Marriage Is Scary...
Bayangkan menikah dengan pria yang sempurna di mata orang lain, terlihat begitu penyayang dan peduli. Tapi di balik senyum hangat dan kata-kata manisnya, tersimpan rahasia kelam yang perlahan-lahan mengikis kebahagiaan pernikahan. Manipulasi, pengkhianatan, kebohongan dan masa lalu yang gelap menghancurkan pernikahan dalam sekejap mata.
____
"Oh, jadi ini camilan suami orang!" ujar Lily dengan tatapan merendahkan. Kesuksesan adalah balas dendam yang Lily janjikan untuk dirinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahma Syndrome, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Manipulatif
Dengan mengenakan setelan kerja rapi, Lily melangkah keluar dari pintu rumah dengan tas di tangannya. Di saat yang bersamaan, dia melihat Isaac, baru saja tiba di rumah.
Isaac terlihat lelah, dengan rambut berantakan dan pakaian yang kusut. Bau alkohol samar-samar masih tercium dari tubuhnya. Mata mereka bertemu, dan Lily segera menghentikan langkahnya, menatap Isaac dengan cemas.
"Isaac, kamu kemana aja semalaman?" tanya Lily, nada suaranya campuran antara khawatir dan marah.
Isaac menundukkan kepala sejenak, lalu mengangkatnya kembali dengan tatapan penuh penyesalan.
"Maaf, sayang. Aku semalem tidur di apartemen Lucas," katanya, sambil melangkah mendekati Lily dan merengkuhnya dalam pelukan.
Lily membalas pelukan itu dengan lembut, tapi ada kebingungan yang tergurat di wajahnya.
"Lucas? Bukan rumah Calvin? Kamu juga bau alkohol, kamu minum?" tanya Lily seraya melepas pelukannya. Dia menatap Isaac dari ujung kepala sampai ujung kaki.
"Ah, iya... aku...maksudnya di rumah Calvin tapi sama Lucas juga," jawabnya dengan nada yang berusaha terdengar meyakinkan, namun ada keraguan yang jelas di matanya.
“Kalo soal alkohol, Lucas yang minum. Tapi, ya gitu deh. Dia bikin onar sampe alkohol tumpah di badan aku,” sambungnya. Dia mengelus pundak Lily dengan lembut sambil menatap wajah istrinya dengan kagum.
Kecantikan Lily benar-benar tidak ada yang menandingi.
Isaac menghela nafas panjang, menunduk lagi seakan mencari kata-kata yang tepat. "Sayang, aku juga minta maaf soal kemarin. Aku terlalu kasar sama kamu."
Lily mengangguk perlahan, meskipun hatinya masih sedikit sakit gara-gara perlakuan Isaac kemarin.
"Iya nggak apa-apa. Aku juga minta maaf karena masak nggak hati-hati."
“Kamu mandi terus sarapan, ya. Aku mau pergi kerja dulu,” sambungnya. Dia melemparkan senyuman manis kepada Isaac. Senyuman yang begitu menyejukkan dan menenangkan.
Isaac mengangguk cepat, meraih tangan Lily dan menggenggamnya erat. Dia mendekat, lalu mengecup pipi Lily dengan penuh sayang.
“Semangat, sayang,” ujarnya sambil tersenyum lebar.
Dengan perasaan senang, Lily melanjutkan langkahnya menuju mobil, sementara Isaac berdiri disana, menatap Lily dengan perasaan tak karuan.
Sebelum masuk ke dalam mobil, Lily melambaikan tangan kepada Isaac. Paginya mendadak cerah, membuatnya semangat untuk bekerja.
***
Lily duduk di ruang siaran, masih mengenakan mikrofon yang baru saja dilepaskan setelah siaran berita pagi. Tangannya gemetar, dia tahu kesalahan barusan tidak bisa dianggap enteng. Dia telah salah mengucapkan beberapa kata penting, membuat segmen berita yang seharusnya mulus menjadi sedikit kacau.
Pintu ruang siaran terbuka dengan cepat, dan atasannya, Hilmi, melangkah masuk dengan wajah yang tampak tegang.
"Lily, bisa ke ruanganku sekarang?"
Lily mengangguk pelan dan mengikuti Hilmi ke ruangannya. Begitu mereka masuk, Hilmi menutup pintu dan berbalik menghadap Lily dengan tatapan tajam.
"Kamu tau kan kesalahan kamu apa? Kacau! Bisa-bisanya kamu salah mengucapkan kata?" suara Hilmi terdengar tegas dan penuh kekecewaan.
Lily menunduk, mencoba mengatur napasnya sebelum menjawab. "Saya minta maaf, Pak."
Hilmi menghela napas panjang, matanya masih tak melepaskan Lily.
"Lily, kamu sudah bekerja di sini selama bertahun-tahun. Seharusnya kesalahan seperti ini tidak terjadi lagi. Kamu tahu betapa pentingnya ketepatan dalam penyampaian berita."
Lily merasa dadanya semakin sesak. "Saya benar-benar minta maaf, Pak. Saya akan berusaha lebih baik lagi."
"Tidak cukup hanya minta maaf, Lily," lanjut Hilmi dengan nada lebih lembut namun tetap serius.
