Diego Murphy, dia adalah seorang pembunuh berdarah dingin, dan dia juga adalah seorang mafia yang telah mendedikasikan hidupnya untuk mengabdi kepada klan Dark Knight. Bahkan dia telah mendapatkan julukan sebagai The Killer, siapapun yang menjadi targetnya dipastikan tidak akan pernah bisa lolos.
Ketika dia masih kecil, ayahnya telah dibunuh di depan matanya sendiri. Bahkan perusahaan milik ayahnya telah direbut secara paksa. Disaat peristiwa kebakaran itu, semua orang mengira bahwa dirinya telah mati. Padahal dia berhasil menyelamatkan dirinya sendiri.
Setelah beranjak dewasa, Diego bergabung dengan sekelompok mafia untuk membalaskan dendamnya dan ingin merebut kembali perusahaan milik ayahnya.
Disaat dia melakukan sebuah misi pembunuhan terhadap seorang wanita, malah terjadi sebuah insiden yang membuat dia harus menjadi menantu dari pembunuh ayah kandungnya sendiri. Sehingga dia terpaksa harus menyembunyikan identitasnya.
Apakah Diego berhasil membalaskan dendamnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DF_14, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7
Malam ini suasana di kampung Z begitu sangat sepi dan sunyi. Tempat tersebut memang cocok sekali untuk dijadikan tempat menenangkan diri. Di sekitar panti asuhan terdapat perkebunan yang sangat luas, dan tak jauh dari pesawahan.
Vanessa nampak sangat menikmati suasana malam hari di kampung tersebut. Dia sedang duduk di kursi panjang yang terdapat di depan panti asuhan. Suara jangkrik terdengar sahut menyahut menandakan hari telah mulai malam. Bahkan malam ini banyak sekali bintang di angkasa yang membuat malam ini begitu sangat indah.
Vanessa saat ini sedang menggenggam selembar kertas, dia memperhatikan kertas yang berisikan gambar, rupanya gambar itu adalah hasil karya salah satu anak dari panti asuhan. Memang karena gambarnya sangat bagus dan mengingatkan Vanessa akan masa lalunya, sehingga dia memilih untuk memberikan hadiah kepada anak tersebut.
Di gambar tersebut terlihat seorang anak laki-laki dan anak perempuan yang sedang bergandengan tangan. Membuat dia teringat tentang masa lalu, saat dia menggambar hal yang sama persis, yang rupanya hari itu adalah hari yang sangat menyedihkan. Karena sosok pria yang selalu dia anggap pahlawan itu akhirnya harus pergi untuk selamanya, karena mengalami kebakaran di vila.
Vanessa masih mengingat dengan sangat jelas ketika dia sering di ganggu oleh anak-anak yang lainnya di sekolah. Saat itu dia sudah menginjak kelas satu SD, walaupun usianya masih 5 tahun, tapi dia sudah memiliki kemampuan membaca dan menulis cukup lancar.
Flashback On...
Dulu Vanessa sering diganggu oleh teman-teman sekelasnya ataupun oleh kakak kelasnya. Dan Diego lah yang selalu menjadi pahlawan untuknya. Anak kecil itu selalu melindungi Vanessa. Mungkin karena Diego adalah anak dari pemilik sekolah, membuat semua anak-anak yang sekolah disana takut kepadanya.
"Kamu tidak apa-apa?" Tanya Diego kepada Vanessa sambil mengulurkan tangannya.
Vanessa saat itu sedang terduduk di lapangan sambil menangis, karena ada tiga orang anak laki-laki yang sengaja mendorongnya membuat dia terjatuh.
Vanessa berhenti menangis, dia meraih uluran tangan Diego. Kemudian dia segera berdiri. Sementara ketiga anak yang mendorong Vanessa sudah dibuat babak belur oleh Diego.
Perlakuan Diego sangat lembut, dia membawa Vanessa ke UKS, untuk mengobati luka di lututnya.
"Shhhh..." Vanessa berusaha untuk menahan dirinya agar tidak menangis ketika Diego sedang mengobati lututnya.
"Anak pintar gak boleh nangis. Kamu mau ini?" Diego memberikan sebuah permen karet kepada Vanessa. Permen karet memang makanan kesukaan Diego.
Dengan malu-malu Vanessa membawa permen karet pemberian dari Diego. "Makasih kak Diego."
Diego hanya tersenyum lebar sambil menganggukkan kepalanya.
Setiap kali Tuan Arthur berkunjung ke mansion milik Tuan Abidzar, Tuan Arthur sering membawa Vanessa kesana. Sehingga Vanessa dan Diego sering bermain bersama. Termasuk mereka pernah bermain nikah-nikahan.
Diego adalah sosok anak yang sangat ceria dan selalu menghibur Vanessa. Membuat Vanessa selalu merasa bahagia setiap kali bermain dengannya.
Flashback Off...
Tanpa terasa Vanessa menitikkan air matanya sambil memandangi gambar tersebut. Mungkin karena dia sangat merasa kehilangan sosok pahlawan untuknya.
Seandainya Diego masih hidup. Vanessa yakin Diego akan tumbuh menjadi sosok pria yang tampan dan hangat. Dari dulu Diego anaknya selalu ceria dan sering bercanda. Membuat Vanessa selalu terhibur dengan ulahnya.
"Kak Diego, sudah tidak terasa 20 tahun kamu meninggalkan dunia ini. Aku sangat merindukanmu." Lirihnya sambil menghapus air mata yang terus saja mengalir membasahi pipi.
Dulu ketika dia mendengar kabar akan kematian Diego dan ayahnya. Vanessa menangis terisak-isak, sangat merasa kehilangan. Dan yang lebih menyakitkan, tubuh Diego dan ayahnya sudah menjadi abu. Hanya menyisakan sebagian tulang belulang yang sudah tidak bisa teridentifikasi.
Tanpa Vanessa sadari, ada seseorang yang sedang mengawasinya dari kejauhan. Sepertinya dia sedang merencanakan sesuatu terhadap Vanessa.
Orang tersebut langsung menghubungi seseorang, "Dia sedang duduk di depan panti asuhan. Apakah kami harus langsung membunuhnya?"
Kemudian terdengar suara seseorang di sebrang sana, "Nanti saja, kalau dia sedang pergi ke tempat yang sepi. Langsung bunuh saja. Aku ingin kalian membuat dia mati seolah-olah mengalami kecelakaan."