ini aku hanya ingin bersama Audrey. Bi Mila bisa mengerti, khan? Sekarang tinggalkan kami berdua," suara Sofia sedikit meninggi.
"Ba..baik Nona. Tolong tenangkan diri Anda. Saya akan keluar," jawab Bi Mila ketakutan. Audrey yang menyaksikan semuanya keheranan melihat reaksi keras Sofia terhadap Bi Mila. Tiba-tiba perasaan Audrey menjadi tidak tenang. Ia merasa ada hal aneh yang terjadi pada Sofia.
"Sorry, Say. Aku agak sensitif akhir-akhir ini. Aku hanya ingin menghabiskan waktu denganmu. Lupakan saja kejadian tadi." Sofia berusaha tersenyum untuk mencairkan suasana.
"Drey, sejak di kafe aku terus yang curhat, sekarang giliran kamu. Aku mau dengar cerita tentang pacar pertamamu. Lebih tepatnya mantan cinta pertamamu."
"Tapi...aku gak ingin membuatmu sedih karena mendengar ceritaku. Lebih baik kalau tidak diceritakan," kata Audrey berusaha mengelak.
"Please, Drey, cerita ke aku. Aku gak akan sedih. Aku juga janji akan menyimpan rahasia. Apa kamu gak percaya lagi padaku?" pinta Sofia dengan gaya manja.
Audrey merasa tidak enak hati untuk menolak permintaan sahabatnya. Dengan ragu-ragu Audrey mulai menceritakan kisah pahit masa lalunya bersama Dave.
aq lebih lebih & lebih padamu Reiner😍😍😍😍
emak" labil🤣🤣🤣