"Kamu harus belajar lebih banyak lagi. Latihan membaca naskah, perbaiki diksi, dan pastikan kamu benar-benar siap sebelum siaran. Ini bukan pertama kalinya kamu melakukan kesalahan, dan kita tidak bisa terus-menerus membiarkan ini terjadi."
Lily mengangguk, air mata mulai menggenang di sudut matanya.
"Saya mengerti, Pak. Saya akan belajar dan berlatih lebih keras. Terima kasih atas peringatannya."
Hilmi menatap Lily sejenak, lalu menghela napas lagi. " Aku berharap kamu bisa menunjukkan perbaikan secepatnya."
Lily menatap atasannya dengan mata yang masih berkaca-kaca. "Terima kasih, Pak Hilmi. Saya tidak akan mengecewakan Anda lagi."
Hilmi mengangguk, lalu mengisyaratkan Lily untuk kembali ke tugasnya.
"Baiklah, kembali bekerja. Dan ingat, jangan biarkan kesalahan ini terulang lagi."
Lily keluar dari ruangan Hilmi dengan langkah berat. Perasaan kecewa dan marah pada dirinya sendiri bercampur menjadi satu.
Sebelum berangkat kerja, Lily diliputi oleh perasaan bahagia. Perlakuan Isaac membuatnya begitu berbunga-bunga hingga tak fokus saat bekerja. Di kepalanya hanya ada Isaac dan Isaac.
“Huh, aku harus lebih baik lagi. Harusnya aku bisa misahin antara kehidupan pribadi dan kerjaan,” keluh Lily. Dia menghela napas panjang, lalu memejamkan mata sejenak.
“Lily,” panggil Agatha dari arah belakang. Agatha baru saja menyelesaikan pekerjaannya sebagai scriptwriter. Dia berniat hendak ke pantry untuk sekedar membuat kopi, namun justru melihat Lily yang tampak kusut.
Lily menoleh dengan malas, lalu tersenyum tipis.
“Kamu ada masalah? Kok keliatan kacau,” tanya Agatha begitu sampai di samping Lily.
Lily menggeleng perlahan. Dia kembali berjalan ke meja kerjanya dengan diikuti oleh Agatha.
“Terus?” tanya Agatha penasaran.
“Justru aku lagi seneng,” lirih Lily seraya duduk di depan komputernya.
Agartha menarik kursi, lalu duduk di samping Lily. “Seneng? Terus kenapa kamu kacau gitu?”
“Ck, aku kepikiran Isaac terus. Agak nggak konsen tadi,” keluh Lily. Dia menyandarkan punggungnya, lalu menatap layar komputernya dengan tatapan kosong.
“Abis ribut sama Isaac?” cecar Agatha.
“Nggak ribut. Tadi pagi Isaac baik banget. Dia meluk aku, terus ngelus pundak gitu. Udah gitu tatapannya tuh keliatan sayang banget,” ujar Lily sambil senyum-senyum tak jelas.
Agatha mengerutkan dahinya bingung. Menurutnya, sikap Isaac begitu berubah-ubah. Terkadang kasar, baik, seenak sendiri, perhatian, dan masih banyak lagi.
“Lil, Isaac abis bikin salah kali, makanya baik. Cowok kan gitu, kalo abis bikin salah pasti bakal bersikap baik banget.”
“Ck, tau darimana? Kan kamu jomblo,” ejek Lily seraya melirik Agatha sekilas.
“Ih, gini-gini dulu pernah punya pacar, makanya tau. Lagian kamu jangan bucin-bucin amat deh.”
“Bucin gimana? Aku biasa aja, kok,” elak Lily. Menurutnya, dia masih ada di batas wajar.
“Aku ragu deh, sama Isaac,” celetuk Agatha membuat Lily menoleh penasaran.
“Ragu gimana?” desak Lily.
Agatha tampak berpikir, lalu berkata, “dia tuh, manis di awal doang. Dulu waktu PDKT baik banget. Dia keliatan ngejar-ngejar kamu gitu, tapi sekarang? Dia nyia-nyiain kamu,” terang Agatha.
Lily tampak tertawa ringan, “nyia-nyiain gimana? Nggak kok.”
“Nih, ya, dia kalo abis bikin kesalahan pasti minta maaf. Udah gitu minta maafnya tulus banget. Dia juga lagi cari kerjaan karena nggak tega liat aku kerja sendirian,” jelas Lily.
“Kamu nggak inget waktu dia maksa minta uang terus pergi gitu aja?” tanya Agatha.
“Itu karena Calvin kecelakaan. Dia butuh duit buat bantu Calvin dan juga buru-buru,” jelas Lily. Meskipun sempat marah pada Isaac, tapi akhirnya Lily mengerti setelah Isaac menceritakan semuanya. Dia jadi memahami kondisi Isaac.
Bagi Lily, setiap apa yang dilakukan Isaac pasti ada alasannya. Dia sebagai istri harus bisa memahami kenapa Isaac melakukan sesuatu hal. Dia tidak mau menyimpulkan apa-apa sendiri. Dia harus mendengarkan penjelasan dari Isaac.
JANGAN LUPA LIKE, KOMEN, VOTE, TAMBAHKAN FAVORIT, DAN BERI HADIAH UNTUK NOVEL INI ❤️ TERIMAKASIH
biar semangat up aku kasih vote utkmu thor