"Kulihat-lihat, Om sudah menua, apakah Om masih sanggup untuk malam pertama?" ucap Haura menatap Kaisar dengan senyum sinis.
Kaisar berjalan ke arah Haura dan menekan gadis itu ke tembok. "Harusnya saya yang nanya, kamu sanggup berapa ronde?"
-
Karena batal menikah dengan William, cucu dari konglomerat terkenal akibat perselingkuhan William. Haura Laudya Zavira, harus menerima dijodohkan dengan anggota keluarga lain atas dasar kerjasama keluarganya dan keluarga William.
Tapi siapa sangka, laki-laki yang menggantikan William adalah Kaisar Zachary Zaffan—putra bungsu sang konglomerat, pria dewasa yang tidak pernah dia bayangkan sebelumnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab Dua Puluh Enam
Hari sudah menjelang malam ketika Haura dan Kaisar melangkah pulang setelah seharian bekerja. Cahaya matahari yang telah meredup menandakan bahwa waktu bersantai di rumah sudah dekat. Bagi Haura, tidak ada yang lebih menyenangkan daripada pulang ke rumah yang penuh cinta dan kehangatan, apalagi setelah menjalani kehidupan baru sebagai pasangan suami istri. Dimana dia merasa memiliki keluarga lagi, terutama kasih sayang Mama Kartini yang begitu besar, walau ada William yang masih terus menyakiti baginya.
“Ra, sebentar lagi kita sampai nih. Mama pasti sudah menunggu di rumah,” ujar Kaisar sambil tersenyum lebar.
Beruntung tadi saat emosi Kaisar sedang memuncak, Haura bisa meredakan. Sehingga suaminya tak sampai depresi lagi.
“Ya, aku sudah tidak sabar untuk bertemu Mama,” balas Haura, matanya berbinar penuh rasa antusias.
Tak lama kemudian mereka pun tiba di rumah yang sangat mewah dan penuh kehangatan, dihiasi oleh tanaman hias favorit Mama Kartini di halaman. Begitu memasuki rumah, aroma masakan menguar kuat, langsung menyergap mereka berdua.
“Mamaaaa!” teriak Kaisar, suaranya membahana dalam ruang tamu.
Dari dapur, Mama Kartini muncul dengan apron berwarna cerah dan senyuman lebar. “Kaisar! Haura! Akhirnya kalian pulang! Alhamdulillah!”
Mama Kartini melangkah cepat menghampiri mereka. Dia memberi pelukan hangat kepada anak dan menantunya, persis seperti yang selalu dilakukannya.
“Disini sudah siap makanan enak, lho. Mama masak spesial untuk kalian,” ujar Mama Kartini dengan mata berbinar.
“Wah, betapa beruntungnya kami! Masakan Mama selalu yang terbaik!” seru Kaisar sambil mengelus perutnya yang merasa lapar.
“Masakan Mama memang juara,” timpal Haura, turut berbahagia. “Apa yang Mama masak kali ini?”
“Rendang kesukaanmu, Kaisar. Dan ada sayur lodeh juga. Seluruh dapur sudah Mama sulap menjadi restoran kecil untuk kita,” jawab Mama dengan nada bangga. "Tak lupa ada balado udang kesukaan Haura," ucap mama Kartini selanjutnya.
Kaisar dan Haura saling melirik, mata mereka sudah saling memahami. Mereka berdua merasa terharu dengan perhatian Mama Kartini. Tak sanggup menunggu lebih lama, Kaisar langsung berjalan menuju meja makan.
“Makan dulu, baru mandi!” kata Kaisar sambil menunjukkan tangan yang sudah bersih.
“Betul! Biar Mama yang urus piring-piring kotor,” sahut Mama Kartini sambil tertawa.
"Aku bantu, Ma," ucap Haura.
"Jangan ... kamu pasti sudah lelah seharian bekerja. Biar bibi saja. Mama hanya membantu membereskan, bibi juga yang akan mencucinya," balas Mama Kartini.
Mama Kartini memang selalu masak dengan tangannya sendiri. Urusan peralatan masak dan piring kotor, barulah bagian bibi.
Mereka bertiga duduk di meja makan yang telah dihiasi dengan piring dan sendok berwarna cerah. Makanan sudah diletakkan rapi di atas meja, menunggu untuk disantap.
“Selamat makan, anak-anak Mama! Semoga makanan Mama bermanfaat dan membuat kalian sehat,” ucap Mama Kartini sambil mengambil sendok.
“Oh, pasti Mama! Ini sudah cukup membuat kami berdua bahagia,” jawab Haura, melihat betapa penuh kasihnya Mama melihat mereka berdua.
"William mana? Apa tadi masuk kerja?" tanya Mama Kartini.
Saat Haura ingin menjawab, Kaisar langsung memotongnya. "Mungkin makan di luar bersama temannya."
