Di tolak tunangan, dengan alasan tidak layak. Amelia kembali untuk balas dendam setelah delapan tahun menghilang. Kali ini, dia akan buat si tunangan yang sudah menolaknya sengsara. Mungkin juga akan mempermainkan hatinya karena sudah menyakiti hati dia dulu. Karena Amelia pernah berharap, tapi malah dikecewakan. Kali ini, gantian.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
*7
Kesal. Tapi lagi-lagi, Citra harus bersabar. Tak lama setelahnya, barulah Ricky datang menghampiri Citra. Tentu saja gadis itu bahagia bukan kepalang. Namun, raut bahagia Citra langsung sirna saat satu pertanyaan yang Ricky lontarkan.
"Di mana Amelia?"
"Ap-- apa? Amelia?"
"Ah, maksudku, kak Amel. Dia -- "
"Jangan bilang kalau dia tidak datang," ucap Ricky cepat dengan wajah yang agak kesal.
"Dia-- "
"Melia di belakang. Dia datang kok, tuan muda. Hanya saja, dia gak mau pakai mobil yang sama dengan kita. Maklum, anak itu sudah benci aku dan Citra sejak awal bertemu. Jadi, dia selalu tidak suka ada di satu tempat yang sama dengan kami."
Baru juga kata-kata itu selesai mama Citra ucapkan, si sopir yang sebelumnya bertugas membawa Melia langsung masuk dengan wajah pucat. Keringat dingin juga terlihat memenuhi wajahnya.
"Nyonya. Berita buruk," ucapnya buru-buru tanpa pikir panjang lagi.
Maklum, itu si sopir sudah panik sejak awal. Lalu, berusaha menghubungi nomor majikannya, tidak ada satupun yang menjawab panggilannya itu. Jadi, dia terpaksa datang ke tempat pesta dengan wajah paniknya itu sekarang.
"Ada apa? Apa yang terjadi?"
"Nona muda."
"Nona muda kecelakaan."
Deg. Jantung Ricky seakan mau copot mendengar ucapan itu. Matanya yang sebelumnya menatap dengan datar, kini tiba-tiba saja melebar, membulat sempurna seakan mau copot.
"Apa!"
"Bagaimana mungkin?"
Tiba-tiba saja, akal sehat Ricky hilang. Wajahnya panik terlihat dengan sangat jelas. Tak hanya itu saja, tubuh pria yang ada di hadapannya langsung dia guncang kuat setelah kedua tangannya mencengkram kedua pundak si sopir dengan keras.
"Katakan padaku! Bagaimana dia bisa kecelakaan!"
Semua yang ada di sana di buat panik dengan ulah Ricky. Gegas, kepala pelayan yang sudah dianggap sebagai orang penting di sisi Ricky menghampiri majikan mudanya. Dia raih tangan Ricky dengan lembut.
"Tenang, tuan muda. Jangan gegabah. Dengarkan ceritanya. Jangan emosi."
Ricky cukup patuh dengan pak tua. Jadi, satu apa yang pak tua katakan langsung dia lakukan. Sementara itu, si sopir yang sedang gemetaran karena ulah Ricky sebelumnya langsung menceritakan apa yang sebelumnya terjadi.
Pesta pergantian tunangan seketika kacau balau. Citra yang sebelumnya sangat bahagia, kini mendadak murung. Bagaimana tidak? Dirinya ternyata tidak lebih berharga dari Amelia. Bahkan, saat kabar Amelia yang sedang kecelakaan terdengar, Ricky panik bukan kepalang? Bukankah Ricky tidak menyukai Amelia? Lalu kenapa pria itu bisa bersikap seperti barusan?
Tidak ada ruang untuk Citra bertanya. Karena setelah mendengar penjelasan dari si sopir, Ricky malah langsung menutup pesta yang sebenarnya belum pun di mulai.
Gegas pula Ricky membawa pak tua menuju rumah sakit. Ketika Citra ingin mencegahnya. Sang mama langsung sigap menahan. Wajah kesal Citra semakin terlihat dengan sangat jelas.
"Masuk mobil, Citra."
"Mama."
"Kita harus segera ke rumah sakit. Jangan buat citra dirimu hilang. Jangan buat papamu menunggu lama. Jangan buat Ricky berpikiran buruk tentang kamu. Kamu ngerti gak sih, Cit?"
"Mama gimana sih? Aku harus ngerti kek gimana sekarang, Ma ha? Pesta ku hancur. Harapanku musnah. Mama gak liat kalo-- "
"Citra, cukup! Apa kamu mau memperlihatkan siapa kamu yang sesungguhnya di depan Ricky?"
