"Aahh apa yang kak Angga lakukan?" teriak Nara dengan kencang sambil mendorong tubuh Angga menjauhi nya, Angga pun terjatuh dari ranjang yang otomatis penyatuan yang baru separo jalan pun terlepas karena Nara sadar dari obat tidurnya.
Dengan bibir bergetar dan air mata yang sudah mengalir deras di wajah, Nara mencoba turun dari ranjang tapi sayangnya Angga telah sigap dan menjatuhkan tubuh Nara kembali ke ranjang serta menaiki tubuh Nara kembali.
"Lepas kak lepasin Nara, jangan sakiti Nara, please." iba nya disela tangisan dan suara yang serak karena lelah berteriak. Tetapi bukan nya iba Angga malah menarik paksa selimut yang menutupi tubuh polos Nara.
Nasib sial di alami Nara, gara-gara ia menolak cinta Angga, berakhir dengan kesuciannya yang terenggut oleh kakak tingkatnya itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Danira16, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berbagi Peluh
Hati-hati Bacanya, bikin panas dingin 😁🤪
Pagi harinya Angga mengerjapkan membuka matanya dan melihat sekeliling ruangan, ia masih belum ingat ia berada dimana, pusing yang ia rasakan begitu menghantam kepalanya, ketika ia membuka selimut Angga benar- benar kaget karena tubuhnya telah polos, ia bingung dan mengingat kembali ingatannya malam itu namun ia masih belum bisa ingat.
Lalu kenapa ia bisa sampai polos tanpa sehelai apapun, bukankah semalam nara hanya menanggalkan celana saja?? Namun kenapa saat bangun Angga mendapati tubuhnya sudah polos dengan senjata yang makin mengeras....??
Ternyata jawabannya semalam memang Nara hendak keluar dari kamar hotel, namun ia sejenak menoleh ke arah Angga yang tertidur nyenyak diranjang, ia ingin Angga betul- betul kaget jika ia bangun dalam keadaan polos, sesekali ia ingin mengerjai mantan kekasihnya.
Angga yang tertidur dengan selimut itu pun ia hampiri, tangan Nara masuk ke dalam selimut itu dari bawah, dan menggapai celana dalam Angga, ia turunkan perlahan-lahan hingga celana itu terlepas dari kakinya, lalu Nara buang ke bawah, untuk itu ia tersenyum ketika ia melangkah keluar dari kamar yang Angga tempati.
Kini Angga hanya bisa memukul- mukul kepalanya dengan pelan mengingat kejadian itu, namun hasilnya nihil, ia belum ingat kejadian semalam, mungkin karena pengaruh alkohol semalam yang ia minum mempunyai konsentrasi yang tinggi.
Angga melangkah ke kamar mandi dan mulai membersihkan diri, dan segera menyalakan shower, di dalam ia bergumam sendiri.
"Sapa yang telah tidur denganku....?? Apa Raline...?? Bukankah ia pulang dengan Fiki...??"
Angga segera menyelesaikan mandinya dan bersiap-siap untuk segera check out.
"Mas saya mau check out" Ucap Angga yang kemudian memberikan kunci kamar hotel itu.
Resepsionis hotel itu pun mengambil kunci itu dari tangan Angga dan mengeceknya lewat komputer.
"Oiya terima kasih tuan Felix." ucap resepsionis wanita itu.
"Apa tadi mbak, Felix...??" Angga kaget mendengar yang open kamar itu adalah Felix.
"Bukankah anda tuan Felix?"
"Bukan....!!" jawab Angga.
"Tapi disini yang pesan kamar atas nama tuan Felix, tapi semalam ada seorang wanita mengambil kartu tanda pengenal Felix sehingga ia menjaminkan kartu SIM nya kepada pihak hotel, ini mas nanti bisa Anda berikan pada yang bersangkutan.." Resepsionis memberikan SIM Nara kepada Angga.
"Kinan...." Angga membaca nama SIM Nara.