Mama Kartini hanya mengangguk sebagai tanggapan. Haura tersenyum menyadari maksud dari suaminya. Walau dia sakit hati dengan William masih saja memikirkan semuanya. Mungkin Kaisar tak mau mama tahu masalah perusahaan.
Kaisar mengambil sendoknya, lalu melahap potongan rendang yang empuk. “Hmmm… Enak sekali, Mama! Terima kasih!” Kaisar sengaja mengalihkan obrolan.
Mama Kartini memandangi Kaisar dengan penuh cinta. “Kaisar, Mama senang kamu kembali bekerja. Keluarga kita mengatakan jika kamu tak akan mau lagi mengurus perusahaan. Akhirnya kamu kembali, Nak."
“Ya, Mama. Sejujurnya, kehadiran Haura membuatku semakin semangat. Aku ingin menunjukkan bahwa aku suami yang bertanggung jawab dengan bekerja untuk menafkahinya,” jawab Kaisar sambil sesekali mengangguk dan memandangi istrinya dengan senyuman.
“Jadi, Haura … Bagaimana rasanya menikah dan bekerja dengan Kaisar?” tanya Mama Kartini.
“Masih banyak yang perlu aku pelajari di perusahaan, Mama. Tapi aku sangat bersyukur memiliki suami seperti Mas Kaisar. Dia selalu berusaha mendukungku,” jawab Haura tulus.
“Oh, aku bangga sekali punya menantu sepertimu, Haura. Semoga kalian selalu bahagia,” kata Mama dengan senyum lebar. Dia sangat bersyukur menikah'kan Haura dan putranya. Kadang dia berkata dalam hati, jika dia bahagia William selingkuh sehingga Haura menikah dengan putranya.
Selama makan malam, suasana hangat dan akrab menyelimuti mereka. Cerita-cerita lucu dari pengalaman seharian terucap dari mereka, membuat tawa tak henti mengalir.
“Apa kamu sudah ketemu Pak Rudi?” tanya Mama Kartini saat Kaisar mulai bercerita tentang kolega kerjanya.
“Belum, Mama. Tapi aku sudah mendengar banyak cerita tentang dia. Rasanya aku harus lebih banyak bergaul,” jawab Kaisar.
“Mama yakin kalian akan cepat akrab. Pak Rudi itu orangnya baik, dia pasti akan membantu memperkenalkan kamu ke yang lain,” timpal Mama Kartini.
Setelah beberapa saat suasana makan malam diisi dengan cerita ketawa dan canda yang tak henti. Setelah makan, Haura dan Kaisar mengumpulkan piring dan gelas. Haura tampak tidak rela meninggalkan meja makan yang penuh tawa itu.
“Mama lagi-lagi telah memanjakan kami, rasanya nggak mau beranjak,” ujar Kaisar sambil mengemas piring bekas makanan.
"Mama lah yang paling bahagia di sini, Nak. Karena kau sudah mulai kembali ceria seperti dulu," ucap Kaisar. Haura tersenyum memandangi ibu dan anak itu yang saling berpelukan.
Sementara itu di salah satu restoran tampak dua orang wanita sedang mengobrol. Sepertinya ada hal serius yang mereka bicarakan.
"Jadi Haura itu sekarang bekerja menemani Kaisar?" tanya Angel.
"Ya, Kak. Dan lagaknya sudah seperti bos. Dengan seenaknya mengusir William dan menamparnya!" seru Kayla.
"Kenapa dia melakukan itu?" Kembali Angel bertanya.
Angel memang sengaja mengajak Kayla, yang merupakan saudara jauhnya bertemu. Dia baru mengetahui jika kekasihnya adalah William ponakan dari Kaisar.
"Aku juga tak tau pasti apa yang terjadi. Sepertinya William bertengkar dengan Om Kaisar," jawab Kayla.
"Aku dengar, lima tahun belakangan Kaisar mengalami depresi dan tak pernah keluar rumah. Itu bertepatan saat aku baru menikah. Apa dia depresi karena aku menikah?" tanya Angel.
Angel berpikir jika depresinya Kaisar pasti karena dia menikah dengan pria lain. Dia berpikir jika pria itu sedih hingga hampir gila.
"Pastilah! Om Kaisar pasti sangat mencintai Kak Angel."
"Aku ingin kembali dengannya. Untuk itu aku perlu bantuanmu. Bukankah sebentar lagi kau akan menjadi bagian dari keluarga Kaisar. Itu akan mempermudah jalanku untuk merebut hatinya lagi. Bukankah kamu mengatakan jika Haura dan Kaisar menikah karena terpaksa!' seru Angel.
Angel tersenyum licik. Dalam hatinya berkata jika bukan hal sulit untuk merebut Kaisar karena pria itu pasti masih mencintainya.
hih.....