"Siapa aku yang sesungguhnya gimana maksud mama? Aku itu kek mana, Ma ha?" Nada bicara Citra kali ini tak kalah tingginya dengan sang mama. Karena hatinya terlalu kesal akibat kegagalan yang sedang dia alami.
Sang mama langsung memegang kedua bahu anaknya. "Lihat mama, Citra!"
"Apa kamu mau memperlihatkan kalau kamu tidak suka Amelia pada Ricky, hm? Apa kamu ingin memperlihatkan kalau kamu bahagia atas nasib buruk yang Melia alami? Apa kamu mau dianggap gadis buruk yang tidak memikirkan orang lain?"
Citra terdiam. Kali ini, dia baru sadar akan niat sang mama. Dia juga baru sadar kalau dirinya harus tetap mempertahankan citra baik di depan Ricky.
"Dengar mama, Citra. Saat ini, Melia mungkin sudah mati. Jadi, tidak ada lagi penghalang untuk kamu buat nikmati segalanya. Keluarga Racham. Keluarga Amerta. Semua milik kamu sekarang."
Citra kini bisa mengukir senyum kecil. Hati kesal sudah sirna. Kali ini, rasa bahagia yang sedang menyapa.
"Aku paham sekarang, Ma."
"Maafkan aku untuk sikapku yang sebelumnya."
"Gak papa. Mama maklum. Kamu masih muda. Tapi, kamu harus tetap belajar bersabar. Mama juga kalongak sabar gak akan bisa menduduki posisi mama yang sekarang."
"Maksud mama?"
"Ah, lupakan saja. Kita harus segera berangkat. Jangan buat mereka menunggu lama. Kita harus bisa menguasai situasi, bukan?"
"Kamu paham 'kan dengan apa yang mama maksudkan?"
Senyum kembali Citra ukir. Anggukan pelan langsung menyertai.
"Aku paham, Ma."
.....
Kabar duka langsung terdengar. Ternyata, gadis yang tertabrak mobil itu tidak bisa diselamatkan lagi. Lukanya yang terlalu parah, lalu terlalu kehilangan banyak darah. Dia tidak bisa di tolong lagi sekarang.
Sungguh malang nasibnya. Takdir yang memihak pada Melia membawa nasib buruk pada gadis tersebut. Namun, karena itu pula, Melia terbebas dari segalanya.
Wajah gadis itu terluka parah. Sebagian wajah hancur, lalu sebagian terluka goresan-goresan kecil, lalu bengkak. Tidak ada yang tahu kalau dia bukan Melia. Selain dari baju yang si sopr yakini kalau itu adalah nona muda mereka, tidak ada yang tahu kalau itu bukan Melia.
Jenazahnya pun langsung di makamkan setelah di bawa pulang. Jadi, tidak ada kesal sama sekali. Tidak ada penyelidikan lebih lanjut lagi. Karena mereka mengatakan, yang gadis itu alami murni kecelakaan.
....
Hari demi hari setelah kejadian itu terjadi. Keluarga Racham tentu saja tidak terlalu berduka. Sebab, mama dan juga adik tiri tidak punya hati. Papa malah tidak punya perasaan. Padahal, Melia adalah anak kandungnya. Tapi, rasa sedihnya hanya muncul sesaat saja. Setelah beberapa hari, dia malah melupakan apa yang dia rasakan.
Sebaliknya, pasangan ibu dan anak malah benar-benar bahagia. Apa yang selama ini mereka cita-citakan akhirnya terwujud juga. Mereka bisa menguasai kekayaan keluarga Racham. Lalu sekarang, tanpa ada hambatan, Citra bisa menjadi calon satu-satunya untuk tuan muda Amerta yang terpandang.
....
*Delapan tahun kemudian.
Waktu berlalu terlalu cepat ternyata bagi sebagain orang yang tidak merasakan penderitaan. Sebaliknya, bagi yang hidup dalam penantian, juga yang sedang berjuang untuk sesuatu yang mereka inginkan, waktu berjalan terlalu lambat.
Delapan tahun, cukup banyak perubahan yang terjadi. Baik pada manusia, maupun pada lingkungan tempat tinggal manusia itu sendiri. Delapan tahun berjalan, mereka yang sedang menikmati kekayaan masih bisa menikmatinya dengan bahagia. Lalu, mereka yang berusaha sedang mengatur strategi untuk maju.
Sudah waktunya yang menghilang kembali. Membawa pembalasan untuk dendam yang sudah mereka yang jahat ciptakan. Rasa sakit harus segera dibayar. Jika tidak, perjuangan akan sia-sia saja.
tp karena mereka bodoh maka akalnya tak sampai kesitu 😀