Setelah Angga pergi dari ruang itu ia bergegas pulang menuju apartemennya, Nara memang sengaja ingin memberikan SIM itu supaya Angga semakin yakin kalau dia itu bukan Nara melainkan Kinan.
***
***
Apartemen Raline
Raline tertidur pulas, hingga ia tak sadar hari ini ia harus pergi rapat di perusahaan ayahnya, dia mengucek matanya yang masih berat untuk ia buka. Ketika Raline bangun ia kaget mendapati dirinya telah polos tanpa sehelai benang pun, ia berteriak kencang.
"Aaakkhh"
"Busyet berisik banget sih"
Mata Raline menatap lelaki yang tidur bersamanya itu ternyata asisten sekaligus sahabat Angga, yang bernama Fiki.
Raline berteriak dan menutupi tubuhnya yang polos, namun Fiki biasa saja hanya menatap Raline yang sedang kalut, ia cuek dan berdiri menghampiri Raline yang sibuk berteriak ketika melihat Fiki dengan santainya telah polos sama seperti dirinya.
"Berisik, bisa diam gak!!"
Fiki yang kemudian menutup mulut Raline dengan tangannya dan menjatuhkan Raline ke ranjang, ia mengukung Raline dan langsung memposisikan alat tempurnya berada di bibir inti Raline dan langsung memasukinya.
Sama saat semalam ia dan Raline bermain kuda-kudaan dengan sangat menggelora.
Jleeebbb.......
Akhhh
Mereka bersamaan mendes*h pelan, Raline menggigit bibir bawahnya, ketika milik Fiki telah berada di intinya.
Fiki mulai memompa Raline dengan tempo perlahan dengan melumat bibir Raline, hingga kini pompaan yang dilakukan Fiki di area inti Raline makin menjadi dan makin cepat.
Membuat gunung kembar Raline terguncang hebat, Fiki yang melihat nya langsung menaruh tangganya digunung kembar itu dan meremasnya dengan keras.
"Awww shh sakit brengs*k...." Raline menggeliat tubuhnya ketika ia merasakan gempuran hebat yang dilakukan asisten tunangannya.
"Shit enak banget ternyata punya Lo, udah sering ya lu main sama yang lain hemm..." Tebak Fiki disela gempurannya.
"Aahh bawel banget sih Lo, udah buruan kelarin gue mau cepet ke kantor."
Raline membiarkan Fiki menikmati tubuhnya karena ia merasa nanggung menyudahinya, mungkin enak kali ya pikir Raline performa dari Fiki 🤪😁
Mereka akhirnya terkulai lemah kembali, lalu apa yang terjadi hingga Fiki bisa naik keranjang Raline dan bergelut dengan tunangan bosnya.
**
**
FLASHBACK ON
Semalaman Raline dan Fiki telah sampai pada depan apartemen Raline, itu pun karena Angga yang menyuruh asistennya itu yang mengantar Raline yang juga mabuk.
Hingga pintu terbuka Fiki memapah tubuh langsung Raline dan menidurkan nya di ranjang.
Namun ketika Fiki hendak melangkah pergi tangannya dipegang erat oleh Raline dan menariknya hingga Fiki jatuh di ranjang Raline dan kini tepat berada di atas tubuh seksi Raline.
"Shit seksi nya ini orang, kenapa Angga kalo ketemu makhluk ini berasa jijik ya?" Gumam Fiki dalam hati ketika ia tak sengaja mengamati gundukan Raline yang begitu besar.
Raline memeluk tubuh Fiki dengan erat dan menciumi leher Fiki dan menyesapnya. "
Fiki menghubungi Angga dan seketika itu teleponnya di angkat oleh Angga.
"cepet ke apartemen tunanganmu tuh, dia kayaknya lagi pengen lu sodok". Ucap Fiki yang kalo udah ngomong gak bisa di filter.
"Gue gak minat sama tubuh dia, udah kalo lo mau tolong wakilin gue aja, toh dia juga bakal gak inget besoknya." Ujar Angga memberikan idenya yang tolol.
