Astin yang sakit 3 hari telah meninggal duni, tetapi sebuah jiwa yang tersesat mengambil ahli tubuhnya.
Astin lalu berubah menjadi sangat berbeda, memberi kejutan pada orang-orang yang selama ini menghina Astin.
Kejutan apakah itu?
Yuk baca untuk mengetahuinya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon To Raja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
31. Bunga tiba-tiba dari Irman
Astin sedang berada di sebuah pusat perbelanjaan, perempuan itu membawa sebuah paper bag yang berlogo salah satu brand mewah di pusat perbelanjaan itu.
Sambil melangkahkan kakinya menenteng tas Hermes, Astin memperhatikan sekitarnya, melihat satu persatu pajangan di depan toko.
Setelah beberapa saat, Astin menghentikan langkahnya di depan sebuah toko yang memajang sebuah manekin yang menggunakan dress pengantin.
Dress berwarna putih dengan hiasan kupu-kupu dan tudung transparan yang menjuntai sampai ke lantai sangat menarik perhatian Astin.
Perempuan itu menggigit Bibir bawahnya, membayangkan dirinya dalam balutan gaun pengantin seperti itu, pasti akan sangat luar biasa.
Sayangnya, pernikahannya beberapa tahun yang lalu dirayakan dengan sangat sederhana, bahkan saat itu dia hanya menggunakan sebuah dress berwarna putih polos semata kaki dan bahkan tidak memegang bunga di tangannya.
Dia dan suaminya juga tidak memiliki cincin pernikahan, sampai saat ini sang suami belum peka memberikan cincin itu!
Mengingat hal tersebut membuat Astin merasa sedikit sedih, ia memalingkan mukanya untuk meninggalkan tempat itu ketika tiba-tiba saja sebuah buket bunga besar menghalangi pandangannya.
Buket bunga mawar putih yang dirangkai dengan sangat indah Itu membuat Astin mengeryit.
Dia bertanya-tanya siapa yang memberikan bunga seperti itu, karena tentunya suaminya bukanlah tipe pria yang romantis.
Cincin pernikahan saja tidak ingat, apalagi berniat memberikan sebuket bunga?
Sangat mustahil!
"Siap---" Astin menghentikan ucapannya ketika bunga bergeser ke samping memperlihatkan wajah seorang pria yang rupawan.
Dia adalah Irman, tersenyum ke arah Astin sambil berkata, "Ini pertama kalinya aku memberikan sebuket bunga untuk seseorang, dan aku harap untuk yang pertama kalinya ini tidak akan membuatku trauma memberikan bunga pada seseorang."
Kening Astin semakin mengerut, "Maafkan aku, kau sudah Salah memilih targetmu," ucap Astin sambil berbalik untuk meninggalkan pria itu karena tentunya dia tidak ingin terus berurusan dengan pria lain saat dia telah memiliki seorang suami.
Apalagi itu adalah pria yang sempurna!
"Tunggu!" Irman dengan cepat mengejar Astin, dan menghalangi langkah perempuan itu.
"Setidaknya bawalah buket bunga ini, terserah kau mau meletakkannya ke tempat sampah atau bagaimanapun, tapi Ini benar-benar pengalaman pertamaku memberikan bunga pada seseorang, tolong hargai usahaku," ucap Irman langsung mendorong bunga tersebut ke arah Astin membuat Astin mau tak mau mengambil bunga tersebut dan melihat sang pria tersenyum melangkah mundur menjauhi Astin, wajahnya tampak berseri-seri seolah-olah baru saja berhasil menyenangkan hati wanitanya.
Astin tercengang, benar-benar merepotkan!
Setelah pria itu benar-benar menjauh, Astin menghela nafas sambil berbalik, merasa bingung harus meletakkan bunga tersebut di mana sampai akhirnya ia melihat seorang perempuan yang tampak mengantuk berjaga di depan toko.
Astin langsung menghampiri perempuan tersebut dan memberikan buket bunga itu pada Sang Perempuan.
Wajah perempuan itu tampak bingung, tetapi Astin dengan cepat berkata, "seorang pria di sana tadi menyuruhku memberikan buket bunga ini padamu."
Setelah berbicara demikian, Astin langsung melangkah pergi membuat sang perempuan yang awalnya mengantuk pun langsung menjadi segar, dia berusaha mencari pria yang mengirimkan buket bunga tersebut, Namun Tentu saja dia tidak bisa menemukannya.
Tetapi meski tidak menemukan pria itu, dia tetap merasa begitu senang dan hatinya seketika dipenuhi bunga-bunga bermekaran.
Sementara Astin, dia langsung kembali ke rumah karena kehilangan mood untuk berbelanja hari itu.
Dengan cepat, Astin tiba di kediaman keluarga Sigala, dia langsung disambut oleh dua perempuan yang sedang bercakap-cakap di ruang tamu, mereka adalah Sandriana dan Chika.
"Ibu," Astin menyapa Ibu mertuanya dengan sopan.
"Kau sudah pulang, kemarilah," ucap Sandriana sambil menepuk kursi di sebelahnya membuat Astin mendekati Ibu mertuanya dan duduk Seraya melirik Chika.
Entah kenapa dia merasa terancam dengan kehadiran perempuan itu di sekitarnya.
"Apa yang ingin Ibu bicarakan?" Tanya Astin.
"Sebentar lagi adalah hari ulang tahun Arga, Ibu berencana untuk merayakannya, sekarang sedang memilih konsep yang tepat," ucap Sandriana sambil memperlihatkan dua konsep pada Astin membuat kening Astin mengeryit.
