Bagaimana jadinya jika seseorang kembali ke masa lalu..
Michelina seorang istri yang mencintai Kaisar Jasper dengan sejuta warna. Selama di kehidupannya ia tampil glanmour, seakan dirinya akan membuat Kaisar Jasper terpesona. Namun apa yang ia dapatkan hanyalah sebuah penghinaan. Kaisar Jasper tidak pernah menginginkannya atau lebih tepatnya tidak mencintainya.
Suatu hari Kaisar Jasper membawa seorang gadis dari kalangan biasa,menjadikannya istrinya. Kaisar Jasper sangat mencintai gadis itu. Hingga membuatnya buta dalam kecemburuan. Dia pun mencelakai gadis itu, lalu membuat Kaisar Jasper marah dan menjatuhi hukuman mati padanya.
"Ayah, Ibu maafkan aku. Aku yang bodoh mencintainya. Seharusnya aku tidak mencintainya."
ig:@riiez.kha.37
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sayonk, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bertemu dengan Marquess Azel
Setibanya di kamarnya Duchess Mia memeluk Duke Ronaf. Ia menangis dalam pelukannya. Sama halnya dengan dirinya, ia juga rapuh dalam hal ini. Pernikahan ini hanyalah pernikahan politik. Diantara keluarga bangsawan, keluarganya yang paling kuat. Sehingga para bangsawan menaruh hormat padanya. Dan demi memperkuat kedudukan Putra Mahkota. Kaisar Zen, ayah dari Kaisar Jasper berniat menikahkan putranya dengan putrinya.
"Kita harus bagaimana?" Duchess Mia melepaskan pelukannya. Dia beralih ke arah jendela.
"Dengar, ini semua demi putri kita. Kita harus melaluinya. Besok aku akan mencari informasinya."
"Jangan khawatirkan apa pun, sebaiknya kamu beristirahat." Duchess Mia pun menuruti perintah suaminya. Ia berjalan ke arah ranjangnya lalu membaringkan tubuhnya.
Keesokan harinya.
Setelah selesai sarapan, Michelina berpamitan pada Duke Ronaf dan Duchess Mia. Ia akan kembali ke istana. Tidak enak, jika dirinya lebih lama tinggal di luar istana. Saat Kaisar Jasper sedang tidak ada di istana. Bunyi langkah kaki kuda itu semakin menjauh dari kediaman Duke. Michelina memandang ke arah luar seraya menopang dagu.
"Apa ada sesuatu yang mengganggu pikiran Permaisuri?" tanya Lucilla. Dia ingin sekali, Permaisuri Michelina terbuka padanya. Meskipun dia hanyalah seorang pelayan, ia akan berusaha membantunya.
"Jika kelak aku keluar dari istana, apa kamu akan ikut dengan ku?"
"Kemana pun Permaisuri pergi, Lucilla akan mengikuti Permaisuri."
Michelina mengangguk, jika semua berjalan dengan rencana seperti dulu. Kaisar Jasper dan Zoya akan bertemu di perbatasan. Wilayah Kaisar Jasper berbatasan dengan Wilayah Zone. Percuma saja dia menyuruh ayahnya mencari tau.
Tanpa sadar, kereta itu telah memasuki gerbang istana. Dia turun dari kereta megah itu. Baru beberapa langkah, ia bertemu dengan seorang laki-laki.
"Permaisuri." Dia memberikan hormat pada Michelina. Membuat gadis itu memundurkan langkahnya. Ia belum siap bertemu siapa saja di masa lalu. Laki-laki di depannya adalah Marques Azel, teman masa kecil Kaisar Jasper. Orang itu juga sangat melindungi Zoya. Bahkan dia juga pernah menyodongkan pedang ke lehernya. Ketika Marquess Azel tau, dirinya berniat membunuh Zoya.
Dia menatap pegangan pedang itu, melihat kristal biru. "Hah," buliran keringat keluar dari dahinya.
"Permaisuri." Teriak Lucilla seraya memegang tubuh Michelina.
"Permaisuri." Ujar Marquess Azel.
Aku membencinya, aku sangat membencinya.
Michelina mengabaikan Marquess Azel. Laki-laki di depannya, memang tidak menyukai keberadaannya di samping Kaisar Jasper. Dia juga sering menyindirnya di kehidupan lalu. Mungkin karena dia dekat dengan Kaisar Jasper, hingga seenaknya saja menyindirnya sampai menusuk ke ulu hatinya.
"Lain kali jika bertemu dengan ku. Marquess Azel tidak perlu memberikan hormat." Ujar Michelina dengan tatapan benci. Dia meninggalkan Marquess Azel yang mengkerutkan dahinya.
"Sudah kewajiban ku, memberikan hormat pada yang berkuasa."
Perkataan Marquess Azel menyulut api dendam di dadanya. Sindiran keras itu membuatnya semakin membenci orang yang mencintai Zoya.
"Jangan menyindir ku, aku tau Marquess tidak menyukai keberadaan ku kan," Michelina melirik ke arahnya. "Anggap saja keberadaan ku hanya angin lewat." Ujar Michelina bergegas meninggalkannya.
Marquess Azel merasa ada sesuatu yang aneh pada Michelina, tidak biasanya perempuan itu melawannya. Biasanya dia akan diam dan menunduk. Baginya, wanita bangsawan hanyalah manis dan lugu luarnya saja, tetapi dalam hatinya tidak.
Semenjak kapan dia memiliki keberanian seperti itu ?
brak
Tubuh Michelina merosot ke bawahnya. Ia menekuk lututnya, menangis dalam kesepiannya. "Ayah, Ibu, aku takut, aku sangat takut. Aku ingin pulang." Ujar Michelina. Baru dia menyadari pernikahan yang ia impikan hanyalah sebuah dongeng yang tak akan menjadi nyata. Ia menutupi telinganya dengan kedua tangannya. Tangisan darah itu, membuatnya takut bersentuhan dengan siapa pun. Dia akan berusaha melawannya, karena dia sudah merasakan kematian itu seperti apa.