"Gila Luh, masa gue main sama tunangan lo sendiri sih, mana lo sahabat gue pula. Walaupun gue ini bastard." Balas Fiki yang sok-sok an.
"Halah udah pake aja dia, toh paling dia udah gak virgin. Lagian gue terima tunangan sama dia juga karena gw gak ada bukti kalo gue sama dia udah pernah bercinta seperti yang Raline tuduhkan."
"Terus gue gimana nih pulang atau gimana...?" Tanya Fiki lagi yang auto bingung.
Pasalnya Raline telah menjilati leher Fiki dengan buas, dia tidak sadar jika yang ia sentuh bukan Angga, melainkan Fiki.
"Udah terserah elu aja, yang pasti gue dah izinin Lo."
Angga langsung menutup saluran teleponnya, saat malam itu Angga tengah mabuk juga hingga ia bertemu Nara dan pacarnya yang sedang berbincang di depan kamar.
Akhirnya karena tak tahan dengan godaan Raline yang terus saja menyesap lehernya, Fiki langsung melumat bibir Raline dan menyesapnya.
Raline yang mengira itu adalah Angga dengan senang hati membalas ciuman Fiki dengan buas pula, ia membuka mulutnya untuk memberikan akses oleh Fiki untuk masuk kedalam mulut Raline.
Fiki memang terkenal playboy, dia sudah sering merasakan one night stand dengan banyak wanita namun ia tidak pernah mengedepankan cinta, hanya nafsu semata.
Kini tangan Fiki merayap kayak cicak ke gaun Raline dan membuka resleting belakangnya, kini tubuhnya telah setengah polos dengan dalaman senada berwarna hitam menggoda.
"Sial punya gw dan keras aja liat yang bening gini."
Tak menunggu waktu lagi Fiki menanggalkan pakaiannya semua hingga kini ia telah dalam posisi polos tanpa helai benang yang menutupi tubuh atletisnya.
Tak lupa ia juga melepas dalaman Raline dan terpampanglah pemandangan yang menggiurkan sampai- sampai Fiki tak sadar telah mengeluarkan air liurnya melihat keseksian Raline.
Tidak menunggu lama Fiki pun mengeksekusi Raline, ia menyusu pada gundukan tunangan bosnya yang putih dan besar ukurannya.
Fiki hanya diam saja ketika yang Raline ucapkan saat mendes*h adalah Angga, hingga Fiki yang sudah d liputi g*irah tinggi pun mulai mengarahkan pistol kebanggaannya ke inti Raline dan langsung menancapkannya dengan sekali hentakan.
Akhirnya terjadilah adegan kuda-kudaan antara Fiki dan Raline di kamar Raline di apartemennya.
Sudah 2 jam mereka melakukannya namun Fiki belum mau menyudahinya, mana mau dia cepat keluar, sayang banget menurut Fik.
Fiki biasanya membayar wanita penghangat ranjangnya, dan kini ia dapatkan dari tunangan temannya dan itu gratis dan body nya lebih hot dari wanita bayarannya.
Fiki telah mendapatkan pelepasannya hingga ia merasa puas.
Malam itu baik Fiki dan Raline tidur bersama diranjang yang sama dengan saling berpelukan, peluh mereka berdua membasahi ranjang yang mereka tiduri, namun mereka membiarkannya karena lelah mendera tubuh mereka.
**
**
Apartemen Angga
Setelah mencapai apartemennya Angga terduduk di sofa dengan memegang kartu SIM Kinan dan membaca alamat tinggal Kinan. Angga pun masih belum ingat kenapa bisa ia berada dalam kamar hotel yang dipesan Felix, namun Nara yang meninggalkan SIM itu.
"Ada yang aneh, baiklah nanti aku cari tahu." ucap Angga lirih dengan menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Apakah nanti Angga akan pergi kerumah Kinan dan menyelidiki Kinan lebih jauh......??