Selama ini, Arga tidak pernah merayakan ulang tahunnya secara besar-besaran, biasanya ulang tahunnya hanya akan mengundang sahabatnya saja dan menghabiskan waktu bersama-sama di sebuah bar.
Lalu pada siang harinya, dia akan berkumpul untuk makan bersama keluarga, tidak pernah melakukan sebuah perayaan, namun ketika melihat konsep yang sedang disusun oleh Sandriana, Astin sangat terkejut mendapati pestanya akan digelar begitu mewah, bahkan terlihat seperti akan mengalahkan pesta yang digelar untuk ayah mertuanya
"Ini akan menjadi pesta kejutan untuk Arga, Jadi kami menyiapkannya secara diam-diam, dan kami sudah memilih dari sekian banyak konsep dan akhirnya memutuskan untuk memilih antara salah satu konsep yang sedang kau pegang itu," ucap Sandriana.
"Benar sekali," Chika menganggukkan kepalanya, bersemangat, "aku rasa kali ini ulang tahun Kak Arga harus dirayakan besar-besaran karena tahun ini dia genap berumur 30 tahun. Usia yang sangat matang dengan sederet pencapaian luar biasa yang telah didapatkannya," Chika bersemangat berbicara.
"Ya, kalau begitu gunakan konsep yang ini," Astin akhirnya menjatuhkan pilihannya pada sebuah konsep outdoor yang terlihat estetik.
Tetapi Chika yang melihat itu, dia langsung berkata, "aku rasa konsep dalam ruangan masih cukup baik dan populer saat ini. Lagi pula jika di luar ruangan, mungkin saja cuacanya tidak akan mendukung di hari itu, apalagi sekarang adalah musim hujan, bagaimana kalau ada hujan dan mengacaukan pestanya? Selain itu, Kak Arga bukan tipe orang yang menyukai suasana di luar ruangan."
Astin menatap Chika, perempuan di hadapannya ini tampaknya bersikap seolah-olah lebih mengenal Arga dibanding istri Arga itu sendiri.
"Chika benar, Arga lebih menyukai suasana di dalam ruangan dibanding di luar ruangan,. Mari kita mengikuti konsep yang dipilih oleh Chika," Sandriana akhirnya berbicara setelah memikirkan Bagaimana kedua perempuan di hadapannya ini mengenal Arga.
Yang satu telah mengenal Arga sejak kecil, sementara yang lain baru mengenal Arga beberapa tahun, sehingga jelas mudah untuk mengetahui siapa yang lebih mengenal Arga.
Lagi pula sebelumnya dia memang setuju dengan apa yang dikatakan oleh Chika.
Mendengar dua perempuan di hadapannya, maka Astin meletakkan dua foto konsep yang ada di tangannya.
Dia merasa kesal dalam hati bahwa dia diajak untuk berdiskusi, Namun sepertinya pendapatnya tidak benar-benar dibutuhkan oleh dua perempuan itu.
Astin lalu berkata, "kalau begitu aku akan menyerahkan seluruh persiapannya pada ibu."
"Aku pasti akan membantu tante untuk menyiapkan semuanya," ucap Chika tampak bersemangat.
"Kalau begitu kita harus memilih dekorasi ruangannya," ucap Sandriana membuat Chika mengangguk penuh antusias dia langsung berpindah duduk di samping kanan Sandriana dan mulai berbincang-bincang.
Sambil berbicara dengan Sandriana, Chika sesekali menatap Astin, tampak jelas Chika memperlihatkan ekspresi kemenangannya.
Astin yang melihat itu tidak berkata apapun, dia hanya berdiri dan langsung berjalan untuk pergi.
Tetapi Chika tidak bisa membiarkannya begitu saja, "Kenapa Kau tampak sama sekali tidak tertarik dengan persiapan ulang tahun ini? Bukankah kau istri Kak Arga? Seharusnya kau lebih antusias bukan?" Chika bertanya dengan sebuah senyum mengejek di wajahnya..
Sandriana yang mendengar itu pun menatap menantunya, dia memang merasa bahwa menantunya Itu tampak tidak tertarik dengan apa yang sedang mereka bicarakan.
Namun Sandriana terkejut ketika Astin berkata, "Bagaimana mungkin aku memberikan pendapat? Aku baru mengenal suamiku beberapa tahun belakangan, Jadi tidak mungkin mengetahui apapun yang dia sukai. Aku tidak ingin disalahkan jika nanti terdapat kesalahan, jadi aku akan menyiapkan sesuatu yang lain saja."
Setelah berbicara, Astin langsung meninggalkan kedua perempuan itu dengan Sandriana yang tiba-tiba merasa sedih atas ucapan Astin barusan.
Tetapi Chika yang duduk di samping Sandriana pun langsung berkata, "dasar! Dia pasti sengaja bersikap begitu untuk membuat kita merasa bersalah. Padahal tadi kita sudah menawarinya untuk ikut bergabung, tapi dia sendiri yang terus diam. Aku jadi merasa kasihan pada Kak Arga yang memiliki istri seperti itu."
Sandriana balik menatap Chika yang tampak kembali fokus melihat satu persatu foto konsep yang mereka dapatkan dari salah satu WO kenalan Sandriana.
'Dari dulu Chika memang selalu memperhatikan Arga, tetapi sayang sekali bahwa mereka tidak diizinkan untuk bersatu,' Sandriana menghela nafas dengan panjang, berusaha untuk tidak membuat pikirannya semakin jauh melenceng.
dasar ular kadot